Feature news

Tampilkan postingan dengan label information for technology. Tampilkan semua postingan

Teknologi Anti Banjir yang Bisa Ditiru Jakarta

Jakarta masih mengandalkan kanal banjir dan pompa untuk atasi banjir. Padahal, teknologi anti banjir sudah berkembang pesat. Inilah yang bisa ditiru Ibukota.

Thailand memakai teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) untuk mitigasi bencana banjir. Teknologi ini sudah ada di iPad Pro dan iPhone 12 Pro. Para insinyur memakai LiDAR untuk membuat peta elevasi 3D di area tertentu Kota Bangkok yang rawan banjir, untuk memudahkan mitigasi.

Inggris juga menciptakan teknologi penahan banjir namanya Thames Barrier di Sungai Thames, London sejak tahun 1984. Saat ada ancaman banjir, gerbang akan muncul dari bawah air untuk mencegah London kebanjiran. (iStock)

Infrastruktur besar di Belanda untuk menahan banjir adalah Maeslant Storm Surge Barrier atau Maeslantkering di Rotterdam sejak 1997. Kalau normal, gerbang dibuka untuk lalu lintas kapal. Kalau banjir gerbangnya ditutup untuk menahan aliran banjir.

Water-Gate Self-inflating Barrier ini adalah penemuan dari Hydro Response Ltd dari Selandia Baru. Fungsinya adalah tanggul darurat. Water-Gate terbuat dari PVC, mudah dibongkar pasar, digulung dan disambung-sambung. Ketika air banjir datang, tekanan air ini mendorong Water-Gate ini membuka seperti kipas dan terciptalah tanggul. (Hydroresponse)

WIPP atau Water Inflated Property Protector juga buatan dari Hydro Response. Ini adalah kantung polyester berlapis vinyl berukuran besar dan bisa disambung-sambung. Cerdiknya, kantung ini tinggal diisi oleh air banjir dan jadilah tanggul.

Aquobex Flood Guard buatan Aquobex di Inggris. Aquobex ini adalah penahan air yang bisa dipasang di pintu-pintu rumah, sehingga air banjir tidak masuk ke dalam rumah. (Aquobex)

Opti adalah startup yang mengolah software manajemen data untuk memetakan dan mengoptimalkan sistem drainase yang terkomputerisasi. Opti dipakai di 130 kota di Amerika Serikat (Opti)

Learn more »

Apa Jadinya Kalau Kartu Kredit pun Pakai AI?

Kebanyakan dari kita mungkin merasa sangat pintar mengatur keuangan. Nyatanya, banyak yang malah sering kebobolan dan boros.  

Nah, bagaimana jadinya kalau masalah ini dibantu oleh kartu kredit yang dibenamkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan?

Cred.ai, adalah sebuah startup yang meluncurkan kartu kredit dengan teknologi AI. Pada kartu kredit ini, AI berfungsi untuk membantu mengatur keuangan penggunanya.

Dikutip dari Ubergizmo, AI pada kartu kredit ini akan memperhitungkan hal-hal seperti pengeluaran rutin, dan berapa banyak uang yang dimiliki.

Kemudian AI akan membuatkan perhitungan yang cerdas untuk menentukan berapa banyak yang boleh dibelanjakan.

Jadi, setiap kali pengguna membeli sesuatu, jumlahnya akan mengambil dari rekening, tetapi akan ditahan dulu atau diberi peringatan untuk memberi si pengguna kesempatan membuat skor kreditnya agar lebih baik.

Menurut Cred.ai, jika mengikuti aturan AI, kita tidak akan berada dalam posisi yang menyebabkan harus membayar bunga atau biaya keterlambatan pada kartu. Itu jadi salah satu pertanda penggunaan kartu kreditnya sehat.

Ide ini memang terdengar menarik, terutama buat yang sering kebablasan menggunakan kartu kredit.

Sejauh ini, program Cred.ai ini masih dalam tahap beta.

Cred.ai mengundang pengguna yang berminat untuk ambil bagian dalam program beta ini dengan mendaftar melalui situsnya yang beralamat di cred.ai.
Learn more »

Ilmuwan Jerman Berhasil Membuat Mesin yang Bisa Mengubah Air Menjadi Bahan Bakar


Ilmuwan Jerman Berhasil Membuat Mesin yang Bisa Mengubah Air Menjadi Bahan Bakar



Teknologi diciptakan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik, rasanya kita semua setuju akan hal ini. Misi ini pula yang mendorong sekelompok insinyur kimia Jerman yang sedang mengembangkan sebuah mesin mutakhir yang diklaim mampu mengubah air dan karbon dioksida menjadi bahan bakar berbasis minyak bumi.
Dikutip dari Ubergizmo, CFO dan co-founder Sunfire GmbH, Nils Aldag, mengatakan bahwa ini adalah sebuah "keajaiban" karena mesin ini benar-benar mengubah cara kita memproduksi bahan bakar untuk berbagai keperluan misalnya untuk mobil, pesawat dan juga industri kimia.
Mesin ini didukung oleh listrik, menggunakan proses yang dikenal dengan Fischer-Tropsch Sintesis, yang pertama kali dikembangkan oleh ahli kimia yang juga asal Jerman Franz Fischer dan Hans Tropsch tahun 1925.
Teknologi ini dapat mengkonversi tanpa warna, tidak berbau dan karbon dioksida diekstrak dari air yang tidak mudah terbakar, dan gas hidrogen yang diambil dari uap air, menjadi bahan bakar cair berbasis seperti minyak tanah jet dan solar melalui proses elektrolisis.
Aldag tidak menampik bahwa cara ini lebih mahal dibandingkan mendulang minyak cara konvensional. Tetapi nilai dari teknologi ini terletak pada di mana bahan bakar akan digunakan, sehingga dapat mengurangi biaya infrastruktur yang mahal dan ketiadaan transportasi minyak akan menghasilkan penghematan yang cukup signifikan.
Learn more »

Mahasiswa Ubaya ciptakan teknologi knalpot untuk charger HP

Chandra Sudono Halim, Mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), berhasil menciptakan sebuah "charge" handphone (HP) dengan menggunakan gas buang dari knalpot sepeda motor menjadi energi alternatif untuk alat cas ponsel yang dinamakan 'Electric Emission Mobile Charger (E2MC)'.

Chandra menceritakan, idenya tersebut terlintas ketika dirinya mengendarai sepeda motor di jalan raya. Menurut pemuda yang saat ini berusia 20 tahun tersebut, asap kendaraan atau gas buang yang dikeluarkan melalui knalpot sepeda motor bisa dijadikan energi alternatif sebagai pengganti listrik.

"Awalnya, wajah saya sering diterpa gas buang dari sepeda motor orang di depan saya yang knalpot-nya ditinggikan, lalu saya berpikir bahwa gas buang sepeda motor bisa dijadikan energi alternatif. Ide dari pengalaman pribadi itu akhirnya saya wujudkan dalam Mata Kuliah Desain Produk I dan II. Gas sisa pembakaran kendaraan bermotor yang menyimpan potensi tekanan angin itu bisa menghasilkan energi listrik dengan bantuan komponen tertentu," kata anak bungsu dari enam bersaudara itu, seperti dilansir Antara, Rabu (3/9).

Chandra melanjutkan, dalam praktiknya, tekanan angin dari gas buang sepeda motor itu diarahkan pada baling-baling mirip kipas angin yang dipasang pada badan knalpot dengan kerangka sebagai penyangga, lalu perputaran baling-baling yang mirip generator itu diubah menjadi energi listrik oleh alat stabilisator.

"Baling-baling plastik itu saya ambil dari baling-baling CPU komputer yang sudah tak terpakai, kemudian baling-baling E2MC yang berputar itu menghasilkan arus listrik yang terhubung dengan stabilisator yang saya ciptakan dari komponen tertentu untuk menyimpan energi listrik yang dihasilnya," katanya.

Chandra menjelaskan, energi yang dihasilkan knalpot kendaraan bermotor tersebut langsung dihubungkan dengan power bank yang bisa dipakai untuk 'charge' . Alat stabilisator dan power bank itu saya masukkan dalam jok motor, sehingga energi listrik bisa diproduksi sambil mengemudikan kendaraan," katanya.

Menurut dia, tegangan listrik yang dihasilkan itu bisa mencapai 5 volt bila "spedometer" pada sepeda motor sudah menunjukkan kecepatan 20 kilometer/jam.

"Kalau kita mengendarai motor selama satu jam, maka energi listrik yang masuk dalam power bank mencapai 30-40 persen. Itu mungkin perjalanan ke luar kota, tapi perjalanan di dalam kota dalam beberapa kali keliling juga bisa, jadi mungkin power bank akan terisi penuh dalam beberapa hari," katanya.

Tentang rencana komersialisasi alat ciptaannya itu, ia mengaku dirinya akan menyempurnakan alat ciptaannya sebagai tugas akhir (TA) sambil mengurus paten. Chandra melakukan penelitian alat itu selama setahun dan lima bulan untuk membuat prototipe.

"Mungkin 1-2 tahun ke depan, alat E2MC bisa dipasarkan. Harganya mungkin hanya Rp180 ribu dan harga itu sudah termasuk stabilisator beserta power bank-nya," katanya, didampingi dosen pembimbing, Sunardi Tjandra ST MT.

'Electric Emission Mobile Charger (E2MC)' sempat mengikuti lomba di Universiti Teknologi Mara (UiTM) di Segamat, Johor, Malaysia pada 20 Agustus 2014. Chandra memenangkan lomba tersebut dengan meraih medali emas untuk kategori inovasi dalam International Invention Inovation and Design (3ID).
Learn more »

No More Woof' Bakal Terjemahkan Bahasa Anjing ke Bahasa Manusia

Anjing bisa disebut sebagai salah satu sahabat terbaik manusia sepanjang masa. Namun sayangnya, kita terkadang sulit untuk mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh seekor anjing yang kita pelihara. 

Alasannya sederhana: karena mereka tidak berbicara dengan bahasa manusia.
Tetapi kesulitan dalam berkomunikasi antara manusia dan anjing peliharaannya ini sepertinya akan segera berakhir.

Pasalnya, sebuah alat bernama “No More Woof”, seperti yang dikutip dariCnet, akan mampu menerjemahkan bahasa anjing, sehingga kita mengerti apa yang benar-benar diungkapkan si hewan peliharaan.
Alat ini diperkuat oleh teknologi buatan Raspberry Pi dan dilengkapi oleh sensor EEG. Sensor tersebut diklaim mampu menangkap pola gelombang otak dari seekor anjing. Dari gelombang tersebut, No More Woof akan mengubahnya menjadi bahasa manusia dan disuarakan lewat sebuah speaker yang telah terpasang.
Nordic Society for Invention and Discovery (NSID) adalah pihak dibalik pembuatan alat unik ini. Mereka mengatakan bahwa No More Woof sedang dalam proses produksi. Saat ini, alat tersebut telah didaftarkan di situs Indiegogo untuk mengumpulkan dana. Bila nanti terwujud, No More Woof akan menerjemahkan bahasa anjing ke bahasa Inggris.
Bila Jerukers adalah salah satu pemelihara anjing dan mengalami kesulitan untuk menjalin komunikasi dengan piaraan kalian, maka No More Woof kemungkinan besar akan menjadi alat terbaik untuk bisa lebih mengerti apa yang seekor anjing ingini.
Learn more »

Wig Pintar Monitor Gelombang Otak, Dinavigasikan GPS

Apakah Anda mengalami kebotakan dan sering tersesat? Maka ‘SmartWig’ dari Jepang mungkin alat yang Anda butuhkan. 

Rambut palsu berteknologi tinggi ini dapat membaca gelombang otak pemakai dan mengarahkan pengguna ke tujuan dengan GPS yang sudah terintegrasi. Alat ini merupakan tambahan terbaru dan kemungkinan yang terunik dari daftar wearable computer (perangkat komputer yang bisa dikenakan sebagai aksesori). 

Jepang, negara yang menemukan segudang alat yang mengubah dunia seperti Walkman dan kalkulator saku serta beberapa produk lainnya yang hilang ditelan zaman seperti pemanggang roti berjalan, kini menawarkan kepada kita aksesori rambut berteknologi tinggi. 

Penemuan yang sudah terbukti ini hadir dalam tiga jenis, masing-masing dirancang secara khusus untuk membuat hidup menjadi lebih mudah bagi Anda yang mengalami kebotakan. 

Pemakai Presentation Wig dari jarak jauh dapat mengontrol pointer laser dari rambut palsu mereka. Mereka dapat memutar slideshow PowerPoint dengan menarik jambang kanan dan kembali ke halaman sebelumnya dengan menarik yang sebelah kiri. 

Navigation Wig menggunakan GPS untuk berkomunikasi dengan satelit dan memandu penggunanya ke tempat tujuan dengan getaran kecil di berbagai lokasi di kepala. 

Sementara, Sensing Wig memonitor suhu tubuh, tekanan darah dan gelombang otak dan juga dapat merekam suara dan gambar untuk memungkinkan pemakainya melihat kembali aktivitas selama sehari dan mengetahui apa yang membuat jantung berdebar-debar. 

“Terdapat beragam perangkat kompter yang bisa dikenakan, antara lain kacamata, baju, sepatu dengan teknologi komputer dan lain-lain... Namun, sebagian besar perangkat wearable computer masih belum lazim digunakan dan tidak populer,” ujar pengembang SmartWig dalam sebuah esai yang dirilis tahun lalu. 

“Kami pikir salah satu alasan terbesarnya adalah gaya... fokusnya selama ini adalah fungsi, bukan gaya,” ujar Hiroaki Tobita dan Takuya Kuzi. 

“Tujuan dari SmartWig adalah menghadirkan perangkat wearable yang alami dan praktis,” ujar keduanya, menambahkan bahwa “tampilan yang alami” dari alat temuan mereka -- yang dapat dibuat dari rambut manusia -- berpotensi laris di pasar. 

Juru bicara perusahaan teknologi Sony pada Kamis mengatakan bahwa hak paten untuk SmartWig sudah diajukan di Uni Eropa dan Amerika Serikat, meskipun saat ini belum ada rencana untuk memasarkan produk tersebut. 

Meskipun meraih kesuksesan yang fenomenal melalui Walkman, Sony dalam beberapa tahun terakhir mengalami kesulitan dalam bisnis elektronik yang menjadi andalannya, dan belum menghasilkan satu pun produk yang benar-benar laris di pasar internasional. 

CEO Sony Kazuo Hirai mengatakan kepada media setempat pada bulan lalu bahwa ia kini mengucurkan dana untuk pengembangan perangkat wearable, termasuk smart watch generasi kedua Sony. 

Pesaing terberat Sony dari Korea Selatan, Samsung Electronics, juga memiliki produk yang serupa sementara Apple menurut laporan kini sedang mengembangkan ‘iWatch’.
Learn more »

Shower Masa Depan OrbSys, Bisa Mendaur Ulang Air Sambil Mandi


Dengan menggunakan gayung atau shower, mandi bisa dibilang aktivitas yang banyak menyedot konsumsi air. Alih-alih ingin menyelamatkan lingkungan dengan melakukan penghematan air, sebuah perusahaan di Swedia mengembangkan teknologi pendaur ulang air.
Uniknya, sistem pendauran ulang yang diperkenalkan OrbSys (Orbital System) dilakukan ketika pengguna sedang mandi. Ya, alat ini merupakan teknologi shower masa depan, di mana bisa menghemat penggunaan air hingga 90% dan menghemat energi hingga 80% dibandingkan shower biasa.
Lalu seperti apa cara kerjanya? Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Teknologi ini menggunakan sistem yang sama digunakan para astronot ketika berada di luar angkasa. Air yang turun dari shower selanjutnya masuk ke dalam corong yang akan memurnikan air dan selanjutnya air kembali masuk ke shower untuk digunakan lagi. 
Saat ini memang harga jual dari produk tersebut belum dikonfirmasi. Namun, meskipun akan mahal, teknologi OrbSys ini diklaim akan menghemat pengeluaran air hingga US$ 1.000 (sekitar Rp 11 juta) per tahunnya. 

Learn more »

Asyik... Android Gingerbread Kini Bisa BBM-an

Sesuai keterangan BlackBerry, versi Android yang dapat mencicipi BBM lintas platform adalah Ice Cream Sandwich 4.0 ke atas. Dengan kata lain, seharusnya tak ada harapan bagi pengguna Android jadul untuk bisa BBM-an.

Alasannya bisa jadi karena kebanyakan perangkat Android yang masih mengandalkan versi Gingerbread 2.3 memiliki spesifikasi yang kurang mumpuni. Selain prosesor yang umumnya masih di bawah 1 GHz, kapasitas RAM yang dimilikinya pun rata-rata masih di bawah 512 MB.

Namun kini pengguna perangkat Android yang masih menggunakan versi Gingerbread 2.3 dipastikan dapat merasakan kesempatan yang sama.

Xda developer yang dikenal sebagai komunitas pengembang aplikasi mobile mengumumkan kehadiran BBM Android yang telah di-porting pada Android versi 'roti jahe' 2.3.

Tidak ada perbedaan apapun antara BBM versi Gingerbread dengan versi yang resmi diumumkan Blackberry. Namun mengingat rendahnya spesifikasi yang umumnya dimiliki perangkat Android 2.3, mungkin pengguna bakal menemui sedikit lag meski secara keseluruhan tidak begitu mengganggu.

Adapun pengguna Android Gingerbread 2.3 yang ingin menggunakan BBM dapat men-download aplikasi ini lewat berbagai sumber yang ada di internet. Tapi untuk amannya, pengguna dapat langsung mencarinya dari forum XDA developer.

Sebagai informasi, meski tak lagi favorit, berdasarkan data yang dirilis oleh Google awal bulan Oktober ini, Android Gingerbread 2.3 masih mendominasi pasar perangkat Android dengan porsi sebesar 28,5 %.

Raihan itu hanya tertinggal satu tingkat di bawah Android Jelly Bean 4.2 dengan porsi tertinggi sebesar 36,5 %. Sementara Android 4.0 ICS masih hanya memiliki porsi 20,6 %.
Learn more »

Google dan Microsoft Ikut Serta Dalam Uji Coba 'UK White Space'

Ofcom, yang merupakan regulator telekomunikasi di Inggris belum lama ini mengungkapkan bila sebanyak 20 organisasi akan berpartisipasi dalam percobaaan UK White Space selama enam bulan ke depan. Seperti dilansir dari TheVerge, White Space merupakan spektrum yang tidak terpakai yang memisahkan frekuensi setiap stasiun televisi. Karena frekuensi yang rendah, sinyal yang menggunakan White Space dapat menjangkau jarak yang lebih jauh dibanding dengan jangkauan Wi-Fi dan sinyal radio lainnya.
Microsoft, Google, dan organisasi lainnya berencana untuk menguji White Space pada mobile broadband dan memanfaatkan jaringan sensor untuk memonitor kota dan lalu lintas menggunakan spektrum. Microsoft, yang sebelumnya telah menyatakan minatnya pada proyek tersebut, akan menguji White Space di Glasgow dengan menyediakan Wi-Fi gratis dan menghubungkannya bersama jaringan sensor.
Google sendiri akan menguji sebuah database cerdas yang dirancang untuk memastikan penggunaan White Space tidak mengganggu perangkat lain, dalam hal ini white space akan menjadi perhatian utama Google dalam upaya mereka mengawasi berbagai peralatan nirkabel yang memanfaatkan celah frekuaensi pada waktu tertentu. British Telecommunication (BT) di Inggris, ISP, dan raksasa telekomunikasi lainnya juga terlibat dalam pengujian tersebut.
Bersama Neul, sebuah perusahaan jaringan yang sebelumnya telah berhasil untuk pertama kali menciptakan celah yang lebar pada jaringan kota, Google dan Microsoft akan menguji transmisi data kemacetan lalu lintas menggunakan White Space. Jika percobaan berhasil, maka penggunaan White Space di masa depan bisa membawa broadband nirkabel untuk daerah pedesaan yang selama ini sulit untuk mengakses internet di Inggris. 
Learn more »

Nikon Patenkan Kamera yang Bisa Gonta-ganti Sensor

Kamera dengan kemampuan berganti lensa, atau biasa disebut inter changeable lens, sudah banyak dijumpai di pasaran. Dan ada kemungkinan di masa depan, kita akan melihat kamera yang tak hanya bisa gonta-ganti lensa, namun juga berganti sensor.

Salah satu raksasa di bisnis kamera, Nikon, dilaporkan telah mendaftarkan paten di Jepang yang menampilkan kemampuan tersebut. Paten ini menjelaskan cara membuat mounting unit sensor, dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Namun ternyata, ini bukan kali pertama Nikon mendaftarkan paten serupa. Pada 2009 lalu, perusahaan asal Jepang ini juga mendaftarkan paten interchangeable sensor di kamera mirrorless, demikian  dikutip dari Nikon Rumors.

Mengacu pada aplikasi yang diajukan, sensor tersebut memiliki sistem Auto Focus (AF), kecepatan (fps) dan jumlah piksel yang berbeda. Akan tetapi meski paten telah diajukan, biasanya belum tentu pihak perusahaan akan mewujudkannya di dunia nyata. 

Nah, apakah Nikon bakal merealisasikan paten yang satu ini? Kita tunggu saja.
Learn more »

HDMI 2.0 Muluskan Tampilan Video 4K

Menyambut kebutuhan atas kualitas video yang semakin tinggi, pemegang lisensi HDMI mengumumkan spesifikasi terbaru produk mereka, HDMI 2.0.

Standar baru ini diklaim memiliki beberapa penyempurnaan dari seri sebelumnya, yakni HDMI 1.4. Di antaranya adalah bandwidth mencapai 18 Gbps, lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya sampai 10 Gbps.

Alhasil, interface HDMI 2.0 mendukung output video 4K (3,840 x 2,160 pixel) hingga 60 fps. Jauh lebih besar dibanding film full HD 1080p saat ini yang kebanyakan hanya mendukung 30 fps.

Selain kemampuan mengeluarkan video dengan kualitas yang lebih baik, HDMI 2.0 juga mendukung audio 32 channel dan dynamic auto lip-sync, serta tambahan ekstensi untuk CEC.

"HDMI 2.0 mewakili tonggak sejarah besar bagi HDMI Forum. Para anggota kami berkolaborasi erat untuk menyajikan spesifikasi HDMI ke tingkat berikutnya dengan memperluas fitur audio dan video bagi aplikasi-aplikasi elektronik konsumer," kata Robert Blanchard dari Sony Corporation yang menjabat President of the HDMI Forum.

Seperti dikutip dari Engadget, untungnya tak banyak perubahan untuk menggunakan HDMI 2.0 ini. Karena kabel dan konektor yang ada saat ini sudah mendukung spesikasi yang yang dibutuhkan HDMI 2.0.

HDMI 2.0 Compliance Test Specification (CTS) rencananya akan dirilis pada akhir 2013.
Learn more »