Intip Layanan Customer Service Berbasis Digital Milik Tokopedia
Learn more »
Lalu muncul istilah e-commerce domestik dan cross border, bedanya apa ya?
Learn more »Tokopedia saat ini punya empat lini bisnis, yaitu marketplace dan pembayaran, fintech, logistik dan fulfillment, dan mitra Tokopedia.
Keempat lini bisnis itu dijalankan dengan mengandalkan teknologi.
Vice Chairman dan Co-Founder Tokopedia, Leontinus Alpha Edison mengatakan Tokopedia menyadari teknologi dapat menjadi katalis yang membantu untuk mencapai misi dalam mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital di seluruh Indonesia. Bisa dibilang teknologi adalah 'nafas' dari Tokopedia itu sendiri.
Selama 11 tahun berdiri, teknologi menjadi salah satu prioritas Tokopedia.
Makanya ia mengatakan Tokopedia kini menjelma menjadi perusahaan teknologi Indonesia terus bertransformasi ke level yang lebih tinggi, yaitu super ecosystem.
Ia mengatakan ketika awal berdiri, Tokopedia harus membangun kepercayaan dari para pengguna sekaligus membangun kebiasaan mereka untuk berbelanja melalui Tokopedia.
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan pengguna semakin kompleks dan terus berkembang.
"Kami melihat bahwa bukan hanya Tokopedia yang tumbuh, pengguna kami pun terus tumbuh.
Ketika awal Tokopedia berdiri, kebutuhan pengguna adalah untuk berbelanja, setelah itu, muncul kebutuhan lainnya seperti fintech, same day delivery, dan lain sebagainya.
Nah ini yang kami coba akomodir menggunakan teknologi," ujar Leon dalam keterangan tertulis.
Saat membangun Tokopedia pada tahun 2009 silam, Leon bersama William Tanuwijaya didorong oleh kesenjangan akses yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.
Keduanya ingin agar kemudahan akses yang mereka dapatkan di Jakarta ketika merantau juga bisa dirasakan oleh keluarga dan teman-teman mereka di kampung halaman.
Leon juga bercerita sejak dulu hingga saat ini, Tokopedia selalu fokus pada misi untuk mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.
Walaupun saat ini Tokopedia sudah menjangkau 98% kecamatan di Indonesia, masih banyak potensi yang bisa dimaksimalkan demi membantu masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan mereka dan bertransaksi antarpulau.
"Ketika Tokopedia dibangun, Tokopedia melihat teknologi sebagai sebuah enabler yang memungkinkan Tokopedia untuk menghadirkan layanan dan kemudahan kepada masyarakat," ujar dia.
"Saat ini, Tokopedia melihat teknologi sebagai sebuah innovator. Ke depannya, Tokopedia ingin memanfaatkan teknologi sebagai sebuah revenue generator yang memungkinkan semua orang untuk memanfaatkan peluang mereka dengan sebaik-baiknya," imbuh Leon.
Leon mengatakan tidak hanya mengembangkan aneka lini bisnis, Tokopedia juga berusaha memperkuat teknologi di dalamnya, salah satunya adalah dengan mengembangkan big data.
Pada era modern seperti saat ini, big data dapat memudahkan dalam mengambil keputusan yang tepat.
"Tokopedia tidak hanya mengadopsi cloud tetapi juga multi-cloud.
Kita berpegang teguh pada salah satu core value kita untuk terus berkolaborasi sehingga kita bekerja sama dengan berbagai penyedia layanan cloud tingkat dunia," kata Leon.
Sementara itu, Engineering Manager for Travel and Entertainment Tokopedia, Gilang Kusuma Jati menambahkan selama Tokopedia berdiri, semua lini bisnis berupaya untuk dapat mendukung UMKM di Indonesia.
Salah satu lini bisnis yakni Mitra Tokopedia misalnya, ditujukan untuk membantu para pemilik warung agar bisa mendapat keuntungan lebih lewat pemanfaatan teknologi.
"Dulu, para pemilik warung harus belanja ke agen dan menutup toko.
Kini, para penjual hanya perlu membuka Mitra Tokopedia, memilih produk yang mereka inginkan, dan nantinya barang tersebut akan dikirimkan ke warung masing-masing," ujarnya.
"Selain itu, mereka juga dapat menjual aneka produk digital sehingga dapat menjangkau kebutuhan dari orang-orang di sekitar yang menjadi pelanggan mereka," sambung Gilang.
Adapun Data Analyst Lead for TopAds Tokopedia, Erika Hutapea menjelaskan melalui big data dan sistem multi-cloud yang diterapkan, Tokopedia mampu memaksimalkan pengalaman pengguna lewat automasi dan kustomisasi.
Bagi penjual misalnya, Tokopedia menyediakan data dashboard yang dapat mereka akses sendiri untuk melihat tren yang sedang berlangsung, sebaran pembeli, dan lain sebagainya, Tujuannya adalah untuk membantu penjual tersebut mengambil keputusan bisnis, mulai dari yang simpel seperti penambahan stok, hingga memilih lokasi untuk ekspansi bisnis.
"Selain data dashboard, Tokopedia juga memiliki aneka fitur lain yang ditujukan untuk membantu penjual, salah satunya adalah fitur TopAds yang bisa membantu seller dalam mempromosikan bisnis mereka.
"Faktanya, 80% penjual di Tokopedia mendapatkan order pertama mereka lewat TopAds," jelas Erika.
Erika menjelaskan penjual bisa menggunakan TopAds dengan mudah, apalagi dengan sistem otomatis, yaitu saat penjual hanya perlu menuliskan dana yang mereka siapkan untuk promosi.
Nantinya, Tim Data Analyst akan memilih produk mana yang cocok untuk diiklankan dan banyak diminati pelanggan, sehingga toko tersebut bisa lebih banyak diketahui oleh pengguna Tokopedia.
Learn more »Pasar toko online di Indonesia memang besar potensinya.
Tak salah jika perusahaan e-commerce baik lokal maupun asing berlomba-lomba untuk menggarapnya, termasuk dengan bantuan dari para raksasa teknologi mancanegara. Beberapa perusahaan tenar dari China dan Amerika Serikat turut ikut serta.
Dalam studi yang dilakukan Google dan Temasek, pasar ekonomi digital di Asia Tenggara diperkirakan akan bernilai USD 200 miliar di tahun 2025.
Tentunya, Indonesia menjadi pasar paling besar potensinya, dikarenakan jumlah penduduk dan akses internet makin luas.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam data terbaru menyebutkan berdasarkan hasil survei penetrasi pengguna internet di Q2 (2019-2020), jumlah pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 196,7 juta dari 266 juta penduduk, atau sekitar 73,7%.
APJII juga menyebut belanja online jadi salah satu aktivitas utama netizen Indonesia.
Produk fashion dan kecantikan, produk rumah tangga, dan produk elektronika adalah tiga produk yang banyak dibeli pengguna saat belanja di e-commerce.
Sedangkan marketplace favorit pengguna berdasarkan survei ini secara berurutan adalah Shopee, Lazada, Tokopedia, dan Bukalapak.
Maka tak heran jika pemain e-commerce besar berlomba mencari peluang di Indonesia.
Mereka mendapat pendanaan besar dari perusahaan raksasa mancanegara.
berikut adalah petanya:
1. Tokopedia
Tokopedia yang didirikan William Tanuwijaya baru saja mendapatkan pendanaan dari Google.
Raksasa internet itu tidak sendirian, Temasek yang merupakan perusahaan investasi asal Singapura, juga turut bergabung menyuntik dana segar.
Belum diketahui secara pasti berapa jumlah pundi-pundi yang mengalir dari Google ke kantong Tokopedia.
Akan tetapi, disebutkan Google sekarang memegang saham 1,6%, sedangkan Anderson Investments yang berafiliasi dengan Temasek memiliki saham 3,3%, berdasarkan dokumen yang diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM tertanggal 4 November 2020 kemarin.
Sejauh ini, Softbank Group menjadi pemegang saham mayoritas Tokopedia sebesar 33,9%. Kepemilikan saham Softbank itu melalui berbagai entitas, termasuk Vision Fund.
Setelah itu, Alibaba Group jadi pemegang saham kedua di e-commerce ini dengan kepemilikan 28,3%.
2. Shopee
Shopee belakangan menjadi salah satu e-commerce paling banyak pengunjungnya di Indonesia. Kantor pusat Shopee berbasis di Singapura dan berada di bawah induk Sea Group, sebelumnya bernama Garena.
Sea juga adalah induk usaha Shopee yang beroperasi di Indonesia melalui kepemilikan 100% terhadap PT Shopee International Indonesia.
Nah, salah satu investor besar Sea Group adalah Tencent, raksasa teknologi China yang didirikan oleh triliuner Pony Ma atau Ma Huateng.
Menurut CNBC Indonesia, Tencent memiliki 34% saham pada SEA.
3. Lazada
Lazada adalah e-commerce yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Alibaba, raksasa toko online yang didirikan oleh Jack Ma.
Alibaba sebagai penguasa e-commerce di Tiongkok, mulai menancapkan cengkramannya di Indonesia pada April 2016 silam.
Kala itu Alibaba membeli 51% saham Lazada senilai USD 1 miliar, sehingga membuatnya menjadi pemegang saham utama e-commerce asal Jerman tersebut.
Tak puas dengan jumlah itu, pada tahun 2017 Alibaba kembali meningkatkan kepemilikannya di Lazada hingga 83% dengan total investasi mencapai USD 4 miliar.
Tak hanya di Lazada, Alibaba juga menanamkan dana di Tokopedia.
4. Bukalapak
Bukalapak belum lama ini mendapatkan dana segar. Microsoft dikabarkan menginvestasikan dana senilai USD 100 juta setara Rp 1,4 triliun ke Bukalapak.
Di transaksi ini Microsoft bersama pendukung lainnya GIC Pte dan Grup Emtek, mereka menginvestasikan dengan penilaian antara USD 2,5 miliar dan USD 3 miliar.
Pendukung lain Bukalapak termasuk Ant Group Co yang juga milik orang terkaya China Jack Ma.
Mengawali kerja sama antara Bukalapak dengan Microsoft, Bukalapak akan mengadopsi Microsoft Azure sebagai platform cloud yang mereka andalkan.
Learn more »Ketertarikan akan teknologi yang muncul sejak kuliah membuat Puput Hidayat (32) meniti karier di bidang digital.
Ia meyakini pemanfaatan teknologi dapat membantu kemajuan pegiat usaha, khususnya UMKM dan apalagi di masa pagebluk seperti saat ini.
"Teknologi punya peran besar dalam membantu masyarakat sekaligus meningkatkan perekonomian Indonesia.
Hal ini tentu harus didukung oleh kesiapan masyarakat dalam mengadopsi teknologi untuk, salah satunya menjalankan bisnis," ungkap Puput dalam keterangan tertulis, Minggu (4/10/2020).
Pada Juni 2019, Puput bergabung dengan Tokopedia, yang juga memiliki kesamaan misi dalam mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.
Saat ini, Puput memimpin sekitar 15 Nakama (sebutan karyawan Tokopedia) di Tim Product Tokopedia.
Puput bersama tim menghadirkan berbagai inovasi agar pegiat usaha di Indonesia dapat menjalankan bisnis dengan lebih mudah.
Misalnya, inovasi pada toko penjual. Sebab penjual bisa mempersonalisasi tampilan toko agar lebih menarik.
Lewat inovasi itu, kata Puput, penjual juga dapat menampilkan kampanye, produk unggulan, serta promo yang sedang berlangsung di tokonya.
Sementara dari sisi produk, penjual bisa menambahkan atau menyunting produk yang diunggah pada toko dengan lebih mudah.
Inovasi terkait kampanye juga banyak dilakukan, terutama di tengah pandemi, demi membantu para penjual meningkatkan produktivitasnya.
Puput mengatakan dirinya dan tim menghadirkan program seperti Kejar Diskon, Flash Sale, voucher diskon serta peluncuran produk khusus.
Ia juga mengatakan saat pandemi, Tokopedia telah menghadirkan berbagai kampanye yang salah satu fokusnya untuk membantu akselerasi adopsi digital para pelaku usaha lokal, seperti #JagaEkonomiIndonesia.
"Kampanye ini merupakan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk Tim Product Tokopedia.
Kami berinovasi dalam hal membantu penjual bertransisi dari offline ke online dengan lebih mudah dan memastikan platform Tokopedia bisa menerima sebanyak-banyaknya penjual baru.
Selain itu, kami juga memberikan kemudahan bagi para penjual untuk mengunggah produk dalam waktu singkat," jelas Puput.
Selain #JagaEkonomiIndonesia, selama pandemi, Puput dan tim mengaku berperan dalam menghubungkan para pegiat usaha lokal dari berbagai sektor, baik yang sudah maupun baru mulai menciptakan peluang bisnisnya, dengan masyarakat, lewat gerakan Bangga Buatan Indonesia dan #SatuDalamKopi.
Diungkapkan Puput, berbagai inisiatif yang dihadirkan tersebut mendorong antusiasme masyarakat untuk mulai menciptakan peluang bisnis daring lewat Tokopedia, khususnya selama pandemi.
Per Agustus 2020, terdapat lebih dari 9 juta penjual di Tokopedia, yang hampir 100%-nya UMKM, bahkan 94%-nya adalah penjual berskala ultra mikro.
Artinya, ada penambahan lebih dari 2 juta penjual sejak sebelum pandemi Januari 2020 lalu. Menurut Puput, kebutuhan pengguna adalah acuan dalam menciptakan inovasi.
"Pengalaman masyarakat dalam menggunakan produk, kegunaan produk serta dampak produk terhadap bisnis para penjual merupakan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah produk," ujar dia.
Di sisi lain, Puput membagikan beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh Tim Product Tokopedia, seperti hard skill, yaitu pemahaman UI dan UX, pemahaman sistem dan pengembangan aplikasi serta kecepatan dalam mengadopsi teknologi.
"Selain kemampuan teknis, Tim Product Tokopedia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi untuk mengatasi setiap permasalahan, berpikir kritis serta mengedepankan rasa empati agar setiap produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan para penjual," tambah Puput.
Puput berharap apa yang dilakukannya bersama tim dapat membantu menjawab tantangan yang dihadapi para pegiat UMKM di Indonesia saat ini.
"Dengan terus berkolaborasi dan berinovasi, Tokopedia berharap dapat membantu lebih banyak pegiat usaha lokal beradaptasi di tengah pandemi lewat pemanfaatan teknologi.
Hal ini demi memulihkan perekonomian Indonesia yang saat ini terdampak pandemi," tutup Puput.
Learn more »Copyright © 2013 this my world and Blogger Templates