Feature news

Tampilkan postingan dengan label facebook cyberlife. Tampilkan semua postingan

Cerita Karyawan Facebook Pernah Ditodong Mark Zuckerberg Pakai Pedang

Noah Kagan adalah seorang kreator dan entrepreneur yang dulunya pernah bekerja di Facebook/Meta. 

 

 

Belum lama ini, Kagan mengunggah video TikTok yang berisi pengalaman aneh yang ia alami saat bekerja di raksasa media sosial tersebut.

 

 

 

Dalam video berdurasi 30 detik tersebut, Kagan mengungkap bahwa ia merupakan karyawan ke-30 Facebook yang didirikan pada tahun 2004. 

 

Dilihat dari halaman LinkedIn-nya, Kagan mulai bekerja di Facebook pada tahun 2005.

 

 

Tapi karier Kagan di Facebook tidak bertahan lama karena ia dipecat sembilan bulan setelah bergabung. Kini Kagan menjadi seorang entrepreneur dan mendirikan dua perusahaan, yakni Chief Sumo dan AppSumo di mana ia juga menjadi CEO.


Kagan kemudian menceritakan pengalamannya saat bermain poker bersama Peter Thiel, entrepreneur dan co-founder PayPal yang dulunya sempat menjadi anggota direksi Facebook. Thiel yang kalah dalam permainan poker itu memaksa agar uangnya dikembalikan.

 

Ia kemudian melanjutkan videonya dengan mengungkap bahwa Facebook membayar biaya parkir semua karyawannya. "Benar-benar fasilitas kantor yang luar biasa," kata Kagan dalam videonya, seperti dikutip dari Futurism.



 

Weird Things That Happened When I Worked At Facebook 👨💻
♬ original sound - Noah Kagan

 

 

Tapi kisah yang paling aneh justru diceritakan Kagan di akhir videonya. 

 

Ia mengatakan pernah melihat pendiri dan CEO Facebook/Meta Mark Zuckerberg membawa pedang katana ke kantor dan mengayun-ayunkannya di depan karyawan karena tidak suka dengan kode yang ditulis karyawannya.


 

Ini bukan pertama kalinya Kagan mengungkap insiden katana tersebut. Ia pernah menceritakannya dengan lebih detail di dalam bukunya yang berjudul 'How I Lost 170 Million Dolars: My Time as #30 at Facebook'.

 

"Ia memiliki beberapa kalimat motivasi yang hebat," tulis Kagan dalam bukunya.

 

"Dengan penuh cinta, ia akan berkata 'Jika kamu tidak menyelesaikannya dengan lebih cepat, saya kana meninju wajahmu,' atau 'Saya akan membelahmu dengan pedang besar ini,' sambil memegang pedang besar di tangannya. Sampai saat ini, saya tidak tahu mengapa ia memiliki pedang itu," imbuhnya.

Learn more »

Pekan Depan, Facebook Disebut Akan Ganti Nama

Media sosial terpopuler sejagat Facebook dilaporkan akan mengganti nama mereka. 

 

Akankah ini menjadi akhir hayat penggunaan nama Facebook setelah yang didirikan Mark Zuckerberg sejak 2004?

 

Perubahan nama Facebook tersebut untuk menyambut fokus terbaru perusahaan membangun ruang digital metaverse. 

 

Sebagai informasi, metaverse adalah lingkungan dan ekosistem virtual bersama yang bisa diakses oleh pengguna secara daring.



Sebagaimana dikutip dari pemberitaan The Verge, menurut sumber yang mengetahui langsung rencana perubahan nama Facebook itu bertepatan dengan konferensi tahunan Connect pada 28 Oktober mendatang.



Namun, kata sumber yang sama, bisa saja perubahan nama Facebook bisa lebih cepat dari yang diduga sebelumnya.



Rencana perubahan nama Facebook ini untuk membangun citra baru yang memposisikan aplikasi Facebook sebagai salah satu dari banyak produk di bawah perusahaan induk yang membawahi Instagram, WhatsApp, Oculus, dan lainnya.



Belum lama ini, Facebook juga membuka lowongan pekerjaan sebanyak 10.000 orang untuk menjalankan produk hardware konsumer, seperti kacamata AR yang diyakini Zuckerberg akan sepopuler penggunaannya layaknya smartphone saat ini.



"Kami akan secara efektif bertransisi dari orang-orang yang melihat kami sebagai perusahaan media sosial menjadi perusahaan metaverse," ujar Zuckerberg.

 

Untuk saat ini, pihak Facebook tidak menanggapi isu perubahan nama Facebook. 

 

sudah saatnya transformasi di Facebook dengan mengubah nama seperti Google jadi Alphabet atau Snapchat menjadi Snap Inc saat berperan sebagai induk perusahaan?

Learn more »

Apa Itu BGP dan DNS, Penyebab Tumbangnya Facebook, WhatsApp dan Instagram

Facebook akhirnya mengungkap penyebab tumbangnya sejumlah layanan mereka, seperti WhatsApp, Instagram, dan tentunya Facebook.

 

Mereka memang tak menjelaskan secara gamblang penyebab tumbangnya layanan mereka, namun yang jelas, layanan mereka tumbang setelah adanya pembaruan border gateway protocol (BGP) yang rutin mereka lakukan.

 

Pembaruan BGP ini dianggap sebagai biang kerok masalah, yaitu menghapus semua informasi routing domain name system (DNS) yang ada. Alhasil semua layanan Facebook tak bisa diakses.

 

Jadi, apa sih BGP dan DNS ini?

 

Pertama adalah BGP, yang merupakan pengatur lalu lintas internet dunia. 

 

Yaitu mengatur aliran atau paket apa dikirimkan ke mana, dengan jalur yang paling pendek agar paket data bisa lebih cepat sampai.

 

BGP diperlukan karena di dunia ada banyak penyedia layanan internet, backbone router, dan juga server. Jadi BGP ini bertugas untuk menunjukkan jalan untuk paket data, dan memastikan rute tersebut adalah rute terbaik.

 

Lalu apa hubungannya BGP dan DNS? Secara singkat, meminjam penjelasan dari Cloudflare, DNS berfungsi untuk menjelaskan tujuan dari sebuah data, dan BGP bertujuan untuk mengatur rute yang perlu ditempuh untuk bisa mencapai tujuannya.

 

DNS adalah teknologi yang membuat komputer (dan berbagai perangkat yang tersambung ke internet) bisa mengerti alamat IP dari sebuah situs ataupun berbagai hal yang di internet. 

 

Namun fungsinya sebatas itu, mengetahui alamat dari tujuannya.

 

Untuk itulah BGP diperlukan untuk mengarahkan paket tersebut ke tujuannya. 

 

Hal inilah yang terjadi di tumbangnya Facebook dan berbagai layanannya selama beberapa jam, karena BGP tak bisa mengarahkan paket ke tujuannya, sehingga pengguna tak bisa mendapat paket dari Facebook dkk.

 

Permasalahan BGP dan DNS ini juga yang dianggap menjadi biang kerok tumbangnya Facebook dkk pada Maret 2019 lalu.

Learn more »

Ketahuan Pakai Akun Menantu, Facebook Larang Donald Trump Kedua Kalinya

 

Donald Trump dikeluarkan dari Facebook untuk kedua kalinya setelah Media Matters for America mempertanyakan kemunculan Trump di akun Facebook menantunya Lara Trump.

Facebook saat ini telah menghapus video wawancara mantan Presiden AS tersebut yang diposting oleh akun sang menantu, Lara Trump, istri dari Eric Trump.


Lara memposting screenshot email yang tampaknya berasal dari Facebook, isinya menginformasikan video wawancara telah dihapus karena memberi panggung bagi Donald Trump. Email tersebut juga memperingatkan akun akan dibatasi jika tetap memposting konten serupa.

Dikutip dari The Verge, Donald Trump dilarang menggunakan Facebook sejak terjadi penyerangan terhadap Gedung Capitol AS pada 6 Januari lalu. 

Tak hanya Facebook, menyusul peristiwa tersebut, sebagian besar platform media sosial melarang Trump.


Ini bukan pertama kalinya Trump mencari celah untuk melangar larangan dan berupaya tetap mengeluarkan suaranya di media sosial. 

Sebelumnya, Twitter juga melarang beberapa akun yang berafiliasi dengan Trump yang memposting pernyataannya.


Learn more »

Facebook Siap-siap Gugat Apple

Facebook dikabarkan sedang menyiapkan gugatan anti monopoli terhadap Apple. 

Gugatan ini disebut telah disiapkan Facebook selama berbulan-bulan bersama dengan ahli hukum eksternal, berdasarkan laporan dari The Information.

Gugatan ini secara spesifik menuduh Apple menyalahgunakan kekuasaannya dengan memaksa pengembang aplikasi pihak ketiga, termasuk Facebook, untuk mengikuti aturan App Store berbeda yang tidak harus diikuti oleh aplikasi buatan Apple.

Contohnya, Apple memaksa developer lain untuk menggunakan sistem pembayaran in-app buatannya. 

Hal ini diklaim Facebook membuat pengembang lain sulit berkompetisi dengan Apple di area seperti gaming, messaging dan belanja.

Gugatan ini juga akan menyasar kebijakan Apple yang melarang aplikasi messaging pihak ketiga untuk menjadi aplikasi default di perangkat Apple.

Tapi ada kemungkinan Facebook tidak akan melayangkan gugatan terhadap Apple. 

Laporan ini menyebutkan bahwa eksekutif Facebook saat ini menghadapi protes internal dari pegawai yang tidak menyetujui persaingan Facebook dengan Apple.

Dalam keterangan resminya kepada Business Insider, juru bicara Facebook tidak mengonfirmasi kabar soal gugatan tersebut tapi kembali menegaskan klaim bahwa Apple bertindak secara anti-kompetitif.

"Kami percaya Apple bertindak secara anti-kompetitif dengan menggunakan kontrol terhadap App Store untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan pengembang aplikasi dan bisnis kecil," kata juru bicara Facebook, seperti dikutip dari Business Insider.

Facebook juga disebut akan mengajak perusahaan lain untuk bergabung dalam gugatan ini. Saat ini, Apple sedang menghadapi gugatan antitrust dari Epic Games yang dilayangkan tahun lalu.

Persaingan antara kedua raksasa teknologi ini makin memanas setelah Apple mengumumkan akan menghadirkan fitur privasi baru di iOS 14, salah satunya fitur App Tracking Transparancy. 

Fitur ini akan mengharuskan aplikasi untuk meminta izin sebelum melacak pengguna untuk urusan iklan.

Facebook berargumen fitur ini akan menyulitkan bisnis kecil untuk menjangkau lebih banyak pengguna dengan iklan. 

Perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini juga khawatir pendapatannya dari bisnis iklan akan menurun akibat aturan baru ini.

Sementara itu, Facebook dan Apple terus menjadi perhatian regulator Amerika Serikat karena dominasinya di pasar. 

Keduanya menjadi perhatian karena dua alasan berbeda: Facebook karena bisnis iklannya yang sangat besar, dan Apple karena kebijakan di App Store.

Learn more »

Lagi Kisruh, Facebook Hilangkan Centang Biru Apple?

Apple dan Facebook saat ini sedang tidak akur karena perbedaan pendapat soal kebijakan privasi terbaru di iOS 14. 

Kini, sepertinya perseteruan keduanya memasuki babak baru karena Facebook diduga menghapus centang biru di halaman resmi Apple yang ada di platformnya.

Absennya centang biru di halaman Facebook milik Apple pertama kali dilihat oleh konsultan media sosial Matt Navarra. 

Centang biru ini menandakan bahwa halaman tersebut resmi dan identitasnya telah diverifikasi.

"Facebook telah menghapus centang biru verifikasi halaman Apple," tulis Navarra di akun Twitter pribadinya, seperti dikutip dari Metro.

Dalam cuitan Navarra selanjutnya, ia memperlihatkan halaman Facebook milik perusahaan teknologi pesaing Apple seperti Google dan Samsung masih memiliki centang biru. 

Sementara itu akun Apple di Instagram juga masih memiliki centang biru.

Usut punya usut, tidak adanya centang biru di halaman Apple bukan karena dendam Facebook.

 Dalam keterangan yang diterima Navarra, Facebook mengatakan halaman resmi Apple di platform mereka memang tidak pernah diverifikasi, jadi tidak pernah memiliki centang biru.

Saat ditanya mengapa halaman milik Facebook milik Apple tidak pernah diverifikasi, perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu mengatakan admin Apple memang tidak mendaftarkan halamannya untuk diverifikasi.

Kisruh antara kedua raksasa teknologi ini dimulai ketika Apple mengenalkan aturan privasi baru di iOS 14 yang diklaim Facebook akan mengancam bisnis iklan mereka.

Aturan yang dimaksud bakal membatasi kemampuan aplikasi untuk mengumpulkan data dari pengguna ponsel, yang nantinya bakal dijadikan target untuk iklan mereka.

Facebook tidak tinggal diam menanggapi aturan baru ini. 

Mereka langsung memasang iklan sehalaman penuh di sejumlah surat kabar yang isinya mengkritik kebijakan baru Apple dengan kedok membela usaha kecil.

Apple pun langsung mengeluarkan pernyataan terhadap tudingan ini. 

Mereka menyebut dengan aturan baru ini, Facebook tak perlu mengubah pendekatan mereka saat memantau pengguna dan menjadikan mereka sebagai target iklannya.

Facebook has removed Apple’s blue tick Page verification

Gambar
1,4 rb
302 orang menge-Tweet tentang ini
Learn more »

Menyoal Shadowban di Instagram dan Facebook, Ini Faktanya

Pengguna Instagram belakangan ini dikejutkan dengan fenomena shadowban. 

Banyak akun dengan followers besar yang mengaku mengalami hal ini, termasuk akun humor @dagelan yang memiliki 16 juta follower dan centang biru.

Dalam postingannya beberapa hari yang lalu, @dagelan mengatakan jumlah followers mereka menghilang karena shadowban yang diterapkan Instagram. 

Hal serupa dikatakan oleh akun Mak Lambe Turah di Facebook. 

Mereka pun meminta followers yang membaca postingan tersebut untuk memberikan like, komentar atau menyimpan postingannya.

Lantas, apa itu shadowban? Apakah semua akun bisa terkena shadowban dan bagaimana dampaknya?

Shadowban atau yang juga dikenal sebagai 'stealth banning atau 'ghost banning' pada intinya adalah pembatasan jangkauan akun atau konten yang dianggap tidak pantas tapi tidak melanggar pedoman komunitas platform media sosial.

Fenomena ini tidak terbatas hanya di Instagram. 

Pengguna Facebook pun ada yang mengeluhkan hal serupa, dan beberapa tahun yang lalu politisi konservatif di Amerika Serikat mengaku akun Twitter mereka jadi sulit ditemukan karena kena shadowban.

Akun yang kena shadowban berarti konten publik yang mereka unggah hanya bisa dilihat oleh followers yang mengikuti, jadi mereka akan kesulitan menjangkau pengguna baru dan mengembangkan akunnya. 

Yang perlu Anda tahu, shadowban adalah istilah yang bisa dikatakan lahir dari pengguna medsos, bukan istilah resmi dari Facebook, Instagram dkk.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Banyak pengguna tidak menyadari bahwa sejak 2018, Facebook, Instagram, YouTube, Twitter dkk secara bertahap menerapkan kebijakan yang disebut 'Remove-Reduce'. 

Artinya adalah mereka menghapus konten bermasalah dan mengurangi keterpaparan atau penyebaran konten tersebut. 

Hal inilah yang tampaknya disebut para pengguna sebagai shadowban.

Menyoal shadowban di Instagram, pada April 2019 lalu Facebook mengenalkan kebijakan baru untuk tidak mempromosikan konten-konten yang dianggap 'borderline' atau konten yang dianggap tidak pantas tapi tidak menyalahi pedoman komunitas, seperti dikutip dari TechCrunch.

Secara spesifik, konten seperti ini tidak akan ditampilkan untuk pengguna yang lebih luas di halaman Explore dan hashtag. 

Sistem ini akan membuat pengguna kesulitan mendapatkan followers baru, tapi Facebook dan Instagram menekankan ini dilakukan untuk menyaring konten tidak pantas dari halaman Explore dan hashtag yang lebih luas.

Contoh konten yang dianggap borderline oleh Instagram dan Facebook misalnya konten yang menjurus ke arah seksual tapi tidak menggambarkan tindakan seksual atau foto bugil. 

Atau misalnya meme yang tidak menggambarkan ujaran kebencian tapi dinilai tidak pantas, kemungkinan akan dibatasi penyebarannya oleh Instagram dan Facebook.

Postingan seperti ini tidak akan dihapus dari feed pengguna, dan Instagram mengatakan kebijakan baru ini tidak berdampak pada feed utama dan Stories. 

Sedangkan untuk Facebook, kebijakan ini berarti konten 'borderline' akan ditampilkan di bagian terbawah News Feed.

Instagram tidak menjelaskan secara spesifik apa saja yang termasuk dalam konten borderline. 

Satu-satunya informasi yang diberikan adalah dalam event dengan wartawan AS pada April 2019, di mana mereka mengatakan konten kekerasan, grafik/mengejutkan, menjurus ke arah seksual, misinformasi, dan spam bisa digolongkan sebagai 'tidak direkomendasikan' dan tidak akan ditampilkan di halaman Explore atau hashtag.

Dalam halaman pusat bantuannya, Instagram mengatakan tidak semua postingan atau akun berhak untuk ditampilkan di halaman Explore dan hashtag. 

Jika pengguna tidak bisa mencari hashtag tertentu, Instagram mengatakan hashtag tersebut kemungkinan terkait dengan konten yang melanggar pedoman komunitas.

Beberapa waktu yang lalu, dalam sesi tanya jawab CEO Instagram Adam Mosseri menegaskan tidak ada kebijakan shadowban di platformnya.

"Shadow banning bukanlah apa-apa. 

Jika seseorang mengikuti kalian di Instagram, foto dan video kalian bisa terlihat di feed mereka jika mereka tetap menggunakannya," kata Mosseri seperti dikutip dari HuffPost.

"Berada di (halaman Explore Instagram) tidak dijamin untuk siapa pun. Terkadang kalian beruntung, terkadang tidak," sambungnya.

Learn more »

Kisah Mengagumkan Lulusan SMA Berharta Rp 40 Triliun

Di jagat teknologi, ada beberapa sosok yang drop out tapi sukses luar biasa. 

Sebut saja Steve Jobs, Mark Zuckerberg sampai Bill Gates. 

Nah orang ini juga sangat hebat karena tidak seperti nama di atas, ia benar-benar tidak pernah kuliah, hanya lulusan SMA.

Dia adalah Sean Parker. 

Dari sepak terjang di jagat teknologi, Forbes mencatat kekayaannya saat ini tembus USD 2,7 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun. 

Di daftar terbaru Forbes 400, ia menempati urutan 319 orang terkaya di AS. Memang Parker bukan sosok biasa saja, banyak yang menilai dia genius.

Salah satu prestasi Parker adalah menjadi presiden pertama Facebook jauh sebelum media sosial ini meraksasa, tepatnya di tahun 2004. 

Pada waktu menjadi presiden Facebook itu, umur Parker baru 24 tahun.

Lahir 40 tahun silam di Virginia, Parker lahir dari keluarga cukup berada. Ayahnya Bruce Parker adalah PNS dan ibunya berkecimpung di bisnis periklanan. 

Ketika umurnya baru 7 tahun, sang ayah sudah mengajarkan pemrograman di komputer Atari 800.

Menginjak usia 16 tahun, Parker sudah menjadi hacker. Bukan hacker sembarangan, ia mampu menjebol jaringan perusahaan-perusahaan raksasa hingga menjadi buron FBI.

Beberapa kali lolos, akhirnya Sean Parker terlacak melalui alamat IP karena tidak sempat log out. 

Pasalnya secara mendadak komputernya disita sang ayah. FBI pun menangkapnya, namun kemudian dibebaskan karena masih di bawah umur. 

Hanya dikenai sanksi melakukan pelayanan sosial.

Usia 19 tahun bersama Shawn Fanning, Parker menciptakan situs musik free sharing Napster. 

Sempat meraup jutaan pengguna, Napster diakuisisi perusahaan Roxio setelah terlibat kesulitan terkait pelanggaran hak cipta. 

Napster dianggap berjasa mempelopori layanan file sharing peer to peer.

Tahun 2004, Parker pertama kali melihat Facebook di komputer pacar temannya di kampus Harvard. 

Parker ini tidak asing dengan dunia jejaring sosial. Tahu Friendster? Parker adalah penasihat pendiri Friendster, Jonathan Abrams. Malah, dia pernah punya saham di sana.

Singkat cerita, Parker bertemu dengan Mark Zuckerberg dan Eduardo Saverin, para pendiri Facebook. Mereka setuju mengangkat Parker jadi presiden pertama Facebook.

"Sean Parker adalah yang pertama melihat potensi perusahaan ini untuk menjadi sungguh-sungguh besar," sebut Peter Thiel, investor pertama Facebook.

Jasa Parker dalam perkembangan awal Facebook tidak main-main. Dia dikatakan yang mendorong tampilan bersih Facebook dan fungsi berbagi foto. 

"Sean sangat vital dalam membantu mentransformasi Facebook dari proyek kampus menjadi perusahaan sesungguhnya," sebut Zuck.

Sayang, Parker singkat saja jadi presiden Facebook. Tahun 2005, polisi menemukan kokain di rumah yang disewa Parker. 

Ia sempat ditahan walaupun dibebaskan. Peristiwa ini membuat investor Facebook kecewa dan Parker tak punya pilihan selain lengser. 

Walaupun demikian, Parker tetap aktif berhubungan dengan Zuck dan tetap membantu Facebook.

 

Lulusan SMA dan Tak Pernah Kuliah

 

Parker tidak pernah kuliah. Dia memang tidak ingin masuk universitas lantaran terlalu sibuk melakukan pemrograman dan terutama, mengembangkan Napster.

"Melawan harapan orang tuanya, Parker memutuskan tidak mendaftar kuliah dan ketika Fanning memberitahu soal niatnya membangun Napster, Parker meminta terlibat dan ikut menjadi pendirinya. 

Menyumbangkan ide-ide penting," sebut artikel di Vanity Fair.

"Dia langsung pindah ke San Francisco, padahal belum pernah sebelumnya dia itu pergi jauh dari rumah," tambah artikel tersebut.

Jalan hidupnya memang tak sepenuhnya mulus, pernah hampir bangkrut setelah Napster ditutup, bahkan diminta kerja saja di Starbucks oleh pacarnya. 

Namun akhirnya, Parker benar-benar membuktikan sukses besar walaupun tanpa gelar sarjana.

"Parker secara luas dikenal sebagai dewa web, para temannya menyebut genius untuk mendeskripsikan dia. 

Dia paham tak hanya komputer dan jaringan web, tapi bagaimana menerapkannya ke kehidupan orang. Hasilnya, dia begitu sukses," tulis Vanity Fair.

Telah menikah dan dikaruniai dua anak, Parker masih punya banyak kesibukan. 

Antara lain sebagai dewan direksi di Spotify dan managing partner di perusahaan venture capital Founders Fund. Parker juga gemar beramal melalui yayasannya, Parker Foundation.

Learn more »

Desain Facebook Klasik Akan Dimatikan September

Selama beberapa bulan terkakhir, Facebook terus meluncurkan desain barunya.

Dan pengguna pun diberikan kemampuan untuk beralih antara desain manapun yang disukai.

Tapi sayangnya bagi pengguna yang menyukai desain klasik tampaknya harus terbiasa dengan desain yang baru.

Pasalnya Facebook akan menghilangkan desain klasik secara permanen pada bulan September ini.

Artinya pengguna sudah tidak akan diberikan lagi opsi apakah mereka ingin menggunakan desain lama atau baru.  

Facebook akan memaksa pengguna untuk menggunakan UI baru.

"Kami telah memperbarui tampilan Facebook.com baru. Anda dapat beralih kembali ke Facebook klasik untuk sementara.

Mulai bulan September, semua orang akan memiliki desain baru," kata Facebook yang dilansir dari Ubergizmo.

Desain baru akan menampilkan elemen UI yang lebih besar danlebih membulat dan pada dasarnya desain ini merupakan perubahan yang lebih modern.

Pengguna lama tampaknya harus beradaptasi dengan desain baru tersebut. Jadi, bila pengguna memilih untuk terus menggunakan desain klasik, inilah saatnya untuk beralih.
Learn more »

Facebook dan Twitter Cegah Pengguna Bagikan Video Hoax Plandemic


Facebook dan Twitter mencegah penggunanya untuk menyebarkan video teori konspirasi Plandemic: Indoctornation.

Video ini merupakan kelanjutan dari video Plandemic yang rilis pada Mei lalu dan berisi hoax dan teori konspirasi tentang virus Corona.

Dikutip dari The Verge, Facebook mencegah pengguna yang ingin membagikan tautan untuk menonton video yang diunggah di situs eksternal.

Saat pengguna Facebook ingin mengunggah tautan tersebut akan muncul peringatan bahwa pengguna tidak bisa membagikan tautan tersebut.

"Postingan Anda tidak bisa dibagikan, karena tautan ini melanggar Standar Komunitas kami," tulis peringatan Facebook.

Sementara itu Twitter tidak melarang pengguna untuk mengunggah tautan untuk menonton video tersebut.

Tapi mereka mengarahkan pengguna yang mengklik tautan tersebut ke halaman yang berisi peringatan bahwa tautan tersebut berpotensi menjadi spam atau tidak aman.

Kepada The Verge, Twitter memastikan bahwa mereka hanya memberi peringatan kepada penggunanya, dan tidak memblokir tautan tersebut.

Tapi mereka akan mengevaluasi klip pendek yang diunggah langsung dan mungkin akan menghapus klip yang berisi misinformasi berbahaya.

Bagi yang belum tahu, Plandemic adalah dokumenter berdurasi 26 menit yang sempat viral di media sosial beberapa bulan yang lalu.

Awalnya media sosial enggan langsung menghapus video ini, sampai akhirnya viral dan telah ditonton jutaan kali.

Video ini berisi banyak klaim palsu dan misinformasi seputar virus Corona seperti menggunakan masker bisa mengaktifkan virus, pasir pantai bisa menyembuhkan virus Corona dan lain-lain.

Salah satu bintang dari video ini adalah Judy Mikovits, seorang peneliti yang telah didiskreditkan.

Meski banyak membuat klaim yang telah dibantah, Mikovits justru menjadi idola bagi penggemar teori konspirasi dan orang-orang di politik sayap kanan.

Sedangkan dalam sekuelnya, Plandemic: Indoctornation, tokoh yang menjadi musuh utama adalah Bill Gates yang sejak mulainya pandemi ini jadi sasaran teori konspirasi.

Video tersebut mengklaim bahwa Gates akan menanam mikrochip di manusia sampai menghalangi sinar matahari.
Learn more »