Feature news

Tampilkan postingan dengan label health for woman. Tampilkan semua postingan

Labiaplasty, Cara Instan Memperbaiki Bibir Vagina Kendur

Seiring dengan bertambahnya usia, kulit akan kehilangan elstisitasnya. Hilangnya lapisan kolagen di bawah kulit menjadikannya tampak kendur. Ini terjadi di semua bagian tubuh dan tidak terkecuali vagina wanita. 

Bibir vagina bisa tampak menggelambir dan hal tersebut dapat mengganggu hubungan intim suami istri. Metode medis terkini menemukan, bibir vagina yang kendur dapat diatasi dengan melakukan bedah labiaplasty.

Dikutip dari laman Detik Health, labiaplasty merupakan salah satu teknik bedah plastik untuk mengembalikan bibir vagina agar tampak kencang. Dari sisi estetika, bibir vagina tidak lagi menggelambir. Labiaplasty cocok untuk wanita yang berusia paruh baya hingga tua yang kebanyakan mengalami masalah kekencangan kulit.
“Bibir luar vagina ini kan suka menggelambir, sering menggaggu karena sering keputihan (juga dirasakan pada orang yang belum menikah). Dampak dari kulit yang menggelambir (bagian labia minora yang berlebih) itu dapat ikut masuk ke dalam saat berhubungan intim sehingga menimbulkan rasa nyeri,” kata dr Enrina Diah, Sp.BP, dokter spesialis bedah plastik Ultimo Aesthetic & Dental Center Jakarta.
Menurut dr. Enrina, bibir vagina yang endur juga menimbulkan ketidaknyamanan. Kerapkali bagian tersebut memunculkan sensasi mengganjal saat memakai celana dalam. Dimungkinkan pula suami kurang nyaman melihat istrinya memiliki alat vital yang kurang indah. Bedah ini bisa menjadi solusi.
“Operasi ini diperlukan untuk menghilangkan kulit yang menggantung dan juga untuk menambah fungsi estetika,” tuturnya.
Proses bedah labiaplasty terbilang sederhana. Pasien akan diambil lemaknya dari paha atau perut bawah sekira 10 cc untuk kemudian diaplikasikan pada bibir vagina luar. Hasil dari labiaplasty lebih mengarah pada keindahan dari vulva. Secara umum untuk fungsi seksual seorang wanita tidak akan terpengaruh.
Learn more »

4 Penyakit Incar Wanita Pemakai Celana Ketat

Perkembangan dunia fashion yang semakin pesat kian membuat orang terlena untuk selalu mengikuti tren yang ada tanpa mengindahkan masalah kesehatan yang turut menyertainya.

Sekilas tidak ada hubungan antara tren berbusana dengan kesehatan. Namun, baru-baru ini sebuah studi menemukan bahwa wanita yang kerap menggunakan celana ketat (fashion yang sedang tren saat ini) berisiko mengalami gangguan kesehatan, terutama pada bagian bawah perut hingga ujung kaki.

Berikut beberapa risiko kesehatan yang akan dihadapi para wanita pengguna celana ketat seperti dikutip Genius Beauty.
Iritasi Kulit
Menggunakan celana dengan bahan kain yang tidak sesuai dengan kesehatan kulit dapat merusak kesehatan kulit. Apalagi jika celana tersebut terlalu ketat. Gesekan antara kain dan kulit dapat mengakibatkan iritasi. Jika kulit mengalamai iritasi maka bisa menjadi jalan masuk berbagai jenis kuman.
Kandidiasis Vulvovaginal
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida. Gejalanya bisa berupa rasa seperti terbakar, gatal dan menyengat di dalam vagina. Kadang-kadang terasa sakit pada saat buang air kecil.
Pada tingkat lanjut akan muncul bercak merah dan bengkak pada vagina. Ini adalah masalah kesehatan yang merusak tubuh dan saraf. Jumlah penderitanya lebih banyak ditemukan pada wanita yang gemar memakai celana ketat.
Paresthesia
Biasa juga disebut dengan Meralgia paresthetica merupakan gangguan saraf dari tulang belakang menuju paha yang dapat menyebabkan kesemutan, nyeri hingga mati rasa pada paha, pinggul, dan kaki secara keseluruhan.
Mengurangi Kesuburan
Hasil penelitian yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa endometriosis (gangguan kesuburan pada wanita) diduga terlalu sering mengenakan celana ketat selama bertahun-tahun.
Menggunakan celana ketat akan memicu sel-sel endometrium (selaput lendir rahim) untuk melarikan diri dari rongga rahim lalu berdiam di indung telur, sehingga kesehatan reproduksi menjadi terganggu. Sirkulasi darah yang buruk juga dapat mengakibatkan terjadinya varises.
Pakai celana ketat? think again, ladies!
Learn more »

Risiko Waxing di Organ Intim Wanita


Waxing atau mencabut bulu di tubuh tidak melulu hanya diterapkan pada tangan dan kaki. Sebagian wanita bahkan melakukan waxing lebih ekstrim dari itu. Mereka mencabut bulu di organ intim agar pertumbuhannya bisa dicegah lebih lama. Waxing ini disebut dengan Bikini Waxing.  Padahal dalam praktiknya, waxing memanfaatkan perantaraan lilin yang dipanaskan. Walhasil, sebenarnya tindakan ini di organ intim wanita penuh risiko.
Dikutip Boldsky, inilah beberapa efek samping melakukan waxing di organ intim wanita:
  1. Infeksi. Waxing bikini yang tidak dilakukan dengan benar memungkin Anda terkena infeksi. Rambut yang dicabut membuat pori-pori melebar. Ini adalah jalan bagi masuknya bakteri. Infeksi yang dapat terjadi misalnya bisul.
  2. Jalan  terjadinya infeksi penyakit menular seksual. Sama seperti kasus infeksi bakteri, virus maupun bakteri yang berhubungan dengan penyakit kelamin dapat masuk lewat jaringan kulit yang luka karena waxing. Risiko makin meningkat tatkala Anda tidak memakai kondom sewaktu berhubungan badan.
  3. Kulit mengalami luka bakar. Dalam waxing dipakai lilin panas sebagai medianya. Jika waxing bikini tidak dilakukan dengan profesional, maka dapat menimbulkan luka bakar di sekitar organ intim.
  4. Rambut kemaluan tumbuh ke dalam area vagina. Inilah efek samping waxing bikini selanjutnya. Bila rambut kemaluan sampai tumbuh ke arah dalam, bisa menimbulkan iritasi dan rasa gatal di selangkangan. Penyebabnya adalah folikel rambut arah tumbuhnya menjadi berlawanan saat rambut dicabut.
  5. Kulit kering dan muncul guratan. Kulit kering adalah reaksi umum dari waxing. Masalahnya jika waxing dilakukan secara terus menerus, kulit menjadi cenderung kering berkepanjangan. Efeknya adalah iritasi hingga pengelupasan kulit. Bekas seperti luka akan muncul di seitar area intim.
Learn more »