Feature news

Tampilkan postingan dengan label facebook law and policy. Tampilkan semua postingan

Facebook Mungkin Akan Ceraikan WhatsApp

Facebook menghadapi gugatan hukum pelik dari regulator Federal Trade Commission (FTC) dan para jaksa di lebih dari 45 negara bagian Amerika Serikat. 

Intinya, Facebook dipandang menyalahgunakan kekuasaannya untuk monopoli dan diminta untuk dipecah.

Artinya, pengadilan bisa saja nantinya memutuskan Facebook harus menjual WhatsApp dan Instagram atau menjadikan keduanya sebagai perusahaan terpisah. 

Akankah hal itu menjadi kenyataan?

"Selama hampir satu dekade, Facebook telah menggunakan dominasi dan kekuatan monopolinya untuk menghancurkan rival lebih kecil, menghabisi kompetitor, semuanya dengan biaya dari para user sehari-hari," cetus Letitia James, Jaksa Agung New York.

FTC adalah pihak yang berwewenang menyetujui akuisisi Facebook pada WhatsApp dan Instagram, sehingga Facebook berargumen tidak fair jika akusisi dibatalkan. 

Namun demikian, menurut mantan pengacara FTC, Charlotte Slaiman, tidak ada aturan hukum yang menghalangi jika FTC mau membatalkannya.

Jika Facebook terbukti melakukan perbuatan monopoli atau anti kompetisi, maka FTC bisa melakukan apapun yang dipandang perlu untuk memperbaikinya. 

"Mereka menghadirkan kasus yang kuat dan bisa saja menang," katanya yang dikutip dari Fortune.

Namun demikian, proses pengadilan pastinya membutuhkan waktu lama. "Apakah Instagram dan WhatsApp akan diceraikan dari Facebook sekarang akan diputuskan oleh pengadilan dan gugatan semacam ini membutuhkan waktu," cetus James Clayton, reporter teknologi BBC.

"Juga ada peluang untuk banding. Jadi jangan harapkan Facebook akan dipecah dalam waktu cepat. 

Namun demikian, gugatan ini mengindikasikan bahwa perusahaan teknologi besar itu terlampau jumbo bagi orang dan perlu untuk diperkecil," tambahnya.

Facebook mengakuisisi Instagram pada tahun 2012 senilai USD 1 miliar dan WhatsApp di tahun 2014 seharga USD 19 miliar. 

Instagram sudah lebih dari 1 miliar penggunanya sedangkan Facebook dan WhatsApp sudah lebih dari 2 miliar yang memakainya.

Learn more »

Facebook Sering Cuekin Pemeriksa Fakta Sendiri, Kenapa?


Facebook telah berulang kali menolak pemeriksa fakta miliknya sendiri dengan motif membantu halaman dengan konten berbau konservatif walaupun telah menyebarkan berita hoax atau palsu.

Hal ini dilaporkan oleh NBC News setelah ada dokumen bocor, di mana ditemukan bukti bahwa karyawan secara teratur melakukan intervensi dalam proses pengecekan fakta perusahaan untuk menghindari risiko harus memberi sanksi pada kaum konservatif terkenal.

Saat pemeriksa fakta pihak ketiga Facebook menandai sesuatu sebagai hal yang salah, maka distribusi postingan di News Feed akan berkurang sehingga akan sulit dilihat orang.

Halaman yang berulang kali membagikan postingan yang dibantah oleh pemeriksa fakta akan mendapatkan teguran.

Facebook akan 'menghukum' halaman tersebut dengan menurunkan peringkat kontennya dan juga tidak dapat memasang iklan.

Orang yang menjadi admin halaman populer dengan banyak pengikut dapat mengajukan banding atas keputusan pemeriksaan fakta.

Nah, saat kaum konservatif yang kerap mengkritik jejaring sosial karena dituding bias terhadap mereka mengajukan banding atas keputusan ini, tim Facebook turun tangan dan mungkin mengubah keputusan.

"Karyawan Facebook cemas bahwa komplain pada pemeriksa fakta Facebook akan go public dan memperbesar tudingan bahwa media sosial ini bias terhadap kaum konservatif,"" tulis NBC yang dilansir dari Engadget.

Halaman Facebook seperti Breitbart, Donald Trump Jr., Eric Trump, Gateway Pundit dan Diamond and Silk semuanya mendapatkan perlakuan khusus dalam proses ini, menurut NBC. Bagaimana tanggapan Facebook?

"Kami tunduk pada pemeriksa fakta pihak ketiga atas peringkat yang diterima suatu konten. Ketika pemeriksa fakta menerapkan peringkat, kami menerapkan label dan penurunan pangkat," kata juru bicara Facebook.

"Hingga hari ini, kami tetap menjadi satu-satunya perusahaan yang bermitra dengan lebih dari 70 organisasi pemeriksa fakta untuk menerapkan pemeriksaan fakta ke jutaan konten. " tambahnya.
Learn more »