Merindukan sosok yang telah tiada adalah hal yang wajar. Berbekal perasaan tersebut, ada beberapa orang yang mengembangkan chatbot untuk berbincang dengan orang terkasih yang sudah lebih dulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Pertama
adalah yang dilakukan oleh Eugenia Kuyda. Pada 28 November 2015,
seorang pemuda Belarusia meninggal ketika ditabrak mobil di Moskow.
Namanya Roman Mazurenko dan saat itu baru berusia 30-an. Setelah
kematiannya, Eugenia kerap merindukan Roman dan membaca kembali ribuan
pesan teks yang telah dia kirimkan dengannya mulai tahun 2008, tahun
mereka bertemu. Eugenia, yang juga seorang pengusaha dan pengembang perangkat lunak, pun mengerjakan aplikasi messenger bernama Luka yang menggunakan AI untuk meniru dialog manusia. Terinspirasi oleh episode acara Black Mirror di mana seorang wanita
muda, Martha, yang hancur karena kehilangan pacarnya Ash, kemudian
menginstal aplikasi yang memungkinkannya untuk terus berkomunikasi
dengannya, Eugenia memutuskan untuk memodifikasi Luka. Eugenia
meminta teman dan kerabat Roman untuk mengiriminya pesan tertulis yang
mereka terima darinya. Dia mendapatkan beberapa ribu pesan, yang
kemudian dia sortir untuk konten yang terlalu pribadi. Dengan bantuan
beberapa temannya yang merupakan ilmuwan komputer, dia menciptakan bot
yang dapat meniru bahasa manusia dan memungkinkan untuk berkomunikasi
dengan 'Roman'. Luka dan Replika bukanlah satu-satunya penemuan yang dirancang untuk
mendengar kabar dari replikasi digital seseorang. Beberapa tahun lalu,
James Vlahos, seorang jurnalis Amerika yang telah menjadi penggemar AI
sejak kecil, menciptakan apa yang dia sebut 'Dadbot'. Semuanya
dimulai pada 24 April 2016, ketika ayahnya John didiagnosis menderita
kanker paru-paru. Setelah mengetahui penyakit ayahnya, James mulai
merekam semua percakapan mereka. Setelah 12 sesi, masing-masing satu
setengah jam, dia mamppu menyimpan 91.970 kata. Transkrip yang
dicetak mengisi sekitar 203 halaman. Ini semua berisi sejumlah kenangan,
lagu, anekdot dan hal-hal menyentuh tentang pernikahan John, poin-poin
tertinggi dalam karirnya, serta semua minatnya. Semua materi ini, selain
ditranskripsikan, juga diarsipkan dalam file MP3 di komputer James. Suatu
hari, James menemukan sebuah artikel yang mendeskripsikan sebuah proyek
yang dilakukan oleh dua peneliti Google. Proyek ini memasukkan sekitar
26 juta baris dialog film ke dalam jaringan saraf untuk membangun chatbot yang
dapat berinteraksi dengan manusia. Setelah mencapai tujuannya, kedua
peneliti mulai mengajukan serangkaian pertanyaan filosofis kepada
chatbot termasuk tentang tujuan hidup. Terinspirasi dari ini, ia memutuskan untuk menggunakan rekaman
ayahnya untuk membuat sesuatu lebih besar dari sekadar buku kenangan. Dia ingat pernah menulis artikel yang membahas PullString (sebelumnya
dikenal sebagai ToyTalk), program yang dirancang untuk membuat
percakapan dengan karakter fiksi. James menggunakan PullString
untuk mengatur ulang rekaman MP3 ayahnya. Dia juga menggunakannya untuk
membuat Dadbot, perangkat lunak yang berfungsi di smartphone dan mensimulasikan percakapan tertulis dengan John, berdasarkan pemrosesan hampir 100.000 kata yang sudah direkam sebelumnya. Sejak
kematian John, James masih mengobrol dengannya untuk meredakan
kesedihan dan pukulan atas kehilangan sang Ayah. Selama presentasi
publik Dadbot, dia mengatakan bahwa putranya juga terkadang menulis
pesan ke 'hantu' digital kakeknya dan menerima balasan. Nada percakapan
juga mencerminkan kepribadian almarhum sehingga membuatnya merasa memang
sedang berbincang dengan sang ayah. Demikian dikutip dari Popular Science. |
0 komentar: