Upaya untuk digitalisasi aksara Jawa harus kandas di lembaga internet, Internet Corporation for Assigned Names and Numbers (ICANN). Waduh, kenapa?
Permohonan Internationalize Domain Name (IDN) aksara Jawa yang diajukan oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) ke ICANN, pada Juli lalu, sudah diterima balasannya kembali.
Ketua
Pandi Yudho Giri Sucahyo mengatakan, telah menerima balasan dari ICANN
beberapa waktu lalu melalui surat elektronik/email yang menuliskan bahwa
seluruh data yang di submit oleh Pandi telah selesai dievaluasi oleh
ICANN.
Merujuk pada hasil evaluasi tersebut, untuk sementara proses IDN
Aksara Jawa dikembalikan kepada Pandi, disertai dengan beberapa alasan.
"Alasan
pertama, bahasa Jawa belum masuk sebagai bahasa administratif Indonesia
di ISO 3166-1.
Alasan kedua, ICANN melihat bahwa kemudian belum cukup
bukti bahwa aksara Jawa lazim digunakan oleh seluruh atau sebagian
masyarakat Indonesia, Alasan ketiga adalah status aksara Jawa di UNICODE
dimana saat ini masih masuk dalam kategori 'Limited Use Script'," tutur
Yudho dalam keterangannya.
Dikatakan
Yudho, inti dari email balasan lembaga internet itu, dapat disimpulkan
bahwa mereka melihat bahasa Jawa sejauh ini dikomunikasikan dengan
menggunakan aksara Latin.
Aksara Jawa praktis digunakan hanya untuk
kegiatan pendidikan, kegiatan terkait sejarah dan terkait dekorasi.
"Ini
mengindikasikan bahwa proses untuk menginternasionalkan Aksara
Nusantara masih perlu perjuangan lebih lanjut, dimulai dari bagaimana
menaikkan status aksara-aksara Nusantara di UNICODE agar tidak lagi
berstatus Limited Use Script.
Selain itu juga kita masih harus berjuang
di ISO 3166-1 agar pengakuan terhadap bahasa ibu atau bahasa daerah
tercermin dalam ISO 3166-1," ungkap Yudho.
Sementara itu, menanggapi balasan ICANN, Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha, Pemasaran dan Kerjasama Pandi
Heru Nugroho, mengaku miris melihat realita bahwa aksara nusantara
masih belum bisa diakui di kancah internasional, karena peran Negara
yang belum optimal memperjuangkan keberlangsungan aksara nusantara.
Dalam
kegiatan ini, Heru bertanggung jawab untuk mengupayakan dukungan dari
berbagai kalangan, termasuk swasta dan pemerintah, juga kerjasama dengan
para penggiat aksara di seluruh tanah air.
"Saya memohon kepada
sahabat penggiat aksara supaya bersedia untuk tetap mendukung kami. Pun
kepada lembaga-lembaga yang saat ini sudah memberikan dukungan.
Kami
tidak akan berhenti, meski memahami bahwa proses ini akan sangat
melelahkan," ucap Heru.
Heru pun berharap Pemerintah Indonesia agar memperhatikan dan lebih
serius bersinergi dengan stakeholder lain juga memberikan dukungan, agar
aksara warisan leluhur nusantara bisa disetarakan dengan aksara lainnya
di dunia dalam platform digital.
"Untuk itu, mohon agar aksara
aksara nusantara bisa dicantumkan pada ISO 3166-1, yang merupakan acuan
masyarakat dunia dan industri, agar bisa melihat kita secara formal.
Kita sewajarnya ingin supaya aksara aksara lokal nusantara bisa setara
dengan aksara lain di Platform digital," tambahnya.
Masih kata Heru, Komitmen Pandi akan terus berjuang dalam mengawal proses Digitalisasi Aksara Nusantara sampai tuntas, meski dirasa akan lebih sulit.
"Jumlah
aksara nusantara yang saat ini masih memungkinkan bisa diselamatkan
untuk tetap eksis di dunia melalui platform digital, mungkin tidak akan
lebih dari 20 aksara saja.
Jika tidak dimulai sekarang, sebagian
besarnya mungkin akan punah tidak lama lagi," tutup Heru.