Feature news

Tampilkan postingan dengan label startup. Tampilkan semua postingan

Aplikasi Layanan Daur Ulang Sampah Octopus Kini Ada di Jakarta

Octopus, aplikasi layanan daur ulang sampah, kini bisa dipakai di Jakarta lewat peresmian Octopoint yang bagian dari ekosistem Octopus.

 

Acara peluncurannya telah digelar di M Bloc Space, Jakarta Selatan, Kamis (30/6) lalu. 

 

Lewat Octopus, warga bisa layanan tanpa biaya ini untuk memilah, mengumpulkan dan mengelola sampah rumah tangga mereka.

 

Acara peluncuran Octopus Jakarta diresmikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia, Teten Masduki melalui tanda tangan MoU antara Octopus dengan Kementerian Koperasi dan UKM yang bertujuan untuk mengakselerasi usaha mikro berbasis persampahan yang selama ini disebut sebagai bank sampah.



"Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah bekerjasama secara strategis dengan Octopus sebagai bentuk usaha bersama untuk mentransformasi bank sampah menjadi badan usaha mikro berbasis koperasi, melalui program Lembaga Pengelola Dana Bergulir atau LPDB," kata Teten.

 

Selain itu, peresmian Octopus juga didukung oleh Pemprov DKI yang menjadi bagian dari program Pemprov "Pekan Gerakan Jakarta Sadar Sampah" dalam rangka perayaan ulang tahun Jakarta yang ke-495.


 

"Aplikasi dan ekosistem Octopus ini merupakan program yang selaras dengan misi kami dalam perihal pengelolaan sampah plastik di DKI Jakarta. 

 

Kami berharap program ini dapat memberikan hasil yang kolektif kepada semua pihak yang terlibat," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria.

 

Misi layanan yang didirikan pada 2019 ini adalah membantu para produsen melacak, memilah dan mengumpulkan produk pasca-konsumen. 

 

Sekaligus mendorong masyarakat untuk membuang sampah atau barang bekas pakai dengan tepat.

 

Octopus memastikan kualitas sampah yang diterima terjaga dengan baik agar dapat dan mudah untuk di daur ulang. 

 

Para pengguna aplikasi Octopus tidak hanya ikut berkontribusi dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, tetapi pengguna juga bisa mendapatkan keuntungan dari setiap sampah yang dikumpulkan.

 

Keuntungan yang didapat berbentuk poin dari berbagai mitra Octopus dan dapat ditukarkan dengan berbagai keuntungan dan manfaat untuk kebutuhan sehari-hari.

 

"Melalui program ini, Octopus berharap dapat terus berkembang ke berbagai wilayah, sehingga ekosistem daur ulang semakin berkembang di Indonesia. 

 

Kami juga berharap hal ini dapat mendorong masyarakat Jakarta untuk terus memberikan langkah nyata dalam menyelamatkan lingkungan, dengan mudah dan tanpa biaya melalui aplikasi Octopus," jelas Moehammad Ichsan, Cofounder sekaligus CEO Octopus, dalam keterangan yang diterima.



Octopus telah menjangkau hampir 200.000 pengguna yang tersebar di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bali dan Makassar. 

 

Octopus juga telah bekerja sama dengan lebih dari 1.700 Bank Sampah dan 14.600 pemulung yang dilatih dan terverifikasi menjadi Pelestari.
 

Learn more »

Startup Keyta Punya Solusi Tingkatkan Penjualan UKM Pakai Smartphone

Startup Keyta memiliki solusi meningkatkan efisiensi proses penjualan para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) hanya dengan memanfaatkan perangkat smartphone.


Keyta merupakan salah satu startup terpilih mengikuti program Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Startup Studio Indonesia.


Keyta menyediakan keyboard serba bisa yang terintegrasi dengan berbagai fungsi yang mendukung operasional penjualan online, terutama bagi para UKM.


Dengan keyboard milik Keyta, pengguna bisa mengakses fitur-fitur seperti pembuatan invoice, autotext untuk membalas pesan pelanggan dengan cepat (hanya dengan satu klik), membandingkan ongkos kirim dari berbagai layanan ekspedisi, serta pemesanan layanan kurir langsung dari keyboard smartphone.


Selain itu, aplikasi Keyta juga melacak semua status transaksi yang tengah berjalan, mencatat laporan penjualan secara otomatis, dan menyediakan analisa sederhana terkait kinerja bisnis para UMKM.


Solusi-solusi di atas merupakan buah hasil dari pengalaman bertahun-tahun Jacqueline Latip di divisi keuangan, sebelum ia memutuskan berjualan online sejak 2016.


Namun, selama ia berjualan online, Jacqueline menemui berbagai kesulitan dan tantangan bagi seller.



Kemudian ia mencetuskan melahirkan startup Keyta bersama dengan Michael Latip dan Ainul Hamdani.


Hingga kini, sudah ada lebih dari 6.000 pengguna yang merasa telah terbantu dengan sistem integratif di Keyboard Keyta.


Setiap minggunya, startup ini juga mencatatkan pertumbuhan sekitar 6-7%, sementara sejak Juni 2021 pertumbuhannya hingga 300%.


"Rata-rata pengguna Keyta mengalami kenaikan produktivitas signifikan setelah memanfaatkan aplikasi kami.



Kegiatan operasional yang biasanya memakan waktu dan harus dikerjakan di beberapa aplikasi, kini dituntaskan oleh keyboard Keyta dengan waktu 3-4 kali lebih cepat," ujar Michael Latip.


Keyta memperkirakan tren akan terus meningkatkan, terutama potensi pasar UKM dan karakter populasi Indonesia yang banyak mengandalkan smartphone di kegiatan sehari-harinya.


Mengutip data We Are Digital, 98% populasi Indonesia berumur 16-64 tahun sudah menggunakan smartphone dan jumlah penggunanya akan terus meningkat mencapai 239 juta di tahun 2026.



Dari semua aktivitas online, 66,9% dilakukan lewat smartphone.


Melihat tingginya potensi pasar RI, Keyta terus melakukan pengembangan usaha, salah satunya mengikuti program inkubasi oleh Kominfo.


Startup Studio Indonesia batch 7 melahirkan 15 startup early-stage tersebut dikurasi dari total 5.723 pendaftar, yaitu AturKuliner, AyoBlajar, Bicarakan, Bolu, Eateroo, Finku, FishLog, Gajiku, Imajin, Keyta, KreatifHub, PowerBrain, Sgara, Soul Parking, dan Zi.Care.


Saat ini, Keyta berfokus untuk mencapai product market fit dan menjangkau lebih banyak pengguna yang dapat didukung dan berkembang bersama Keyta.



Diantaranya, tim Keyta melakukan pendekatan langsung kepada komunitas-komunitas UMKM yang ada di Indonesia, baik dengan acara offline maupun pelatihan, agar para UMKM bisa memahami manfaat aplikasi serta bagaimana Keyta dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas penjualan online sehari-hari.

 

Learn more »

Keren! Pemuda Desa Penjual Tahu Bakso Ini Bikin Aplikasi e-Commerce

Sarjono, penjual tahu bakso yang berhasil membuat aplikasi e-Commerce.


Sarjono (33), pemuda di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas ini bukan terlahir dari keluarga mampu.


Dia hanya seorang penjual tahu bakso keliling lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena keterbatasan ekonomi keluarga.

Berangkat dari kesulitan yang sering dialaminya semenjak kecil, Sarjono yang memiliki keterbatasan pendidikan ini ternyata selalu mencoba menimba ilmu dari teman -temannya yang memiliki pengalaman lebih.


Hingga akhirnya, dia mampu membangun sebuah aplikasi e-Commerce sendiri melalui rumus-rumus coding.


"Pendidikan saya formalnya SMP saja, saya belajar coding itu dari teman saya orang Jawa Barat, liat liat saja awalnya, itu otodidak.



Karena saya bukan lulusan sekolah IT, hanya diajarkan saja sama teman saya, mas Yudi namanya," kata Sarjono dan biasa dipanggil Jono saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu di tempat wisata Desa Gerduren.


Jono menceritakan lika-liku kehidupannya hingga mampu membuat sebuah aplikasi e-Commerce sendiri setelah dirinya selalu dianggap tidak mampu oleh masyarakat sekitar karena hanya lulusan SMP.



Sebelum berjualan tahu bakso, Jono merupakan sales jajanan es keliling ke minimarket yang ada di Banyumas.

Bahkan, orang tuanya yang hanya buruh tani telah membangun semangatnya untuk bangkit dari segala kesulitan.


Dia pun mulai belajar caranya berdagang dengan mengambil produk orang dan dia jual kembali dengan cara berkeliling menggunakan sepeda motornya.


"Karena saya terpacu dari omongan orang, sakit hati sih tidak ya, kenapa saya semangat, saya berusaha, itu karena lulusan saya hanya SMP, tidak mungkinlah bisa apa apa, tidak kayak orang yang lulusannya tinggi, yang sudah jelas terjamin masa depannya.



Dari situ saya terpacu, saya ingin bener bener sukses," ceritanya.


"Maka saya belajar, karena belajar saya bukan sekolah tinggi, karena orang tua saya hanya buruh tani dan tidak punya apa apa, saya lahir dari keluarga yang sederhana dan sulit.



Dari situ saya punya teman yang punya kemampuan apapun, dari situlah jadi tempat saya untuk menimba ilmu," jelasnya.


"Sebenarnya tidak sengaja (bertemu) meskipun sebelumnya sudah pernah ketemu, karena dia bisnisnya properti, dulu pas ketemu saya belum cerita, saya masih diam.


Pas ketemu kemarin itu dia menyapa saya, dan tanya usaha apa, saya jujur bilang saya jualan tahu bakso, lalu dibeli sama dia.


Akhirnya ngobrol kalau usaha sepi karena PPKM, begitu pula usaha properti dia yang saat ini sepi, karena orang tidak berfikir beli rumah," cerita Jono.

Menurut Jono, perusahaan temannya itu bergerak di kontraktor, developer, suplayer, perdagangan umum dan jasa.


"Saya kaget karena saya lagi ganti menu di aplikasi saya pakai hp, dia yang di sebelah saya penasaran, awalnya nama aplikasi saya itu larizo, akhirnya dia tertarik dan menginvestasikan modalnya agar aplikasi saya bisa segera jalan," jelasnya.


Dia bilang kenapa tidak jalan, lalu saya bilang jika tidak punya modal, dan server juga masih numpang.


"Saat itu, teman saya sempat diam, dia langsung minta saya datang kerumahnya atau ke kantornya, langsung ngobrol-ngobrol ditanya butuh dana berapa untuk mengembangkan aplikasi ini.


Langsung saat itu juga MoU 5 tahun di depan notaris dan managementnya.


Padahal saya datang kesana pakai pakaian biasa, cuma kaos aja.


Dalam perjanjian pun setelah saya baca seksama, Alhamdulillah sama sama menguntungkan," ungkapnya.


Dari kepercayaan temannya tersebut untuk mengembangkan aplikasi tersebut, Jono akhirnya merubah nama aplikasi E-commerce nya tersebut menjadi Jawaraya, sesuai dengan nama perusahaan milik temannya tersebut PT Jawaraya Grup.


"Sudah MoU kontrak kerjasama, kantor sudah didirikan, Insya Allah sudah selesai, paling lambat Minggu depan kita sudah bisa launching," jelas Jono.


Jono mengaku sangat bersyukur dengan tahapan pencapaian yang dia alami hingga saat ini, meskipun belum berjalan.


Namun perjuangan membesarkan nama aplikasi yang dia bangun sejak dari nol diakuinya tak lepas dari dukungan istri dan kedua anaknya.


"Istri Alhamdulillah mengerti, kita berjuangnya, susahnya, walau bagaimanapun tetap menghargai, karena sampai saat ini masih serba sulit dan istri saya tetep setia memberikan semangat.


Karena kita juga pernah tidak punya apa apa, sampai makan sehari saja tidak bisa, dari situ lah saya semangat banget sampai sekarang saya tetep berusaha untuk jadi orang sukses," ungkapnya.

Dia pun bernazar, jika aplikasinya tersebut nantinya bisa booming dan bisa memberikan manfaat bagi orang banyak, terlebih dahulu yang akan dia lakukan adalah menyantuni anak yatim-piatu dan sedekah.


"Karena lika liku hidup saya sangat pahit, saya punya cita cita, ini ibarat nazar, kalau aplikasi ini punya manfaat untuk orang banyak, berjalan lancar dan tidak ada halangan apapun, yang pertama saya mau ngurusin anak anak yatim-piatu dan sedekah yang paling utama.


Bahkan mau saya buat menu untuk donasi di aplikasinya," ucapnya.


Meskipun telah memiliki kantor khusus untuk mengembangkan aplikasi Jawaraya, Jono masih setia dengan motor tuanya berkeliling jualan tahu bakso.


Sebagai pemuda desa, dia pun berpesan kepada seluruh pemuda agar tidak putus semangat, jadikan segala kekurangan yang dimiliki untuk terus belajar.


"Kita sebagai orang walaupun punya keterbatasan, tapi kita harus semangat, kalau kita yakin dan mau belajar, Insya Allah pasti kita bisa dan yang penting jangan menyerah, sekecil apapun usahanya kalau ditekuni, diyakini dan diseriusi, Insya Allah pasti ketemu jalannya," jelasnya.

sarjono dan motor tuanya saat berjualan tahu bakso.


Dikonfirmasi terpisah, teman Jono sekaligus Direktur PT Jawaraya Grup, Sawal Putoyo membenarkan jika dia yang membantu permodalan aplikasi yang dibangun oleh Sarjono.


"Memang betul (dia yang membantu), karena pada dasarnya itu hasil karya dia, karena memang notabene dari dulu tidak ada dana, sehingga karyanya itu tidak bisa tersalurkan, waktu itu dia sudah bertemu dengan beberapa orang tapi kayaknya cuma PHP saja.



Akhirnya ketemu sama saya, kebetulan kita juga sudah kenal, karena waktu itu kita sempat mau membantu pengembangan tempat wisata Gerduren, akhirnya mas Sarjono itu cerita cerita, karena menurut saya menarik, ini karya putra Banyumas, akhirnya saya ok," ujar Sawal yang juga owner perusahaan tersebut.


Meskipun demikian, Sawal mengaku jika perjuangan Jono membangun aplikasi tersebut sangat luar biasa.


Pasalnya membangun sebuah aplikasi jika tidak ada modal yang besar akan sangat sulit dilakukan, apalagi untuk Jono yang hanya berjualan makanan ringan.


Bahkan, dia menjelaskan jika dalam Minggu pekan ini, kantor dan aplikasi Jawaraya akan segera di launching.


"Karena saya paling senang mengangkat karya karya dari putra Banyumas, karena saya sendiri orang Banyumas.


Rencana Minggu ini mau di-launching, mungkin Jumat, ini lagi prepare kantor dan lain lain," jelasnya menutup perbincangan.


Aplikasi Jawaraya sudah tersedia di Play Store. Bila ingin melihat atau menjajalnya bisa klik di sini.

 
Aplikasi yang dibuat Sarjono


Ketika berjualan itu, banyak pula masyarakat yang seolah-olah meremehkannya, ditambah perkembangan zaman yang semakin modern dengan adanya pasar jual beli online.


Dirinya semakin tersudut, karena untuk menggunakan aplikasi WhatsApp dan media sosial saja dirinya mengaku tidak bisa.

"Jadi saat nyales dagang kelilingan, kadang banyak orang suka bilang 'ah di online saja banyak, beli di online aja'.


Tapi waktu itu kan saya bingung online, saya tidak bisa buat apa apa, belum tahu apa apa yang namanya online.


Pakai WA aja masih belajar, tapi Alhamdulillah setelah saya berusaha belajar belajar, Alhamdulillah bisa, apalagi saya punya teman seorang programmer, jadi saya belajar sama dia," ujarnya.


Semuanya itu menjadi cambukan keras bagi Jono, tanpa putus asa, Jono akhirnya memutuskan membuat aplikasi e-commerce sendiri dengan kemampuan kode kode pemrograman hingga membuat tampilan serta menu menu aplikasi yang dia dapat dari temannya tersebut yang memang memiliki background seorang programmer IT.



Namun berbagai kendala dialaminya, mulai dari tidak adanya modal hingga server yang masih numpang.


"Akhirnya saya mencoba membuat aplikasi, sebenarnya kalau aplikasi kan butuh server pribadi, tapi itu sangat mahal sekali, saya tanya teman saya, kalau kita belum punya server sendiri karena belum punya modal.



Akhirnya numpang server start up, jadi saya hanya fokus codingnya saja sambil diajarin," ujarnya.


Sambil berjualan tahu bakso keliling pada siang harinya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 dan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya, Jono memanfaatkan waktu malam untuk membangun aplikasi e-commerce tersebut sejak 2018 lalu.


Namun lagi-lagi kendala modal menjadi kesulitannya membangun aplikasi tersebut.


Setiap pagi, dia yang kini hanya berjualan tahu bakso memiliki penghasilan hanya Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu, itu pun jika dagangan yang dia ambil dari temannya laris.



Setiap harinya dia membawa sekitar 100 pack tahu bakso yang dijualnya dengan harga Rp 5 ribu, dari hasil jualannya tersebut, dirinya mendapatkan keuntungan Rp 500 rupiah per pack.


"Ini benar-benar luar biasa perjuangannya, meskipun kadang banyak kendalanya, salah satunya misal kita butuh modal untuk bayar ini itu, dari tahun 2018 sampai sekarang ini baru mau launching," ucap bapak dua anak ini.


Dia menjelaskan jika aplikasi jual beli online, e-commerce yang dia bangun mungkin tidak seperti e-commerce pada umumnya yang sudah besar.


Karena dia berusaha membangunnya dari bawah, walaupun sistemnya sama, tapi ada beberapa perbedaan sedikit.


Tapi segala fitur telah disempurnakan, termasuk pembayaran bank sebagai pihak ketiga, fitur investasi, fitur bayar tagihan, beli pulsa, bahkan bayar e-toll dan lain-lain.


Bahkan aplikasi ini juga sudah bisa didownload di Play Store dengan nama 'Jawaraya' jual beli online.


Asal Usul Jawaraya


Terus terang dia mengaku jika penggarapan aplikasinya itu dilakukan bersama temannya Yudi yang merupakan programmer.


"Jadi kalau saya masih ada kesulitan di coding yang sangat rumit, itu saya minta bantuan ke teman saya itu.


Kalau yang mudah, masih saya, jadi tetep saya dan teman saya orang Jawa Barat," terangnya.


Dalam penggarapan, dia biasa menggunakan laptop, meskipun kadang menggunakan handphone.



Bahkan saat ini, hasil aplikasinya tersebut diakuinya sudah mencapai 90 persen, dengan kekurangan hanya pada fitur share produk pengguna aplikasi.


"Aplikasi ini muncul dari desa, yang awalnya saya buta digital dan pakai wa atau Facebook saja saya belajar terus waktu itu, sekarang semua media sosial saya pakai, termasuk Alhamdulillah saya jadi bisa bikin aplikasi," ucapnya.


Di tengah keterbatasan dalam pembuatan aplikasi tersebut, ternyata Jono bertemu dengan temannya yang kini sukses menjadi seorang pengusaha di bidang property.


Dia bercerita, saat tengah berjualan, tanpa sengaja dia bertemu dan membahas tentang kehidupan mereka satu sama lain di tengah PPKM yang berdampak pada semua aspek.


Hingga akhirnya temannya tersebut melihat Jono yang tengah melakukan coding aplikasi nya tersebut.


Dari situ, temannya tersebut diakui Jono tertarik usai dia jelaskan, hingga akhirnya Jono diundang untuk menemuinya di kantornya. Lagi lagi dengan pakaian yang sederhana, Jono mengaku sempat kebingungan.

Learn more »

Kantongi Rp 2,1 T, Ajaib Jadi Startup Unicorn ke-7 Indonesia

Unicorn Indonesia kembali lahir, setelah startup fintech Ajaib mengantongi pendanaan Seri B senilai USD 153 juta atau setara Rp 2,18 triliun (kurs USD 1 = Rp 14.248). 

 

Ajaib pun menjadi startup unicorn ke-7 Indonesia.

 

 

Pendanaan Seri B tersebut dipimpin oleh DST Global, bersama dengan investor Ajaib terdahulu, yakni Alpha JWC, Ribbit Capital, Horizons Ventures, Insignia Ventures, dan Softbank Ventures Asia.

 

Sebagai informasi, DST Global dan Ribbit Capital merupakan investor besar yang menyuntik Robinhood, fintech investasi saham di Amerika Serikat. 

 

Adapun startup Ajaib adalah startup fintech unicorn pertama di kawasan Asia Tenggara.


Pencapaian Ajaib untuk sejajar dengan Gojek Tokopedia yang melebur menjadi GoTo, Bukalapak, Traveloka maupun Ovo ini diperoleh dalam dua tahun setengah tahun pertama. 

 

Perjalan tersebut diklaim Ajaib sebagai startup tercepat yang mencapai status unicorn di ASEAN.

 

Dengan Ajaib disuntik dana segar sebesar Rp 2,1 triliun, maka total pendanaan yang telah dikantongi fintech investasi saham dan reksadana ini menjadi USD 234 juta pada tahun 2021 ini.

 

Co-Founder dan CEO Ajaib Group, Anderson Sumarli mengatakan, Ajaib akan menggunakan pendanaan untuk merekrut secara besar-besaran talenta terbaik dan melakukan kampanye edukasi untuk menciptakan lebih banyak investor pemula.

 

"Misi kami adalah untuk menyambut investor baru ke layanan keuangan modern. Indonesia masih memiliki penetrasi investor saham sebesar 1%. 

 

Dan perjalanan kami masih panjang untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia," ujar Anderson dalam siaran persnya.



Berikut daftar ke-7 startup unicorn Indonesia :

 

GoTo
 

Bukalapak
 

Traveloka
 

Ovo
 

J&T Express
 

Xendit
 

Ajaib


Belum lama ini, Ajaib mengumumkan satu juta investor ritel saham, di mana jumlah investor RI baru memiliki 2,7 juta investor saham. 

 

Pertumbuhan jumlah investor ritel saham di Indonesia menjadi momen membangun kekuatan investor generasi muda RI di masa mendatang.

 

Ajaib berkomitmen terus memberikan edukasi keuangan, terutama dalam bidang investasi melalui Program Generasi Saham yang telah dilakukan bersama BEI di berbagai daerah dengan literasi keuangan rendah.

 

Ajaib juga telah merekrut banyak veteran lama industri pasar modal, seperti pada bulan lalu yang mengumumkan pengangkatan Andi Gani Nena Wea, Komut BUMN dan sosok yang dekat dengan Presiden Joko Widodo, sebagai Komut Ajaib.

Learn more »

Gredu Dapat Kucuran Dana Segar Rp 58 Miliar


Startup edutech Gredu mengumumkan telah mendapatkan kucuran dana segar sebesar USD 4 juta atau sekitar Rp 58 miliar. Dana tersebut didapat lewat putaran pendanaan Seri A.

 

Putaran dana tersebut dipimpin oleh Intudo Ventures, dengan partisipasi dari investor sebelumnya yaitu Vertex Ventures. 

 

Rencananya Gredu akan menggunakan pembiayaan tersebut untuk mengekspansi pasar ke luar wilayah Jabodetabek, khususnya kota-kota besar yang ada di seluruh Indonesia.

 

Pendanaan ini juga untuk mengakselerasi pengembangan produk yang dapat dipersonalisasi guna memenuhi kebutuhan para pendidik dan tim administrasi sekolah, serta perekrutan talenta baru di semua fungsi demi mendukung digitalisasi sektor pendidikan Indonesia.

 

"Dengan pendanaan kali ini, kami ingin lebih meningkatkan produk dan jangkauan, mengurangi gesekan dan memudahkan proses digitalisasi dengan menawarkan solusi yang intuitif dan menarik, sehingga digitalisasi dalam kegiatan persekolahan dapat dilakukan dengan benar dan efektif bagi semua pihak yang terlibat. 

 

Kami yakin terhadap pasar dan pertumbuhan digitalisasi dalam pendidikan dan menargetkan untuk memperluas bisnis kami secara nasional dan regional sepanjang tahun depan," ujar Rizky Anies, Co-Founder CEO Gredu dalam keterangan resminya.

 

Untuk diketahui Gredu didirikan September 2016. Ada empat komponen utama dalam aplikasinya, yakni :

 

- Gredu School Management System: seperangkat alat administratif yang dirancang untuk meningkatkan pengelolaan sekolah;

 

- Gredu Teacher: memungkinkan guru untuk melacak kehadiran siswa, membuat dan menilai ujian, menjalin komunikasi antara administrator dengan orang tua, dan mengatur kegiatan kelas;

 

- Gredu Parent: portal yang dirancang untuk membantu orang tua dan wali memantau kinerja anak-anak mereka dan kehadiran;

 

- Gredu Student: memungkinkan siswa untuk melihat nilai ujian, kehadiran, dan kegiatan sekolah mereka, serta mengakses berbagai konten untuk siswa dan berbagai fungsi pendukung lainnya.


Gredu menerapkan skema berlangganan untuk keempat layanannya tersebut. Mereka mengaku telah bekerja sama dengan lebih dari 400 sekolah, dengan jumlah pengguna lebih dari 400.000

 

Saat ini Gredu sedang mengembangkan produk vertikal baru, termasuk di antaranya program untuk prasekolah dan universitas. 

 

Di masa mendatang, mereka berencana untuk meningkatkan keterlibatan pengguna melalui fitur interaktif, seperti konten tambahan dan gamification.


Learn more »

Wanita Lulusan S2 Nekat Belajar Coding dari Nol, Bikin Aplikasi Hemat Listrik

Merilyn Perhusip, CEO Leastric. Foto: dok Pribadi

 

Banyak yang berpendapat lulus S2 makin membuka kesempatan yang luas untuk berkarier. 

Tapi apa yang dialami Marilyn Parhusip CEO Leastric malah kebalikan awalnya, peluang dirasa tertutup rapat yang akhirnya bikin dia nekad belajar coding lagi untuk bikin aplikasi mobile.

Marilyn mengaku sudah tertarik dengan dunia teknologi sejak usia belia. Karena itu pula dia memutuskan untuk ikut ekstrakurikuler teknik elektro saat SMP.

"Waktu itu aku cewek sendiri, yang lainnya cowok," kata Marilyn saat berbincang.

Dia pun kemudian berkuliah di jurusan Teknik Elektro di Universitas Atma Jaya. Karena perempuan kelahiran Salatiga ini bercita-cita ingin membuat robot.

Hanya saja impian untuk mengejar gelar master robotik kandas di tengah jalan. Alam semesta seolah tidak mendukungnya kala itu.

"Diterima (S2) di Belanda, tapi kebetulan saya tidak bisa pergi. Kondisi keluarga tidak memungkinkan, beasiswa juga sudah tutup, jadi saya lepas," kenang Merilyn.

Cobaan tidak selesai di situ, kendati sudah mengantongi gelar sarjana teknik, mimpi bekerja di perusahaan teknologi usai lulus kuliah tidak pula terwujud. 

Banyak lamaran yang dijajaki, tapi tidak satupun yang nyantol.

Masalah gender jadi batu sandungan. Semua lowongan mencari kandidat pria. Dan ketika Marilyn di tahap akhir seleksi, selalu kandidat laki-laki yang diterima.

"Saya sempat jadi dua orang terakhir yang dipilih, saya dan satu lagi kandidat cowok. Perusahaan itu memilih kandidat cowok karena alasannya saya seorang cewek," ujarnya.


Marilyn Parhusip saat mempresentasikan Leastric Foto: dok Pribadi

 

Kondisi anaknya begitu, sang ibu pun berpesan agar Marilyn tidak perlu idealis mencari kerja sesuai bidangnya. 

Dia disarankan untuk mencari pekerjaan apapun, meski bukan di bidang teknologi.

Perempuan yang hobi nyanyi ini manut pesan ibunya. Marilyn pun menjajal melamar di bidang lain. Akhirnya diterima di bagian kredit dan marketing sebuah bank.

"Saya sempat pusing saat pertama kali masuk, hampir menyerah, orang otaknya bukan ekonomi. Tapi saya coba eh kok sampai delapan tahun di bank," ujarnya sembari tertawa.

Kendati delapan tahun menjalani karier di bank, keinginan untuk bergelut di bidang teknologi rupanya tidak padam. 

Akhirnya Marilyn memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan mengambil gelar master di University of Technology, Sydney, Australia.

Tak tanggung-tanggung dua gelar yang diambilnya. 

Ada Master of Business Administration (MBA) di jurusan Technology Management dan Master of Engineering (MEng) di jurusan Engineering Management.

Tapi dua gelar yang didapat malah jadi bumerang bagi dirinya. Marilyn kembali ditolak oleh sejumlah perusahaan teknologi di Indonesia saat dirinya hendak bergabung.

"Karena tahun saya sempat kerja di Australia, perusahaan di sini mengaku tidak bisa membayar gaji saya, kegedean kalau kata mereka. 

Ada juga yang ngira saya bakal bentar di Indonesia dan bakal balik lagi ke Australia," tutur Marilyn.

Karena tidak dapat kerja, dia akhirnya membuka usaha bersama temannya bikin aplikasi dropshipping dan berjualan makanan di kantin kantor. 

Nah dari kantin kantor inilah Marilyn tahu soal Apple Developer Academy.

"Ada kakaknya teman tahu saya suka sekali teknologi dan ingin balik ke dunia teknologi, dia bilang kalau Apple Developer akan buka dan menganjurkan saya untuk mencoba daftar," ujarnya.


'Murtad' dari Android ke iOS

 

Merilyn mengaku awalnya ragu mengikuti Apple Developer Academy lantaran usia yang tak lagi muda. 

Tapi ternyata untuk mengikuti program tersebut tidak ada batasan umur, seketika itu pula semangatnya membara.

Dia pun segera mendaftar, sayangnya karena telat Marilyn hanya masuk daftar waiting list. 

Pihak keluarga yang tahu soal itu kembali menganjurkannya untuk mencari kerja dan tidak mengikuti gelombang kedua.

Ibarat masuk kuping kiri keluar kuping kanan, Merilyn yang mengaku keras kelapa tidak mengubris hal tersebut. 

Dia mecoba lagi Apple Developer Academy tahun kedua. Tak disangka dia berhasil lolos.

"Aku nggak nyangka keterima. 

Karena sudah lama tidak menyentuh teknologi lagi, coding kayak apa gitu nggak pernah ngerti meski kemarin sempat bikin website, selain itu saya adalah pengguna Android. 

Tapi saya terjang dulu aja, siapa tahu (ini jalannya)," kata Marilyn.

Pengetahuan soal Apple menjadi salah satu topik ujian. Marilyn mengaku kesulitan menjawab karena dia bukanlah Apple Fanboy melainkan pecinta Android.

"Saya dari dulu bukan pecinta Apple, tapi penggemar produk Android. Makanya pas tes agak-agak nggak ngerti. Tapi saya ternyata bisa lolos," tuturnya.

Saat tes wawancara yang diingatnya paling seru. 

Karena dia sempat berdebat soal Android vs iOS. 

Marilyn yang mengaku ngotot kalau Android lebih unggul, padahal dia belum pernah menggunakan perangkat Apple. Karena itu setelah tes tersebut dia pesimis berhasil.

"Saya bilang ke adik kalau nggak bakal keterima karena sempat berdebat soal Android dan iOS. Eh ternyata dapet," ujar Marilyn.

Tak kenal maka tak sayang, demikian yang terjadi pada perempuan yang doyan menari ini. 

Dibekali perangkat Apple terkini dan belajar bahasa pemrograman iOS membuat Marilyn jatuh hati pada ekosistem milik raksasa teknologi asal Cupertino itu.

"Dari situ saya mulai berpindah hati, ternyata Apple lebih enak. Harus kenal dulu baru tahu," katanya sembari ngakak.


Marilyn Parhusip (tengah) meninjau pemasangan layanan Leastric. Foto: dok Pribadi

 

Belajar Coding dari Nol

 

Marilyn sempat belajar coding saat kuliah. Tapi karena itu sudah bertahun-tahun lalu, dia belajar dari nol lagi saat di Apple Developer Academy.

Tapi alih-alih minder, dia begitu semangat memenuhi tantangan mentor untuk coding. Ternyata dia berhasil menaklukannya. 

Tidak berpuas diri, Marilyn pun men-challenge dirinya ke tingkat lanjutan dengan membuat aplikasi augmented reality (AR) dan machine learning, dan kembali berhasil.

"Ini jadi achievement saya. Meski tidak sempurna, tetapi (aplikasi itu) jalan dan bisa digunakan," tuturnya.

Keberhasilan itu, menurut Marilyn, tidak lepas dari lingkungan di Apple Developer Academy. Di sini semua orang dibebaskan untuk mencoba apapun dan begitu mentolerir kesalahan.

"Nggak ada yang marahin kalau berbuat salah saat meng-coding. Jadi tempat yang aman untuk mencoba segala sesuatu. Dan orang-orangnya saling membantu," ungkapnya.

Selain coding, Marilyn mempelajari soal produk manager dan riset. Dari sinilah kemudian dia bersama teman satu kelompoknya membuat aplikasi Leastric.

Tak diduga aplikasi yang tadinya adalah proyek tugas akhir di Apple Developer Academy menjadi sebuah startup yang siap membantu masyarakat Indonesia lebih hemat dalam menggunakan listrik.

Nah seperti apa aplikasi Leastric yang sempat mencuri perhatian Apple dan bagaimana Marilyn membangun perusahaannya di tengah pandemi COVID-19? Simak di artikel selanjutnya.


Learn more »

Apa itu Startup Restock, CEO-nya Tersangkut Pengemudi Fortuner Koboi

 

Muhammad Farid Andika, pengemudi Fortuner 'koboi' adalah CEO dan Founder Restock.

 

Pasca insiden penodongan pistol, polisi sudah menangkap pengemudi Toyota Fortuner, Muhammad Farid Andika CEO Restock.id. Startup apakah ini?

Dilihat dari situs resminya, Sabtu (3/4/2021) apa itu Restock.id merupakan startup peer-to-peer lending platform di Indonesia. 

Mereka membantu pelaku UMKM yang membutuhkan pembiayaan usaha dengan para pemodal.

Restock dalam visinya ingin berkiprah dalam teknologi finansial dengan menyediakan pembiayaan bagi UMKM. 

Restock membangun ekosistem antara pemberi pembiayaan, penerima pembiayaan dan para mitra yaitu para penyedia teknologi dan pusat pergudangan di seluruh Indonesia.

Produk mereka ada dua yaitu Pemberi Pembiayaan dan Penerima Pembiayaan. 

Untuk Pemberi Pembiayaan, Restock menawarkan akses ke UMKM, bunga yang menarik dan data unit usaha. Ada skema dan simulasi pembiayaan yang bisa dicoba calon investor.


Kepada calon penerima pembiayaan, mereka menawarkan proses efisien, bunga bersaing dan terpercaya. 

Pelaku usaha juga diberikan skema dan simulasi pembiayaan yang ingin diajukan ke investor.

Proses pengajuan, analisa, persetujuan, pembayaran dan penerimaan pengembalian, semua bisa dilakukan secara online. 

Ada juga penilaian kredit, tingkat bunga dan risiko yang mesti dibaca pemodal dan pelaku UMKM.

Restock tampaknya memang sebuah startup yang menarik. Namun, namanya terbawa dalam kasus penodongan pistol oleh Muhammad Farid Andika. 

Dalam keterangan Tentang Kami, Muhammad Farid Andika adalah Direktur Utama dan pemegang saham.

Farid adalah alumni Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia tahun 2010. 

Dia mempunyai Sertifikasi Fintech P2P Lending pada tahun 2019 dan sertifikasi Wakil Manager Investasi pada tahun 2013 serta pengalaman lebih dari 10 tahun di dunia perbankan, ritel dan konsultasi keuangan.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menyampaikan bahwa pihaknya telah menangkap koboi arogan yang menodongkan pistol di Jalam Kolonel Sugiono, Duren Sawit, Jakarta Timur pada Jumat (2/3) dini hari.

Yusri mengatakan, pelaku berinisial MFA. Usai menyenggol sepeda motor, dari dalam mobil pelaku marah-marah dan mengeluarkan senjata api. 

Dari hasil pemeriksaan, pelaku rupanya membawa airsoft gun dan punya kartu anggota menembak Perbakin Basis Shooting Club. 

Sekjen PB Perbakin Firtian Judiswandarta menegaskan bahwa Muhammad Farid Andika bukan anggota Perbakin.

detikcom telah mencoba menghubungi pihak Restock lewat nomor telepon yang tertera di website restock.id untuk mengonfirmasi lebih jauh, namun belum ada tanggapan



Learn more »

15 Ribu Nelayan Jualan Ikan Online Pakai Aruna

Platform e-commerce baru Aruna, membantu para nelayan Indonesia. 15.000 Nelayan memakai platform ini untuk jualan online hasil tangkapannya.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, namun para nelayan masih memiliki pendapatan rendah yaitu kurang dari USD 84/bulan. 

Prospek yang buruk ini membuat masyarakat menjauh dari industri perikanan selama 10 tahun terakhir.

Dalam rilis Kedubes Inggris yang diterima, Utari Octavianty menggagas start up Aruna. 

Dia adalah seorang inovator dan alumni dari program Royal Academy of Engineering, Leaders in Innovation Fellowship di Inggris.

Utari dibesarkan dalam komunitas nelayan di sepanjang pantai Kalimantan, dan ia menyadari sejak usia dini banyak masalah yang mengganggu industri perikanan Indonesia. 

Nelayan tidak hanya dibayar rendah, tetapi industri ini juga menderita karena rantai pasokan yang tidak efisien, data dan kontrol kualitas yang buruk, dan kenaikan harga yang tinggi.

Utari ikut mendirikan sebuah e-commerce start-up bernama 'Aruna'. 

Platform ini untuk mengatasi masalah di industri perikanan dengan menggunakan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan di Indonesia.

Pada awalnya, Aruna didirikan sebagai Platform Data Perikanan, namun kemudian berkembang sebagai salah satu platform e-commerce perikanan terintegrasi terkemuka di Indonesia. 

Para nelayan dapat menjual hasil tangkapannya dengan harga yang layak melalui Aruna, yang berfungsi sebagai platform lelang ikan digital dan pasar produk makanan laut.

"Platform ini memastikan bahwa ada transparansi di seluruh proses perdagangan. 

Nelayan dapat langsung melihat nilai sebenarnya dari hasil tangkapan mereka. 

Saat ini, sekitar 15.000 nelayan dari 15 lokasi di Indonesia telah bergabung dengan Aruna dan menikmati peningkatan pendapatan sebesar 20%," kata Utari Octavianty.

Mayoritas dari bisnis Aruna kini berfokus pada ekspor produk perikanan ke China, Amerika Serikat, dan negara-negara Asia sekitarnya. 

Namun, dengan pembatasan perjalanan akibat pandemi COVID-19, Utari memutuskan untuk mengadaptasi model bisnis Aruna dan fokus pada pasar lokal.

Aruna kemudian berkolaborasi dengan platform e-commerce grosir lokal untuk menambahkan produk ikan ke katalog mereka. 

Alhasil, pelanggan kini dapat membeli produk langsung dari nelayan Aruna di toko online 'Seafood by Aruna' melalui aplikasi e-commerce seperti Tokopedia, Bulakapak dan Shopee.

Setelah memenangkan Alipay-NUS Enterprise Social Innovation Challenge pada bulan April tahun 2019, Aruna terus menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan pengakuan global. 

Utari ingin memperluas layanan Aruna dan meningkatkan akses nelayan Indonesia terhadap sumber daya dasar lain seperti listrik, air bersih, dan internet.

Selain itu, Utari ingin menggunakan platform Aruna sebagai peluang peningkatan kapasitas nelayan Indonesia dengan menawarkan pelatihan penangkapan ikan secara berkelanjutan, pengolahan ikan, pengelolaan keuangan, dan tutorial tentang cara menggunakan aplikasi Aruna.

Learn more »

Hadir di Lebih dari 500 Kota di Indonesia, GudangAda Jadi Jembatan Para Pedagang Grosir dan Eceran

 

Banyak tantangan yang harus dialami para pemilik toko tradisional pada khususnya di era digital seperti sekarang ini. Salah satunya yang berkaitan dengan penyuplaian produk secara efisien. 

Menjawab kebutuhan tersebut, GudangAda hadir menjadi solusi bisnis konvensional ke digital. 

Ya, GudangAda adalah tempat jual beli online pedagang grosir dan eceran barang kebutuhan sehari-hari (FMCG). 

GudangAda didirikan oleh Stevensang yang berpengalaman di dunia FMCG selama lebih dari 25 tahun. 

Lewat pengalaman itu, GudangAda hadir dengan tujuan untuk memberdayakan dan mendukung pedagang tradisional FMCG dengan memanfaatkan teknologi.

Melalui aplikasi GudangAda, para pedagang grosir dan eceran dapat memilih produk lebih lengkap dengan proses transaksi yang lebih cepat pula. Selain itu lewat aplikasi GudangAda, pembeli bisa mencari harga terbaik. 

Selain itu, dengan misi memberdayakan seluruh ekosistem rantai pasokan FMCG, GudangAda menjembatani kesenjangan teknologi antar pedagang. 

Ya, transaksi online di masa kini memang tak dapat dihindari lagi. 

Oleh karena itu, misi GudangAda ini selaras dengan imbauan Pemerintah terkait konversi ke digital, untuk mengatasi masalah pada rantai suplai. 

Itu artinya, di masa pandemi, GudangAda hadir sebagai solusi atas kendala rantai pasok FMCG, untuk membantu suplai produk atas pembatasan fisik. 

Untuk diketahui, hingga saat ini GudangAda telah tersebar di lebih dari 500 kota di Indonesia dan berhasil memfasilitasi transaksi massal antar para pedagang FMCG tanpa mengganggu ekosistem seluruh rantai FMCG.

Learn more »

Bantu Bisnis, Startup PrivyID Gratiskan Tanda Tangan Digital

Dihadang pandemi virus Corona (COVID-19), startup tanda tangan digital PrivyID berupaya terus melanjut untuk mendongkrak jumlah penggunanya. 

Gratis penggunaan layanan hingga potongan harga pun jadi daya tawarnya.

Dalam kondisi pandemi, menjaga jarak menjadi keharusan. 

Akan tetapi, bisnis harus tetap berjalan. 

Mengatasi persoalan tersebut, PrivyID menggratiskan penggunaan layanan selama 30 hari pertama dengan mendaftar sebagai pengguna baru di cobagratis.privy.id.

Sebagai informasi, PrivyID adalah perusahaan penyelenggara tanda tangan digital (digital signature) dan elektronik yang sah dan mengikat secara hukum.

"Bentuk upaya kami untuk membantu berputarnya roda perekonomian Indonesia yang tengah terimbas COVID-19, serta mendukung upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang lebih luas, terutama dengan menghindari pertemuan tatap muka aktivitas bisnis dan keperluan lainnya," ujar CEO PrivyID Marshall Pribadi dalam keterangannya.

Selain menggratiskan penggunaan layanan, PrivyID juga memberikan tambahan bonus sebesar 50% dari kuota tanda tangan elektronik yang dibeli dalam periode 20 Oktober 2020 hingga 31 Oktober 2020, baik untuk para pengguna individu maupun korporasi.

Di masa pandemi ini, PrivyID menyebutkan penggunaan tanda tangan elektronik meningkat pesat. 

Data penggunaan layanan PrivyID menunjukkan peningkatan jumlah pelaku bisnis yang menggunakan tanda tangan elektronik PrivyID sebesar sekitar 350%.

Hal tersebut memperlihatkan bahwa kepercayaan masyarakat akan tanda tangan elektronik semakin meningkat dari waktu ke waktu. 

Hingga saat ini, PrivyID sudah digunakan oleh lebih dari 600 perusahaan dan 6.5 juta pelanggan di Indonesia.

Marshall menjelaskan bahwa pemanfaatan teknologi bisa menjadi solusi bagi tantangan-tantangan yang dihadapi para pelaku bisnis. 

Dengan tanda tangan elektronik, tanda tangan dokumen dapat dilakukan dari mana saja, kapan saja.

Langkah PrivyID tersebut bagian dari program #StrongerTogether, bagian dari perayaan empat tahun kelahiran startup tanda tangan ini. 

Program tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan akan tanda tangan elektronik yang semakin meningkat, apalagi di tengah pandemi yang telah mengubah berbagai sendi kehidupan masyarakat.

Learn more »

Warung Pakai Layanan Ini, Pembeli Bisa Ngebon, Bayar Akhir Bulan

Penyedia perangkat lunak untuk distributor dan outlet produk digital, Integrated Reseller Mobile Application (IRMA), meluncurkan sistem pay later untuk digunakan para outlet-nya. 

Dengan sistem ini, konsumen outlet IRMA dapat bayar tempo alias ngebon saat bertransaksi produk atau jasa.

Layanan ngebon itu bisa dinikmati dalam aplikasi Tokoku. 

Di mana toko atau outlet tersebut memperbolehkan pelanggan mereka untuk mengambil barang atau jasa dan membayarnya pada akhir bulan ketika pelanggan telah menerima gaji.

Panji Pramana, Co-Founder IRMA, menyebutkan saat ini mayoritas outlet IRMA adalah warung dan toko kelontong. 

70 persen orang yang datang ke outlet itu adalah pelanggan tetap, baik yang tinggal di sekitar outlet maupun yang sering melewati outlet.

"Kami mengerti di tengah waktu yang sulit seperti sekarang ini (pandemi corona), banyak orang yang tidak memiliki cukup uang. 

Fasilitas pay later di TokoKu diharapkan dapat membantu banyak orang untuk tetap produktif di tengah kesulitan yang dialami," ujar Panji dikutip dari keterangannya.

Panji menambahkan, lebih dari 20 persen penjualan outlet IRMA dilakukan melalui skema pay later

Di mana hal ini sering kali menjadi beban dalam cash flow dari outlet yang menjadikan pengurangan jumlah uang yang dapat digunakan untuk melakukan pembelian barang kembali.

“Hal ini membantu cash flow outlet IRMA agar tidak mengorbankan turn over-nya dan pada saat yang sama tidak harus takut untuk kehilangan kontak dengan pelanggan setianya,” katanya.

Pada peluncuran hari ini, 1.000 outlet IRMA dapat menerima pengguna TokoKu. 

Selama uji coba, jumlahnya akan dibatasi untuk memastikan seluruh masalah operasional telah berhasil diperbaiki.

Pada akhir tahun, proses edukasi dan roll-out akan dilakukan di seluruh Indonesia dan seluruh 350.000 outlet IRMA dapat melayani pengguna TokoKu. 

Setelah itu diharapkan 500.000 sampai 750.000 pelanggan aktif menggunakan Pay Later TokoKu dan akan meningkat di tahun 2021.

"Kami menargetkan setidaknya 40.000 outlet IRMA sudah bisa memanfaatkan Bayar Tempo hingga akhir tahun 2020," ujarnya.

Dia menjelaskan, Pengguna yang berhak menggunakan layanan pay later dari TokoKu adalah pengguna yang sudah pernah melakukan pembelian di outlet IRMA dalam 6 bulan terakhir. 

Mereka juga harus memiliki domisili yang dekat dengan outlet IRMA tersebut. 

"Kemudian yang terpenting, outlet IRMA harus menyetujui bahwa pelanggan tersebut adalah pelanggan setia outlet IRMA tersebut," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rudy Salahuddin, mengapresiasi inisiatif sektor swasta seperti TokoKu dan Bayar Tempo ini.

Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dikolaborasikan dengan pemerintah, antara lain menggandengkan TokoKu dengan Bantuan Pangan Non Tunai dan Bantuan Langsung Non Tunai yang memang melalui toko dan agen. 

"Mencari solusi untuk pedesaan dan piramida lapisan bawah adalah hal yang paling kompleks dan solusi paling efektif akan selalu melibatkan nilai-nilai lokal," ujarnya.

Fasilitas pay later di Tokoku dan Bayar Tempo didukung oleh KreditPro yang merupakan p2p lending yang merupakan afiliasi dari Digiasia Bios. Perusahaan itu telah mempunyai izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak akhir 2019.

“Kami telah bekerja dan mencoba berbagai inisiatif dengan IRMA untuk menemukan solusi yang tepat dan kami sangat mendukung atas inovasi Bayar Tempo. 

Kami juga mendukung pendekatan sosial dari pembayaran TokoKu pay later

Hal ini benar-benar akan menjadi bagian dari solusi keuangan personal yang dapat mengarah pada pertumbuhan ekonomi," ujar Wahyu Aribowo, CEO KreditPro.

Learn more »

Gokreator, Platform Konten Kreator dengan Konsep Uang Tip

PT Karya Onto Mandiri meluncurkan platform untuk konten kreator bernama Gokreator, yang punya konsep menarik, yaitu para fans yang bisa memberikan uang tip untuk kreator favoritnya.

Uang tip ini bisa diberikan lewat 'tip jar' dengan nominal mulai dari Rp 10 ribu.

Sebagai balasannya, fans yang memberikan uang tip ini bisa mendapat konten eksklusif dari kreator yang tidak dipublikasikan kepada siapapun di platform manapun.

Tip yang diterima oleh kreator itu bisa dicairkan saat jumlahnya sudah mencapai Rp 100 ribu. Namun fitur Gokreator tak terbatas pada 'tip jar' saja, melainkan ada beberapa fitur lain, seperti fitur proyek.

Lewat fitur ini, kreator bisa menawarkan jasa sesuai keahliannya ke fans. Jadi kreator bisa menerima pekerjaan apapun yang dipesan oleh para fans sesuai dengan keahliannya.

Lalu ada juga fitur membership, di mana kreator bisa mendapat penghasilan tetap sesuai dengan level keanggotaan fans.

Kemudian lewat fitur top creator, Gokreator akan mempromosikan kreator yang aktif berkarya, lengkap dengan fitur streaming alert yang memberikan notifikasi bagi kreator ketika ada fans yang memberikan tip saat live meeting dengan para fansnya.

Gokreator diklaim cocok untuk kreator seperti podcaster, penulis, musisi, video creator, komikus, visual artist, dan kreator-kreator lain untuk mempromosikan karyanya.

Tujuannya jelas, untuk mendapat pasar yang lebih luas lagi.

"Selain membantu mempublikasikan karya kreator lokal, gokreator menjadi wadah untuk mempererat hubungan antara kreator dengan fans, misalnya melalui fitur chat," ujar Ady Rahmat, Chief Operating Officer Gokreator dalam keterangan yang diterima.

Ady meyakini, fitur uang tip menjadi solusi new normal bagi kreator lokal. Hal inilah yang menjadikan gokreator berbeda dengan platform lain.

"Gokreator membantu saya menjangkau lebih banyak pendengar. Kerennya lagi, fans podcast saya bisa memberikan tip sehingga saya bisa meraih penghasilan tambahan," ujar Imre Nagi, salah satu kreator di gokreator.com.

Gokreator menargetkan bisa menjaring 25.000 pengguna dan 1.000 kreator dalam satu tahun pertama. Setelah meluncurkan versi web, gokreator berencana merilis versi mobile app pada kuartal IV tahun ini.
Learn more »

Kelas Pintar Luncurkan Fitur 'Sekolah', Suasana Belajar Kayak di Kelas

Kangen belajar di sekolah? Kelas Pintar baru-baru ini meluncurkan fitur 'Sekolah' di mana murid dan guru bisa merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) bagaikan di ruang kelas.

Fernando Uffie Founder Kelas Pintar menjelaskan dalam video conference, bahwa fitur ini dibuat setelah mempertimbangkan efektivitas belajar secara online dan sejauh mana materi bisa tersampaikan.

"Teman-teman sudah tahu biasanya kan terkait COVID-19 biasanya pasti pakai Zoom, atau melalui WhatsApp, atau beberapa pakai video call.

Sebenarnya yang mau saya sampaikan, saya yakin bisa pakai e-mail bisa, telepon bisa. Kita bicara efektivitasnya, kita bicara efesiensinya," ujarnya.

Fitur ini bisa digunakan guru dan murid dengan member hingga 20-40 orang atau lebih -- bahkan ratusan orang, disesuaikan dengan anggota kelas.

Dari jam mata pelajaran hingga jam istirahat pun bisa diatur seperti sebelum virus Corona.

Fitur ini sementara masih berlaku di desktop namun dalam waktu dekat akan bisa diakses lewat smartphone, Android dan iOS.

Dedy Ariansyah Dedy Ariansyah selaku Head of Product and Technology Kelas Pintar pun jelaskan secara detail mengenai beberapa hal yang ada dalam fitur 'sekolah'.

Pertama adalah 'kelas di mana guru bisa memberi penjelasan berupa rekaman video.

Jika ingin dilakukan secara langsung pun bisa lho sehingga murid bisa interaksi dan guru dapat memberikan penjelasan lewat virtual whiteboard.

Ada juga 'PR dan Project' di mana murid bisa mengunggah file yang mereka kerjakan.

Guru pun dapat melaksanakan ujian yang uniknya di sini siswa tidak bisa mencontek karena ada batasan tab yang bisa ditentukan guru untuk masing-masing siswa saat mengakses Kelas Pintar.

Aktivitas murid pun akan terinformasikan setelah kegiatan belajar mengajar.

"Dalam membantu terdapat papan tulis virtual layaknya di kelas sehingga bisa dimanfaatkan alat bantu menjelaskan materi.

Tidak semua bisa dijelaskan mudah dengan verbal kan, kadang perlu di gambar," tutupnya.

Tak lupa ada kolom untuk chat sehingga kelas juga nggak sepi.

By the way, ada yang sudah coba?
Learn more »

Aplikasi Ini Jamin Keamanan Transaksi Online Secara Gratis

PT Asli Rancangan Indonesia (Asli RI) menghadirkan aplikasi Saya Asli, solusi keamanan berinteraksi online menggunakan teknologi verifikasi biometrik secara gratis.

Aplikasi yang dirancang teknologi face recognition dan liveness detection ini dapat jadi alat verifikasi seseorang melalui pengambilan foto selfie dan kartu identitas, seperti KTP, SIM, dan Paspor.


"Penggunaannya yang mudah membuat aplikasi ini dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkannya dan saat ini Saya Asli dibuka untuk umum dan dapat digunakan secara cuma-cuma atau gratis," kata Komisaris Asli RI Robert Rompas dalam siaran persnya.




Dijelaskan, bila calon pembeli ragu terhadap penjual, maka ia dapat mengirimkan link sayaas.li kepada penjual tersebut untuk melakukan verifikasi terlebih dahulu.

Adapun link tersebut bisa dikirimkan melalui pesan teksi, misalnya SMS, layahan WhatsApp, WeChat, Telegram, atau media sosial lainnya.

Penjual tersebut dapat langsung melakukan verifikasi dari link yang diterima dan membagikan hasil verifikasi kepada pembeli melalui pesan teks.

"Pembeli akan menerima hasil verifikasi dalam bentuk foto selfie, tanggal, waktu, dan jenis kartu identitas yang digunakan penjual saat melakukan verifikasi," tuturnya.

Robert menambahkan bahwa aplikasi Saya Asli ini terobosan terbaru dari perusahaannya yang dikatakan telah teruji diimplementasikan pada perusahaan skala internasional dan beberapa lembaga penegak hukum negara Republik Indonesia.

"Aslir Ri menghadirkan solusi ini secara gratis dalam rangka mendukung social distancing dan work from home untuk membantu masyarakat merasa lebih aman dalam berinteraksi secara online, baik untuk sosial maupun bisnis," pungkasnya.
Learn more »

Startup Ini Dapat Pendanaan Rp 504 Miliar

Startup Indonesia di bidang marketplace logistik, Kargo Technologies (Kargo), mendapat pendanaan sebesar USD 31 juta (sekitar 504 miliar rupiah) dari pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Tenaya Capital asal Silicon Valley.

Grup investor yang juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ialah Sequoia India dan Asia Tenggara, Intudo Ventures, Coca-cola Amatil, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, dan Mirae Asset Venture Investment.

Di dalam ronde ini, Kargo juga mendapatkan pendanaan berbasis hutang (debt financing) dari sejumlah bank dan institusi finansial regional terkemuka.

Babak pendanaan ini ditutup seiring dengan bergabungnya Kargo dalam perjuangan melawan wabah virus Corona (COVID-19) di Nusantara. 

Startup ini membiayai gerakan Dana Bantuan Logistik (Logistics Relief Fund) dengan menghimbau seluruh karyawan untuk turut serta mengkontribusikan sebagian gaji mereka.

Dana Bantuan Logistik akan digunakan untuk membantu para pengangkut logistik dan memastikan tidak adanya gangguan dalam pengiriman barang pokok di Indonesia.

Kargo juga bekerja sama dengan beberapa organisasi amal, seperti Kita Bisa, dan PT Akar Indah Pratama sebagai mitra logistik resmi yang berperan dalam pendistribusian makanan dan alat-alat medis untuk staf medis dan pasien di beberapa rumah sakit di Jakarta (RSPAD Gatot Subroto dan RSPI Sulianti Saroso).

Kargo siap membantu semua organisasi yang membutuhkan bantuan mitra logistik, terlebih dalam menghadapi masa krisis ini lewat: https://kargo.tech/covid-response/.

Mereka pun mengambil langkah pencegahan untuk memastikan para pengemudi aman dari penularan virus Corona. 

Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan memastikan seluruh pos pemberhentian (pit stop) sepanjang rute perjalanan memiliki persediaan lengkap dan telah disterilisasi secara layak.

Implementasi sistem EPOD (Electronic Proof of Delivery) dalam mekanisme pengiriman guna meminimalisir kontak fisik antar pengguna. 

Fitur yang dapat ditemukan dalam platform Kargo ini juga memungkinkan mengurangi adanya pertukaran dokumen secara langsung untuk mengurangi risiko infeksi COVID-19.

"Teknologi Kargo memiliki nilai jual unik di saat efisiensi logistik menjadi sangat penting di Indonesia. 

Mulai dari menjaga jumlah stok kebutuhan retail dengan kontak fisik seminimal mungkin atau memperlancar transaksi e-commerce di seluruh penjuru negeri, kami percaya bahwa Kargo mampu menyelesaikan masalah ini," ujar Yodi Aditya, CTO Kargo dalam keterangan yang diterima.

Pendanaan ini tiba sekitar setahun setelah Kargo menerima pendanaan awal sebesar USD 7,6 juta (sekitar 123 miliar rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia India dan Asia Tenggara. 

Pendanaan tersebut tercatat sebagai salah satu pendanaan awal terbesar di Asia Tenggara pada masa itu dan melibatkan beberapa investor teknologi global terkemuka.

"Kami bersyukur atas investor kami yang tetap memberikan dukungan luar biasa di tengah masa ketidakpastian finansial. 

Kargo berjanji akan menjadi mitra logistik yang paling dapat diandalkan untuk memastikan tidak adanya gangguan dalam rantai pasokan barang pokok di Indonesia. 

Perusahaan kami telah mendonasikan sebagian dari gaji kami untuk masalah ini dan kami juga turut mengundang bisnis dan organisasi lokal lainnya untuk menghubungi kami agar kita bisa menyelesaikan masalah ini bersama-sama," jelas Tiger Fang CEO dari Kargo.

Beberapa investor lain yang terlibat di ronde awal tersebut ialah; 10100 Fund milik co-founder Uber Travis Kalanick, Zhenfund asal Tiongkok, Intudo Ventures, ATM Capital, Innoven Capital, dan Agaeti Ventures yang dipimpin oleh pengusaha Indonesia Pandu Sjahrir. 

Patrick Walujo selaku co-founder dari Northstar Group, dan Diono Nurjadin selaku CEO Cardig International juga turut melakukan investasi pribadi pada Kargo.

Kargo dapat digambarkan sebagai 'Uber di bidang logistik Indonesia'. Hal ini seiring dengan target tim yang ingin memindahkan transaksi logistik di dalam negeri dari offline ke online sebagai jawaban dari inefisiensi yang dihadapi pengirim dan mitra transportasi barang lokal saat ini.

Startup ini didirikan oleh dua pengusaha yang ahli dalam bidang logistik dan teknologi. Diantara 2013 dan 2018, Tiger membawahi ekspansi internasional Uber sebagai General Manager di wilayah Tiongkok Barat dan kemudian di Indonesia. 

Ia juga memegang posisi penting di Rocket Internet, Lazada Group, serta Bank of America Merrill Lynch.
Learn more »