Feature news

Tampilkan postingan dengan label games news gamelan. Tampilkan semua postingan

Unsur Bali di Game PS5 Kena: Bridge of Spirits, Bukan Cuma Gamelan Lho

Seniman Bali Dewa Putu Berata membawa gamelan ke dalam game Kena: Bridge of Spirits untuk PlayStation 5 (PS5) dan PS4. Namun ternyata, bukan itu saja.

 

Dewa Berata membuat musik gamelan Bali untuk game besutan Ember Lab tersebut bersama kelompok seni yang didirikannya yakni Sanggar Seni Cudamani. 

 

Dalam prosesnya, Dewa Berata juga bekerja sama dengan komposer game tersebut Jason Gallaty.

 

"Pihak Ember Lab sendiri yang meminta saya untuk terlibat," kata Dewa Berata dalam wawancara eksklusif di Sanggar Seni Cudamani di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, akhir pekan lalu.

 

Namun nyatanya, Dewa Berata tak sekadar berperan sebagai pembuat musik lewat gamelan Bali dalam game tersebut. 

 

Ia juga membantu proses cerita, terutama dalam menggambarkan kondisi di Bali.


"Kalau (Sanggar Seni) Cudamani-nya kan (dilibatkan) dalam musik saja. Kalau saya sendiri dilibatkan juga tentang cerita sedikit. 

 

Karena dia (Ember Lab) sudah punya pondasi (atau) konsepnya, kita menggambarkan bagaimana di Bali, di Indonesia juga, kepercayaan begini di Indonesia, kepercayaan begini di Bali," terangnya.

 

Pembicaraan gamelan Bali sebagai musik pengiring game tersebut sudah mulai pada 2018 lalu. 

 

Waktu itu, pihak Ember Lab mempunyai ide untuk mengangkat tema game berupa mengembalikan roh ke asalnya. 

 

Di Bali juga terdapat ritual serupa yang lebih dikenal dengan istilah 'Somia'.

 

Menurut Dewa Berata, cerita dalam game Kena: Bridge of Spirits terdapat adegan mengembalikan roh. 

 

Sebab yang dilawan oleh Kena adalah batu atau kayu yang terperangkap roh jahat. 

 

Konsep inilah yang dikenal Dewa mirip seperti ritual Mecaru di Bali yang bermaksud untuk 'nyomia' atau mengembalikan roh jahat ke asalnya.

 

Dewa Berata menyampaikan hal itu dikarenakan memang ditanyakan oleh Jason Gallaty. 

 

Namun Dewa Berata tak memutuskan ide mana yang bisa dipakai dalam konsep cerita. Penetapan ide cerita tetap dilakukan oleh Jason Gallaty.


Sementara grup Sanggar Seni Cudamani yang bertugas untuk membuatkan musik, ada kurang lebih sebanyak 35 orang yang terlibat di dalamnya. 

 

Mereka terdiri atas musisi maupun penari yang ditugaskan menyanyi atau sinden.

 

Menurut Dewa Berata, game Kena: Bridge of Spirits mempunyai hubungan dengan Bali, khususnya mengenai dunia animisme di Indonesia. 

 

Karena itu pula Dewa Berata menjadi tertarik untuk bergabung dalam pembuatan game tersebut dari sisi musik.

 

Di sisi lain, dirinya juga berharap agar bagi generasi muda, komposer, penari film dan sebagainya lebih berani berkarya dan menunjukkan jati dirinya. 

 

Sebab Indonesia punya keunikan yang luar biasa, baik musik, tari, kehidupan.

 

"Mampu kah orang-orang kita sendiri di sini yang mengangkat itu, jangan terlena dengan yang barat. 

 

Kita yang mengangkat di sana justru yang sedikit diangkat, di sini kan yang jati diri kita di Indonesia," harapnya.


Tidak hanya di dunia game, Dewa Berata berharap ada produser nantinya yang tertarik untuk memproduksi film Bali atau Indonesia. 

 

Sebab Indonesia sejatinya sangat kaya sekali dan tidak akan kekurangan cerita untuk diangkat

 

"Kalau mereka sudah masuk, saya kira bagus sekali untuk Indonesia, bukan hanya Bali saja. 

 

Kan kita punya Sumatera, di mana-mana kita punya budaya yang unik sekali kalau mereka datang ke Indonesia

 

Menurut Dewa Berata, selama ini memang terdapat beberapa garapan film Hollywood yang mengangkat kisah-kisah di Indonesia. 

 

Namun garapan tersebut belum mendalam atau hanya sekadar sekilas pandang. Terlebih garapannya terlihat ada unsur kepentingan politik.

 

Berbeda dengan film luar seperti Disney misalnya yang sering mengangkat pengalaman orang dapat disampaikan dengan bagus, baik dari tema, penyelesaian dan sebagainya. 

 

Tak hanya Disney, Universal Studios juga mempunyai model penggarapan serupa.

 

"Itu harapan saya, supaya kita berani generasi penerus itu supaya kita berani bahwa kita bisa masuk ke mana saja, yang penting serius," pintanya.


Yuk intip trailer game Kena: Bridge of Spirits di sini :

 

Learn more »

Gamelan Bali Bisa Jadi Musik Buat Game PS5? Ya Bisalah!


Gamelan Bali bukan cuma jadi alat musik tradisi, tapi terbukti bisa jadi musik untuk game Kena: Bridge of Spirits yang akan rilis di Playstation 5, Agustus 2021 mendatang. Yuk dengarkan!

 

Gamelan Bali yang selama ini dikenal sebagai salah satu alat musik tradisi di Pulau Dewata kini makin diketahui masyarakat dunia. 

 

Lewat tangan dingin seniman Bali Dewa Putu Berata, gamelan tersebut bakal menjadi musik pengiring game Kena: Bridge of Spirits yang akan rilis di Playstation 5 dan 4.

 

Dewa Berata pun mengungkapkan kebanggaannya bisa berkontribusi dalam game besutan Ember Lab tersebut. 

 

Ia berharap game Kena: Bridge of Spirit bisa sukses dan mengenalkan gamelan Bali kepada masyarakat dunia.

 

"Saya pertama kan tentu bangga karena saya kira mudah-mudahan game ini sukses sehingga unsur gamelan itu dilihat oleh banyak orang dari berbagai negara. 

 

Karena gamelan sudah mulai masuk ke mana-mana di dunia ini, sehingga tidak berpikir gamelan hanya untuk tradisi saja," kata Dewa Berata dalam wawancara eksklusif.

 

Untuk diketahui, game Kena: Bridge of Spirits diproduksi oleh developer game dunia Ember Lab dari Amerika Serikat (AS). 

 

Game ini nantinya dapat dimainkan di PlayStation 5 (PS5) dan PS4 besutan Sony Interactive Entertainment.

 

Dewa Berata menggarap musik gamelan Bali untuk game tersebut bersama Sanggar Seni Cudamani yang didirikannya dan juga komposer Jason Gallaty. 

 

Sanggar tersebut bergerak dalam berbagai jenis gamelan mulai dari tradisi, kebyar sampai modern.

 

"Ada kesempatan seperti ini ya luar biasa karena ini juga perpaduan antara tradisional musik Bali dengan tradisional musik barat. 

 

Tidak baru sekali tapi minimalnya kita bisa masuk menjadi sebuah komposisi untuk mengiringi game," terangnya.


Dewa Putu Berata Pemilik Sanggar Seni Cudamani Bali digaet untuk mengisi musik game Playstation 5 yaitu Kena: Bridge of Spirits Foto: Sui Suadnyana/detikcom

 

"Saya bangga bisa mewakili Indonesia, Bali khususnya dalam hal ini masuk ke tingkat dunia. Ya jujur sangat menyenangkan, walaupun situasi seperti ini (COVID-19). 

 

Ya kita hadapi pasti ada jalan untuk bekerja dengan baik," imbuh Dewa Berata.

 

Dewa Berata menuturkan, kesulitan terbesar yang dialami dalam penggarapan musik video game Kena: Bridge of Spirits ini karena dirinya dan Jason Gallaty tidak bisa duduk bersama akibat pandemi COVID-19. 

 

Situasi itu menyebabkan keinginan dirinya dengan Jason Gallaty tidak langsung bisa dikerjakan secara bersama.

 

Berbeda ketika 2019 lalu sebelum pandemi COVID-19, saat Jason Gallaty datang ke Bali untuk rekaman. 

 

Saat itu keinginan satu sama lain antara Dewa Berata dengan Jason Gallaty bisa diungkapkan dan langsung bisa dieksekusi secara bersama.

 

"Jadi challenge-nya ya karena situasi COVID-19 ini juga. Itu challenge besar karena kita sulit juga ke studio dia, kan tutup juga studionya," kata dia.


Hasil akhir musik gamelan untuk game yang keren banget

 

Rekaman jarak jauh menjadi solusi yang diambil Dewa Berata dan Jason Gallaty. 

 

Sebabnya, jika Dewa Berata mengerjakan garapan tersebut di AS, dia mengaku bakal sulit untuk mendapatkan musisi. 

 

Meskipun di sana ada grup Gamelan Sekar Jaya untuk musik Bali, tetapi tidak boleh terjun begitu saja karena harus ada penyesuaian waktu.

 

"Itu kesulitannya. Selama COVID-19 ini itu dah sulitnya. 

 

Saya sempat pulang (ke Bali) tahun lalu, di sini dua bulan tahun lalu, dapat juga recording sedikit, saya pakai dua (sampai) tiga orang mucisian untuk memenuhi permintaannya dia (Jason Gallaty). 

 

Challenge-nya di sana di dalam bekerja itu butuh duduk bersama. Waktu mulai COVID-19 sudah sulit sekali. Itu challenge yang saya dapatkan," tuturnya.


Kondisi pandemi ini memaksa ada evaluasi rekaman musik dari jarak jauh. Dewa Berata membuat musik tersebut di Bali kemudian dikirim ke Jason Gallaty di Amerika Serikat. 

 

Jason kemudian melakukan penggabungan musik tersebut dengan musik klasik barat. Hasil mix music tersebut kemudian dikirim lagi ke Dewa Berata. 

 

Begitu terus dilakukan hingga musik dianggap sudah bagus.

 

"Ya masih lancar lah selama ini tidak ada sampai menyetop karya kita," kata pria asal Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali itu.

 

Seperti apa hasil akhirnya? Keren banget, detikers. Yuk dengarkan langsung musik gamelan Bali yang ada di game Kena: Bridge of Spirits.

 




Learn more »