Feature news

Tampilkan postingan dengan label cyber life. Tampilkan semua postingan

Model Dewasa Ini Raup Rp 288 Juta, Cuma Nemenin Main Game 40 Jam

Charley Hart, model dewasa di salah satu platform online bernama CamSoda, berhasil meraup pendapatan hingga USD 20 ribu atau sekitar Rp 288 juta, dengan cara yang unik. 

 

 

 

Ini didapatkan, hanya dengan menemani seorang gamer bermain Elden Ring selama 40 jam.

 

"Ini merupakan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saya tidak sepenuhnya mengerti berapa lama 40 jam beruturut-turut itu. 

 

Hanya saja, dibutuhkan banyak stamina ketika melakukannya," ujar Charley, dikutip dari The Gamer.

 

Menurutnya, kegiatan tersebut sangat menarik dan ia tertarik untuk melakukannya lagi. 

 

Kendati begitu Charley mengatakan, mungkin ke depannya bisa dibagi menjadi beberapa sesi agar lebih menyenangkan. Jadi tidak langsung 40 jam dalam satu waktu.


 

"Gaming Cam sendiri sudah populer selama pandemi. 

 

Daripada menjadi seorang gadis di depan kamera dan tampil selama kurang lebih 7 menit, saya telah menemani client untuk menghabiskan waktu mereka, mulai dari bermain game, menyiapkan makan malam, makan malam dan lain-lain," kata Charley.

 

Diketahui bahwa, orang yang menggunakan jasa tersebut ialah Chris, pria berusia 29 tahun asal New Jersey. 

 

Ia meminta salah satu model CamSoda, untuk menemani dirinya bermain dalam salah satu mode di game garapan FromSoftware Inc. ini.

 

"Saya biasanya bermain campaign sendiri, dengan beberapa pizza dan makanan cepat saji, sembari menenggak minuman energi. 

 

Jadi sangat menyenangkan memiliki Charley di samping, di saat saya melakukan petualangan," ungkap Chris.

 

Elden Ring sendiri menjadi game terbaru besutan Bandai Namco Entertainment, di mana sudah berhasil menarik minat banyak gamer untuk memainkannya. 

 

Bahkan tercatat saat ini, telah mengumpulkan lebih dari 900 ribu pemain yang online secara bersamaan di Steam.

 

Sebelum akhirnya rilis, ia sudah menyandang sebagai Most Anticipated Game. Maksudnya menjadi permainan paling ditunggu kehadirannya oleh para gamer.

 

Kemunculannya ada di berbagai platform, mulai dari PS4, PS5, Xbox Series X/S, Xbox One dan Microsoft Windows. Harganya dibanderol senilai Rp 599 ribu di Steam.

Learn more »

Sejarah Netscape, Browser Tenar (Pada Masanya)

Pengguna internet saat ini mungkin mengenal Chrome, Safari, atau Edge, sebagai browser. 

 

Namun pada zamannya, ada satu nama yang sangat tenar dan tak ada lawan, yaitu Netscape.

 

 

Kisah Netscape dimulai pada April 1994, saat Marc Andreessen dan Jim Clark mendirikan Mosaic Communications Corporation. 

 

Mosaic adalah nama software yang membuat penggunanya bisa mengakses berbagai konten berbeda di web.

 

Andreessen sebelumnya bekerja di National Center for Supercomputing Applications (NCSA) di University of Illinois. 

 

Sementara Clark sebelumnya bekerja di Silicon Graphic, yang kemudian memboyong sejumlah rekannya untuk bekerja di Mosaic, begitu juga Andreessen.

 

Pada Oktober 1994, tim tersebut merilis Mosaic Netscape 0.9, dan pada Desember mereka mengubah nama perusahaan menjadi Netscape Communications, bertepatan dengan peluncuran Netscape Navigator 1.0.


 

Para pendiri Netscape ini menyadari betul kalau browser web akan menjadi alat yang revolusioner. 

 

Mereka pun menggratiskan browser ini untuk individu, akademisi, dan penggunaan penelitian, demikian dikutip dari Techspot.



"Dengan menyediakan Netscape secara gratis untuk penggunaan personal, perusahaan mengikuti tradisi software untuk internet yang ditawarkan secara gratis," tulis Netscape dalam keterangannya tahun 1994.

 

Sementara itu untuk pengguna komersial harus membeli lisensinya, yaitu USD 99 per pengguna, termasuk garansi dan dukungan. 

 

Namun harga itu tak bertahan lama, karena setelahnya harganya sering didiskon menjadi USD 40 per lisensi.

 

Pada saat itu, Navigator adalah satu-satunya browser yang tersedia secara publik. Jadi mereka bisa dibilang tak punya kompetitor sama sekali.

 

Pada 9 Agustus 1995, Netscape mulai menjual sahamnya ke publik, dengan harga pembukaan USD 28 per lembar saham. 

 

Pada hari pertama perdagangan, sahamnya melejit menjadi USD 75 per lembar, yang artinya kapitalisasi pasarnya adalah USD 3 miliar.

 

Melejitnya nilai saham Netscape ini bisa dibilang sebagai penanda banyaknya investor yang tertarik memarkir uangnya di perusahaan internet, yang kemudian menciptakan apa yang disebut 'dot-com bubble'.


Namun tak lama setelah Netscape melakukan initial public offering (IPO) itu, Microsoft -- yang sebenarnya diam-diam sudah menggarap browsernya -- merilis Windows 95, lengkapi dengan Internet Explorer 1.0.

 

Meski akhirnya punya kompetitor, Microsoft tetap tertinggal dari Netscape. Baru setelah IE 3.0 dirilis pada Agustus 1996 Microsoft bisa mengejar teknologi browser Netscape.

 

Setelah itu barulah Microsoft -- dengan berbagai taktiknya -- mengejar market share browsernya, termasuk lewat IE yang otomatis terpasang sebagai browser default di setiap PC berbasis Windows.

 

Netscape tetap melanjutkan pengembangan browser Navigator dan Communicatornya, dan pada 1998 mereka merilis source code Communicator, yang kemudian memicu dibentuknya proyek Mozilla, dan menjadi browser Firefox.

 

Namun setelah merilis source code tersebut, pengembangan browser Netscape melambat, dan di sisi lain Microsoft tetap menggeber pengembangannya. 

 

Mereka tercatat menghabiskan lebih dari USD 100 juta setiap tahunnya, dengan tim yang berisi lebih dari 1000 orang.

 

Pada akhir 1999, Microsoft 'memenangkan' market share browser, yang menjadi awal fase kematian bagi Netscape.

 

Kondisi Netscape yang sudah megap-megap mendapat nafas tambahan dari AOL (dulunya America Online), yang mengakuisisi Netscape senilai USD 4,2 miliar pada November 1998.

 

Namun pengembangannya tetap lambat dan performa browsernya semakin memburuk karena tampilan web semakin berat dan koneksi internet juga semakin kencang.

 

Agustus 2022 Netscape 7 dirilis, dan pada tahun yang sama AOL menutup divisi Netscape serta mem-PHK hampir semua karyawannya. 

 

Pada 2005 AOL menjual Netscape ke Mercurial Communications, perusahaan asal Kanada, yang kemudian merilis Netscape Browser 8 pada Mei 2005.

 

AOL lalu kembali membeli Netscape dan merilis Netscape Navigator 9 pada Oktober 2007, mempertahankannya selama beberapa bulan, merilis Netscape Navigator versi 9.0.0.6, dan akhirnya menutup browser tersebut.

Learn more »

Tanda Kemungkinan Kamu Dilanda Fonofobia

Ketika berbicara secara tatap muka, kamu begitu bersemangat. Tapi saat menerima telepon kok sangat benci dan takut.

Jika demikian, kemungkinan kamu menderita fonofobia. Kedengarannya aneh memang, tapi beberapa orang di dunia ini mengalami itu.

Berikut ini tujuh ciri-ciri untuk mengetahui apakah kamu terkena sindrom psikologis tersebut dirangkum dari laman Lifehack.org.

1. Saat telpon berdering.

kamu selalu membiarkan panggilan berakhir dengan sendirinya
Tidak peduli siapapun yang menelpon, kamu langsung diliputi rasa panik.

Dalam benakmu berkata,"Seseorang menelpon! Haruskah aku menjawabnya. Tapi saya tidak mau mengangkatnya. Biarkan saja berdering."

Ketika akhirnya deringan tersebut berhenti, kamu merasa senang.

2. Kamu selalu menggunakan alasan untuk tidak mengangkat telepon.

Mungkin kamu selalu menyiapkan sejumlah alasan untuk menjawab ketika ditanya kenapa tidak mengangkat telepon.

"Teleponnya lagi di kamar" atau "Saya tidak membawa telepon' padahal ponsel kamu tidak jauh dari kamu yang tengah asik membuka berbelanja di e-Commerce.

3. Selalu Mode Senyap

Ketika mengaktifkan mode ini karena kamu tidak hanya ingin mengabaikan panggilan dari orang yang mengganggu.

Tetapi menghindari semua panggilan telepon dan keharusan menjawab.

4. Daftar panggilan tak terjawab lebih panjang dari panggilan masuk

Bagi kebanyakan orang daftar panggilan masuk sangat panjang. Tapi bila daftar panggilan tidak terjawab lebih banyak bisa menjadi salah satu cirinya.

5. Teman Sering mengeluh bahwa kamu tidak menjawab telepon

Apakah teman kamu sering mengeluh tentang masalah ini? Kamu kemudian meminta maaf dan memberikan beberapa alasan.

Tetapi sebenarnya kamu mendengarkan telepon tersebut tapi membiarkannya.

6. Menyaring Kontak

Jika kamu sering menyaring kontak agar mempermudah mana orang yang mungkin akan kamu angkat panggilan teleponnya.

7. Memprioritaskan SMS ketimbang menerima teleponnya

Ketika kamu memprioritaskan SMS ketimbang menerima panggilan telepon bisa jadi pertandanya.

Padahal menjawab telepon tidak membuat pulsa kamu berkurang.

Tapi kamu memilih membiarkan panggilan tersebut tidak terjawab. Dan kamu membalasnya dengan SMS dengan memberikan alasannya.

Nah bagaimana setelah membaca, apakah ada ciri-ciri yang kamu alami?
Learn more »

Cara Baru Unlock Smartphone: Pakai Earbud

Ada banyak cara menambahkan lapisan keamanan perangkat agar tidak mudah di-unlock atau diakses orang lain.

Mulai dari PIN, menggambar pola, sidik jari, hingga pengenalan wajah kini umum digunakan di smartphone masa kini. Yang terbaru, ada cara unlock menggunakan pakai earbud.

Didesain oleh Alvaro Navarro, earbud atau earphone yang baru sebatas konsep ini ingin menjadi solusi ketika orang-orang di masa pandemi cukup sulit menerapkan keamanan tambahan menggunakan pengenalan wajah.

Cara unlock menggunakan pengenalan wajah dan sensor sidik jari cukup banyak digunakan para pengguna smartphone.

Namun karena di masa pandemi orang menggunakan masker dan sarung tangan, akan merepotkan bagi pengguna jika harus melepasnya dulu.

Inilah yang menginspirasi Alvaro Navarro mendesain earbud yang bisa sekaligus digunakan untuk unlock ponsel. Cukup tap earbud, dan ponsel akan terbuka.

"Cara ini nyaman, karena earbud wireless ini dibekali sensor sentuh, mudah digunakan, bisa bekerja dengan hampir semua smartphone," tulis Alvaro Navarro seperti dikutip dari Yanko Design.

Berdasarkan deskripsi Alvaro Navarro, earbud ini tetap menggunakan sidik jari untuk otentikasi dengan ponsel pertama kali.

Selanjutnya, pengguna tinggal tap earphone tersebut ketika akan membuka ponsel. Jarak antara earphone dan smartphone pun harus cukup dekat agar berfungsi dengan baik.

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, earbud ini baru sebatas konsep desain.

Menurut kalian, apakah ide ini layak dipertimbangkan? Apakah akan memudahkan atau malah merepotkan?
Learn more »