Feature news

Tampilkan postingan dengan label sepak bola ac milan. Tampilkan semua postingan

Setelah Bertahun-tahun Mengontrak, AC Milan Akhirnya Beli Markas Mereka Sendiri

Raksasa Serie A, AC Milan dikabarkan telah memutuskan untuk membeli markas mereka sendiri, yakni Casa Milan guna makin menghemat pengeluaran klub.

Casa Milan pertama kali diperkenalkan pada 2014 silam. Bangunan yang terletak di Jalan Aldo Rossi tersebut pun sejak saat itu menjadi markas klub Rossoneri.

Casa Milan memiliki sejumlah fasilitas, mulai dari toko resmi klub, kantor penjualan tiket, restoran, museum, hingga studio untuk memamerkan kejayaan Il Diavolo Rosso.


Keputusan Milan

 

Kini seperti dilansir Cacio e Finanza, kubu Milan akhirnya memutuskan untuk membeli Casa Milan dengan biaya investasi senilai 42 juta euro atau kurang lebih 717 miliar rupiah.

Milan membeli bangunan ini dari Vittoria Assicurazioni, setelah sebelumnya mereka mengontraknya dalam enam tahun terakhir.

Dengan pembelian Casa Milan ini, Rossoneri bakal menghemat pengeluaran hingga 2 juta euro per tahun. 

Sebelumnya, mereka menghabiskan lebih dari 15,5 juta euro dari 2014 hingga 2020 untuk mengontrak bangunan tersebut.


Kebangkitan Milan

 

Setelah bermusim-musim selalu mengalami keterpurukan, Milan menunjukkan cahaya terang berupa kebangkitan sejak tahun lalu, terutama selepas lockdown.

Musim ini tim Milan asuhan Stefano Pioli tampil luar biasa di Serie A dan sempat lama memuncaki klasemen meski kini digusur oleh sang tetangga, Inter Milan.

Learn more »

Tuah Tahun 2020: Hanya AC Milan yang Belum Tersentuh Kekalahan, Plus Pecahkan Rekor 72 Tahun

AC Milan menutup tahun 2020 dengan sempurna: puncak klasemen Serie A, 34 poin dari 14 pertandingan, dan belum pernah tersentuh kekalahan.

Teranyar, Kamis (24/12/2020) dini hari WIB tadi, Milan menaklukkan Lazio dengan skor 3-2 setelah 90 menit yang berjalan alot. Bahkan Milan baru mengunci kemenangan lewat gol Theo Hernandez di menit ke-90+2.

Ya, pasukan Stefano Pioli ini mencatatkan torehan istimewa sebagai satu-satunya tim yang belum pernah merasakan kekalahan di antara lima liga top Eropa. Milan tangguh dan semakin matang.

Di Serie A, Milan merangkai 10 kemenangan dan 4 hasil imbang. Mereka mengalahkan Inter Milan 2-1 dan menaklukkan Napoli 3-1, tapi masih belum bertemu Juventus musim ini.

Kekalahan Juventus dari Fiorentina beberapa hari lalu, plus kemenangan Milan atas Lazio tadi menyempurnakan torehan Rossoneri, belum pernah kalah di liga sejauh ini.

 

Rekor gol

 

Tak hanya rekor belum terkalahkan, Milan pun menorehkan catatan istimewa dalam urusan bikin gol. Pasukan Pioli terbukti tajam di depan gawang, beban gol dibagi pada banyak pemain.

Menurut Opta, Milan merupakan tim kedua dalam sejarah lima liga top Eropa yang bisa mencetak minimal 2 gol dalam lebih dari 15 laga beruntun dalam satu tahun kalender.

Rekor ini sebelumnya dipegang Barcelona dan berusia 72 tahun, Milan jadi tim kedua yang bisa memecahkannya.

Satu-satunya kekalahan Milan musim ini terjadi di Liga Europa, takluk 0-3 dari Lille dalam duel fase grup November lalu. Meski begitu, Milan masih jadi salah satu favorit di semua kompetisi.

Tambahan 3 poin teranyar ini membuat Milan menutup tahun 2020 dengan sempurna, sebelum melangkah lagi pada 4 Januari 2021 mendatang, menyambangi markas Benevento di Serie A.

Learn more »

Buon Compleanno, AC Milan!

121 tahun silam, AC Milan terlahir. 

Dan sejak saat itu, klub yang nama awalnya adalah Milan Foot-Ball and Cricket Club itu menjadi klub tersukses di Italia di pentas Eropa, tepatnya di Liga Champions.

Pada tahun 1899 silam, tepatnya pada 16 Desember, Milan didirikan oleh dua ekspatriat asal Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin.

Tanggal itu menjadi tanggal resmi berdirinya Rossoneri. Meskipun, jejak sejarah tampaknya membuktikan bahwa Milan didirikan beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada 13 Desember.

Milan sempat berjaya di pentas domestik usai pergantian abad. 

Namun pada akhirnya prestasi mereka sempat tersendat akibat adanya permasalahan internal, yang kemudian menjadi biang lahirnya FC Internazionale Milano, alias yang lebih dikenal sebagai Inter Milan, pada 1908.

Milan baru mulai gacor lagi pada awal tahun 50an di liga domestik. Ini kemudian berujung pada kesuksesan mereka menjadi juara Eropa untuk pertama kalinya. 

Pada tahun 1963, Rossoneri mengalahkan Benfica di final European Cup.

 

AC Milan great Cesare Maldini has died aged 84. In 1963 he became the first Italian to lift the European Cup.
Image
Image
2.1K
2.3K people are Tweeting about this

 

Jose Altafini menjadi aktor kemenangan Milan kala itu. Dua golnya membuat satu gol Eusebio menjadi tak berarti.

Milan kemudian meraih gelar Eropa keduanya pada tahun 1969. 

Kali ini di final mereka bersua dengan raksasa Belanda, Ajax Amsterdam. Hattrick Pierino Prati dan satu gol Angelo Sormani membawa mereka mengalahkan Ajax 4-1. 

 

Fase Kelam AC Milan

 

Namun setelah itu, AC Milan mengalami masa kelam. Usai memenangi gelar liga yang ke-10, Rossoneri mengalami penurunan prestasi.

Hal tersebut tak lepas dari keterlibatan klub dalam skandal Totonero 1980. 

Ini adalah skandal pengaturan skor di Serie A dan Serie B. 13 klub terlibat di dalamnya. Selain Milan, ada Juventus, Napoli dan juga Lazio.

Milan sendiri dihukum untuk turun kasta ke Serie B. Mereka langsung bangkit dalam semusim, tapi terdegradasi lagi pada musim 1981-82.

Pada tahun 1983, AC Milan berhasil kembali berhasil meraih tiket promosi ke Serie A. Mereka berhasil menjadi juara Serie B untuk kedua kalinya dalam tiga musim.

 

Silvio Berlusconi dan Kebangkitan Milan

 

AC Milan sempat ambyar dan kere. Untungnya ada dewa penyelamat bernama Silvio Berlusconi yang datang mengakuisisi Rossoneri pada awal tahun 1986.

"Milan? Ini urusan hati. Itu mahal, tapi wanita tercantik juga mahal," ucap bos Fininvest dan Mediaset tersebut usai menyelamatkan klub dari kebangkrutan kala itu, via Goal.

Milan langsung bangkit dengan suntikan dana dari sang taipan. 

Dengan dilatih Arrigo Sacchi dan diperkuat trio Belanda - Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard, usai meraih Scudetto pada musim 1987-88, Rossoneri jadi juara Eropa lagi pada tahun berikutnya.

Di final Milan mengalahkan Steaua Bucharest dengan skor telak 4-0. Gullit dan Van Basten sama-sama mengemas brace di laga itu.

 




#OnThisDay in 1989 Milan won their first champions league title under Berlusconi by beating Steua Bucharest in the final at the camp nou. Milan has returned to the top of the world and the legendary era has begun.
Image
Image
Image
6
See Abdelaziz’s other Tweets

Di musim berikutnya, 1989-90, Milan berhasil mempertahankan gelar juaranya usai di final menang 1-0 atas Benfica. 

Kali ini Rijkaard yang menjadi penentu kemenangan Rossoneri. 

Hasil tersebut membuat Rossoneri menjadi tim terakhir yang meraih dua gelar Eropa beruntun sebelum diulang Real Madrid pada tahun 2017 lalu.

 

Milan Capello, Format Baru UCL, dan Penghancuran Barcelona

 

Pada tahun 1992, terjadi perubahan format di kompetisi paling elit di benua Biru tersebut. 

Nama European Cup ditanggalkan dan berganti menjadi seperti yang kita kenal saat ini, Champions League alias Liga Champions.

Milan juga mengalami perubahan. Mereka berganti nahkoda. Arrigo Sacchi hengkang dari Milan pada tahun 1991 dan digantikan oleh Fabio Capello.

Pada tahun 1993, Milan masuk final. Tapi di partai tersebut mereka dikalahkan Marseille dengan skor 1-0.

Namun Capello menebusnya di tahun berikutnya, di mana Rossoneri berhasil menekuk Barcelona dengan skor 4-0.  

Brace Daniele Massaro, serta gol dari Dejan Savicevic dan Marcel Desailly membuat Diavolo Rosso mengangkat trofi pertamanya di format baru sekaligus yang kelima di sepanjang sejarah.

 

"Milan are nothing special. It's impossible for us to lose" - The words of Johan Cruyff before the 1994 CL Final.
Image
1.7K
697 people are Tweeting about this

 

Laga ini termasuk yang sangat bersejarah. Sebab Milan yang tak diunggulkan berhasil membunuh mimpi Barcelona yang saat itu berjuluk The Dream Team.

May 1994: Pep Guardiola looks on in disbelief as Barcelona crash to a 4-0 defeat against AC Milan in the Champions League Final.
Image
1.3K
289 people are Tweeting about this

 

“Pers, terutama media asing, tidak memberi kami harapan,” kata Paolo Maldini saat mengenang pertandingan itu, via Bleacher Report.

"Barcelona jelas tim yang bagus, tapi kami tahu mereka memiliki kelemahan dan bagaimana mengeksploitasinya dan kami melakukannya dengan kejam.”

 

Periode Kesuksesan Milan Era Ancelotti

 

Usai kemenangan lawan Barcelona itu, AC Milan tak meraih sukses lagi di pentas Eropa selama nyaris satu dekade. 

Meskipun mereka saat itu berganti pelatih berkali-kali, dari Oscar Tabarez, Capello lagi, Alberto Zaccheroni, hingga Fatih Terim.

Milan mulai bangkit usai menunjuk Carlo Ancelotti pada tahun 2001. Pada musim 2002-03, ia membawa Filippo Inzaghi dkk melaju ke final melawan rival domestik mereka, Juventus.

Duel kedua tim berlangsung alot dan berakhir imbang 0-0 meski telah melalui extra time. Pada akhirnya Milan menang 3-2 di babak adu penalti.

Milan sempat masuk ke final pada tahun 2005. Namun mereka dijegal oleh Liverpool via adu penalti. Akan tetapi pada tahun 2007, Rossoneri kembali bertemu dengan The Reds di final.

Kali ini ceritanya berbeda. AC Milan berhasil menang dengan skor 2-1. Super Pippo Inzaghi menjadi pahlawan dengan dua golnya ke gawang Liverpool. 

Ia pun membawa Rossoneri meraih gelar Eropa untuk yang ketujuh kalinya.

 

30 & 13 - #OnThisDay in 1990 and in 2007, #ACMilan won both the 4th and the 7th #ChampionsLeague / European Cup of their history, respectively against Benfica in Vienna and against Liverpool in Athens. Mentality. @acmilan #23May #UCL #OTD
Image
267
96 people are Tweeting about this

 

"Saya telah mencetak cukup banyak gol di Eropa, tetapi mencetak gol di final Liga Champions adalah sesuatu yang istimewa," ucapnya usai laga tersebut pada situs resmi UEFA.

Gelar tersebut untuk saat ini menjadi gelar terakhir AC Milan di pentas Liga Champions. 

Mereka tak cuma menjadi tim tersukses Italia di kompetisi itu tapi juga tim tersukses kedua di Eropa, hanya kalah dari Real Madrid.



Happy birthday, 7-time winners AC Milan! #UCL
Image
Image
Image
Image
10.5K
1.2K people are Tweeting about this

Semoga koleksi trofimu di Liga Champions terus bertambah, wahai AC Milan!

Buon Compleano!

Learn more »

Sejarah Hari Ini (8 Oktober): Selamat Ulang Tahun Zvonimir Boban!

Hari ini, salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Milan dan Kroasia merayakan ulang tahunnya ke-46.
Nama Zvonimir Boban tidak begitu saja dilupakan, khususnya buat fans AC Milan dan tim nasional Kroasia, meski dia telah memutuskan gantung sepatu lebih dari satu dekade silam.
Hari ini, mantan bintang I Rossoneri berulang tahun yang ke-45 dan untuk merayakan hari kelahirannya.

Boban lahir di Imotski, 8 Oktober 1968 dan memulai karier profesionalnya dengan Dinamo Zagreb. Di usia 16, Boban melakoni debut untuk tim di musim 1985/86 dan menjadi kapten tiga tahun kemudian. Selama enam musim berseragam Dinamo Zagreb, Boban memainkan 109 pertandingan dan menyumbang 45 gol.

Bersama Dinamo Zagreb, sebuah momen tak terlupakan dialami Boban. Dalam pertandingan melawan Red Star Belgrade pada 13 Mei 1990, Boban menendang seorang polisi yang menyerang suporter Dinamo setelah kerusuhan pecah di stadion. 

Insiden ini menjadikan Boban sebagai ikon nasionalis di Kroasia dan dianggap beberapa kalangan sebagai ekspresi ketidakpuasan dengan rezim Yugoslavia. Tapi, hal ini juga membuatnya disuspensi dari tim nasional Yugoslavia sehingga harus absen di Piala Dunia 1990 di Italia.

Meski terlibat dalam kerusahan di negaranya, itu tidak mengurungkan niat Milan merekrut sang pemain pada 1991 dengan nilai kesepakatan mencapai £8 juta. Tapi Boban tak bisa langsung unjuk kebolehan dengan seragam Merah Hitam karena dia dipinjamkan ke Bari untuk beradaptasi dengan sepakbola Italia. 

Bari terdegradasi ke Serie B, namun Boban sukses mendemonstrasikan kemampuannya di tim dan mendorong Milan memulangkannya ke San Siro.

Pemain dengan tinggi 185 cm kemudian bertahan selama sembilan musim dan menikmati kesuksesan bersama Il Diavolo Rosso. Trofi Liga Champions, empat titel Serie A, tiga Supercopa Italiana dan satu Piala Super Eropa berhasil dipersembahkan Boban selama berkarier di San Siro.

Kehadiran Rui Costa di klub pada 2001 membuat Boban tersingkir dari tempat utama dan dipinjamkan ke klub La Liga Celta Vigo, di mana dia hanya memainkan empat pertandingan. Tidak puas dengan peran sebagai pengganti, Boban memutuskan pensiun pada Oktober 2001 dan menyudahi musim terakhirnya lebih awal dari rencana.

Di tingkat internasional, Boban pernah membawa Yugoslavia memenangkan Piala Dunia junior pada 1978 dan mengoleksi tujuh caps di tim senior antara 1988 dan 1991, dengan debutnya melawan Republik Irlandia pada 27 April 1988. Boban memainkan laga terakhir untuk Yugoslavia pada 16 Mei 1991 melawan Kepulauan Faroe dan mencetak gol tunggal untuk kemenangan timnya.

Boban memutuskan membela Kroasia saat mereka mendeklarasikan merdeka dari Yugoslavia. Dia memainkan laga internasional pertama untuk Kroasia pada persahabatan melawan Romania pada 22 Desember 1990.

Prestasi tertingginya adalah membawa Kroasia finis peringkat tiga Piala Dunia 1998 di Prancis, di mana Boban menjadi kapten sepanjang turnamen.
Learn more »