Feature news

Tampilkan postingan dengan label iflix. Tampilkan semua postingan

Setelah Hooq Tumbang, Iflix Sempoyongan

Nasib beberapa perusahaan layanan streaming sedang kurang bagus. Buktinya Hooq sudah tutup dan Iflix kini mengalami kesulitan cukup besar.

Seperti diberitakan, Hooq yang berbasis di Singapura telah menutup layananannya secara permanen pada 30 April.

"Hari ini, kami pamit. #TerimaKasihIndonesia," sebut Hooq dalam ucapan perpisahan di Twitter pada 29 April 2020 silam.

Hooq yang didirikan pada tahun 2015 ini mengakui tidak mampu bersaing di tengah ketatnya layanan streaming, meski mereka punya sekitar 80 juta pengguna.

Padahal mereka didukung nama besar seperti Singtel dan Sony Pictures.

"Biaya untuk konten tetap tinggi dan kemauan konsumen di pasar negara berkembang untuk membayar hanya sedikit meningkat karena banyaknya pilihan," demikian pernyataan Hooq.

Tak berapa lama kemudian, giliran Iflix mengalami nasib kurang mengenakkan.

Layanan streaming yang berkantor pusat di Malaysia ini kabarnya mulai goyah dari sisi keuangan dan terancam tidak dapat membayar utang.

Situasi tersebut semakin diperparah oleh mundurnya kedua pendirinya.

Dikutip dari Nikkei, sumber internal Iflix menyebut perusahaan siap dijual.

Patrick Grove, yang adalah Chairman Iflix hingga 2019, mengundurkan diri pada 9 April silam.

Luke Elliott, salah satu pendiri iflix, juga mengundurkan diri dari dewan perusahaan pada hari yang sama.

PHK juga telah dilakukan demi efisiensi dan upaya untuk bertahan di tengah situasi

ketidakpastian di tengah pandemi Corona.

"Industri ini tidak kebal terhadap keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya," sebut pihak Iflix.

Sama seperti Hooq, Iflix sebenarnya cukup populer di kawasan Asia Tenggara dan sudah punya jutaan pengguna. Tercatat pada April 2020, pengguna aktif Iflix sudah berada di kisaran 25 juta.

Namun memang industri streaming membutuhkan banyak biaya, misalnya demi kekayaan konten mereka harus membuat produk sendiri.

Terlebih lagi, yang mereka hadapi adalah raksasa, siapa lagi kalau bukan Netflix yang masih jauh di atas soal jumlah pengguna ataupun pendanaan.

Walaupun demikian, Iflix masih mencoba optimistis.

"Kami tetap fokus mendorong bisnis agar impas di 2021 dan langkah-langkah tersebut adalah bagian dalam memastikan kami berada di jalur itu dan bisa menghadapi tantangan saat ini," cetus Iflix.
Learn more »

Iflix Ditolong Juru Selamat Raksasa Internet China

Layanan streaming Iflix menemukan penyelamat setelah dikabarkan kondisi keuangannya tidak sehat dan terjerat utang.

Adalah Tencent, raksasa internet China, dipastikan akan mengakuisisi perusahaan yang berbasis di Malaysia itu.

Ini adalah langkah besar Tencent untuk meraih pasar streaming, khususnya di Asia Tenggara yang menjadi pasar Iflix.

"Kami mengkonfirmasi bahwa Tencent telah membeli konten, teknologi dan sumber daya Iflix," demikian pernyataan Tencent.

"Ini sesuai dengan strategi kami untuk mengekspansi platform internasional kami, WeTv, ke Asia Tenggara dan menyediakan user konten kualitas tinggi internasional, lokal dan original dalam banyak genre dan bahasa," imbuh mereka, dikutip dari Variety.

Nama Iflix masih akan dipakai setidaknya 6 sampai 12 bulan.

Adapun para staff yang ada sekarang kemungkinan dipertahankan, termasuk sang CEO, Mark Barnett.

Iflix tercatat memiliki sekitar 25 juta pengguna aktif pada April 2020.

Namun demikian, mereka banyak kehilangan uang dan menimbun utang. Industri streaming memang kian kompetitif, terbukti Hooq sudah tutup karena tak mampu bersaing.

Pada September 2019, Iflix hanya memiliki persediaan uang kas USD 12,7 juta dan tidak mampu bertahan sendiri untuk waktu yang lama.

Mereka memutuskan menjual perusahaan dan akhirnya Tencent datang meminang.

Tidak disebutkan berapa angka akuisisi yang digelontorkan Tencent pada Iflix.

Beberapa sumber menyebutkan sampai puluhan juta dolar.
Learn more »