Feature news

Tampilkan postingan dengan label bitcoin security. Tampilkan semua postingan

Bill Gates Sebut Bitcoin Berbahaya, Lebih Suka Investasi di Vaksin

Bill Gates sedang gencarnya-gencarnya mengingatkan dunia tentang bahaya perubahan iklim. 

Setelah bicara soal anjuran memakan daging sintetis, kini ia memberikan komentarnya soal Bitcoin.

Gates, salah satu pendiri Microsoft dan ketua dana investasi Breakthrough Energy Ventures, baru-baru ini mengatakan dalam sesi Clubhouse yang disiarkan langsung bahwa Bitcoin menghabiskan banyak energi yang mengkhawatirkan.

"Bitcoin menggunakan lebih banyak listrik per transaksi daripada metode lain yang dikenal umat manusia, jadi ini bukan hal yang baik untuk masalah iklim," kata Gates kepada Andrew Ross Sorkin dari CNBC.

Dalam kesempatan yang sama, suami dari Melinda Gates ini mengaku lebih senang tertarik berinvestasi dengan produksi yang bermanfaat bagi umat seperti pada vaksin malaria dan vaksin campak.

Mengutip Forbes, Alex de Vries, seorang ilmuwan data di Bank Sentral Belanda senada dengan Bill Gates. 

Ia memperkirakan bahwa setiap transaksi bitcoin membutuhkan rata-rata 300 kg karbon dioksida (CO2) - setara dengan jejak karbon yang dihasilkan oleh sekitar 750.000 gesekan Visa.


Itu karena hampir semua cryptocurrency, termasuk Bitcoin, mendokumentasikan setiap transaksi pada apa yang disebut buku besar publik, yang membantu memastikan transaksi transparan dan aman dari gangguan. 

Namun perlu diketahui, ini terus menerus membutuhkan ruang penyimpanan tambahan atau 'blok'.

Blok dibuat oleh penambang, yang diberikan Bitcoin, sebagai hadiah setelah berkerja keras menjalankan kode sepanjang waktu pada perangkat keras khusus yang disebut rig, sebuah proses yang mengkonsumsi jumlah energi yang sama setiap tahun (sekitar 78,5 terawatt-jam).

Yang memperparah masalah, jaringan mining sebagian besar berbasis di China, yang sumbernya sebagian besar dari bahan bakar fosil seperti batu bara. 

Karena cryptocurrency menjadi lebih populer, konsumsi energinya telah melonjak 10 kali lipat sejak 2017.

Sekarang, tahukah kamu bahwa ternyata transaksi satu Bitcoin menggunakan sekitar 707,6 kilowatt-jam energi listrik - setara dengan daya yang dikonsumsi oleh rata-rata rumah tangga Amerika Serikat selama 24 hari, menurut Digiconomist. 

Setiap tahun, Bitcoin mengkonsumsi lebih banyak energi daripada hampir semua negara di dunia (kecuali 38 negara), sejalan dengan negara-negara seperti Finlandia, Chili dan Austria.

Learn more »

Menyimpan Bitcoin dkk di Negara Ini Nantinya Bisa Dipenjara

India tengah mengajukan undang-undang baru untuk memblokir bermacam kegiatan terkait aset kripto termasuk bitcoin, termasuk memenjarakan penambang aset kripto.

 

UU tersebut jika benar diterapkan akan menjadi aturan aset kripto paling ketat sedunia. 

 

Di mana pemerintah India bisa menghukum orang yang menyimpan, menerbitkan, menambang, melakukan jual beli, dan mentransfer aset kripto.

 

Pengajuan RUU baru ini sejalan dengan rencana pemerintah India yang diungkap pada Januari lalu, yaitu keinginan mereka untuk memblokir semua aktivitas mata uang virtual privat seperti bitcoin. 

 

Pada saat bersamaan, mereka berencana membangun kerangka mata uang digital resmi India.

 

Namun dalam perkembangannya, para investor aset kripto sedikit lebih lega karena tampaknya pemerintah India bakal melonggarkan aturan tersebut, demikian dikutip dari Reuters.


Pasalnya dalam aturan tersebut bakal ada kelonggaran yang memberikan waktu sampai dengan enam bulan agar pemegang aset kripto bisa mencairkan asetnya, yang diungkap oleh salah seorang pegawai pemerintah yang tak disebutkan namanya.

 

Ia pun yakin kalau RUU tersebut bakal disetujui, karena pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi punya suara mayoritas di parlemen.

 

Jika RUU ini disetujui, India akan menjadi negara besar pertama yang melarang aktivitas aset kripto. 

 

Bahkan di China pun, yang melarang aktivitas jual beli dan penambangan aset kripto, warganya tetap boleh menyimpan aset kripto.

 

Meski diancam akan diblokir, transaksi aset kripto di India tetap terbilang tinggi. 

 

Jumlah investor aset kripto diperkirakan mencapai 8 juta orang dengan nilai mencapai 100 miliar rupee atau sekitar USD 1,4 miliar.

 

"Jumlah uang menjadi berlipat ganda secara cepat setiap bulan dan anda tentu tak mau tertinggal. 

 

Meskipun banyak orang panik karena berpotensi diblokir, keserakahan tampaknya menjadi penyebab utama (orang tetap menggunakan aset kripto)," ujar Sumnesh Salodkar, seorang investor aset kripto di India.

Learn more »

Ngeri, Konsumsi Listrik Bitcoin Setara Negara Argentina

 

Makin melonjaknya harga bitcoin, dilaporkan sudah tembus USD 50 ribu, membuat aktivitas penambangannya kian pula meningkat. 

Bahkan dalam penelitian terbaru, konsumsi listrik tahunan akibat penambangan bitcoin lebih besar dari kebutuhan listrik negara Argentina.

Riset itu dilakukan oleh para peneliti di University of Cambridge, Inggris. 

Penambangan mata uang digital seperti bitcoin memang haus daya komputer. 

Konsumsi listriknya sekitar 121.36 terawatt per hours (Twh) dan belum ada tanda-tanda penurunan. Angka itu setara dengan konsumsi listrik di Argentina.

Apalagi harga bitcoin melonjak setelah perusahaan mobil listrik Tesla mengumumkan pembelian bitcoin senilai USD 1,5 miliar. 

Keputusan itu disebut mengabaikan dampak lingkungan karena penambang bitcoin bekerja lebih giat.

"Memang desainnya seperti itu bahwa bitcoin mengkonsumsi listrik begitu banyak. 

Hal ini tidak akan berubah di masa depan kecuali harga bitcoin menurun secara signifikan," cetus Michel Rauchs, peneliti di The Cambridge Centre for Alternative Finance.

Selain Argentina, konsumsi listrik bitcoin melebihi negara Belanda, Uni Emirat Arab dan mendekati Norwegia. Situasi ini dipandang cukup mencemaskan.

"Bitcoin itu anti efisiensi. Hardware penambangan yang lebih efisien takkan membantu karena akan tetap berkompetisi dengan hardware efisien lainnya," papar Rauchs.

"Artinya penggunaan energi bitcoin dan produksi CO2-nya hanya akan terus bertambah. Sangat buruk semua energi ini jadi terbuang," tambahnya seperti dikutip dari BBC.

Kritikan juga mengarah pada Elon Musk yang belakangan giat mempromosikan bitcoin. Padahal ia terkenal karena mobil listrik Tesla terkenal ramah lingkungan.

"Elon Musk menyia-nyiakan banyak pekerjaan bagus Tesla dalam mempromosikan transisi energi. Hal ini sangat buruk. 

Tesla mendapat subsidi USD 1,5 miliar didanai pembayar pajak. Mereka menghabiskan USD 1,5 miliar juga untuk bitcoin yang ditenagai listrik dari batu bara. 

Subsidi itu perlu diperiksa lagi," ujar David Gerard, penulis Attack of 50 Foot Blockchain.

Learn more »

Waspada! Virus Bitcoin Mulai Menghantui

 Uang digital Bitcoin mulai banyak dilirik setelah bisa dipakai untuk membeli sejumlah produk, dari makanan hingga mobil mewah. Namun waspadalah, karena virus pencuri Bitcoin sudah mulai beredar.

Virus tersebut dinamai Bitcoin Alarm dan ditemukan oleh Kenny MacDermid, pengamat virus dari perusahaan software bernama Arbor Networks.

Bitcoin Alarm menyerang melalui email spam. Dalam email tersebut dituliskan sejumlah kata-kata yang mengajak calon korbannya untuk mengunjungi situs bitcoin-alarm.net. 

Kemudian situs tersebut akan menawarkan sebuah aplikasi Windows penghasil Bitcoin. Link aplikasi pun dijanjikan akan dikirim melalui SMS.

Namun nyatanya itu bukanlah aplikasi penghasil Bitcoin, tapi merupakan virus pencuri berbagai informasi login korban di internet, terutama yang berhubungan dengan Bitcoin.

"Kami melihat jenis penyerangan ini akan terus tumbuh. Dan faktanya, kami melihat semakin banyak spam yang memanfaatkn nama Bitcoin. Spam biasanya dikirim melalui channel #bitcoin di IRC," kata MacDermid, seperti dikutip dari PC Authority.
Learn more »

Hati-Hati! Uang Digital Bitcoin Sangat Berbahaya

Beberapa negara sudah menyadari akan bahaya Bitcoin. Betapa tidak, mata uang digital ini sangat fluktuatif, bulan lalu masih USD 340 kini nilainya sudah tembus USD 1.240.

Seperti dikutip dari CNBC, European Banking Authority (EBA) akan mengeluarkan peringatan kepada warganya Jumat mendatang. 

Peringatan ini fokus kepada tingginya fluktuasi nilai tukar uang digital, 'dompet digital' yang sangat rentan diretas (di-hack), dan tidak adanya payung hukum bagi Bitcoin.

Selain Eropa, Pemerintah China juga sudah melarang perbankan setempat untuk memproses seluruh transaksi yang berhubungan dengan Bitcoin. Pasalnya, mata uang digital ini sangat populer di China dan jumlah penggunanya terus bertambah.

Tapi tidak semua pemangku kebijakan memandang negatif Bitcoin. Gubernur Bank Sentral AS The Federal Reserve, Ben Bernanke, menilai Bitcoin bisa jadi alat tukar yang berguna, jika saja bisa diatur dengan baik dan tidak disalahgunakan untuk tindak pencucian uang seperti selama ini.

Yang diuntungkan dari fluktuasi nilai Bitcoin ini adalah investor, sedangkan pemerintahnya was-was. Karena selama ini dedemit dunia maya memakai Bitcoin untuk kegiatan ilegal, seperti cuci uang atau jual beli narkoba dan senjata.

Ada beberapa risiko yang ditekankan EBA dalam larangan soal Bitcoin ini, antara lain mudahnya 'dompet digital' disusupi virus atau peretas sehingga uang investor, katakanlah Rp 10 miliar, bisa menguap dalam hitungan detik tanpa ada jaminan bisa kembali lagi sepeser pun.

Selain itu, tempat atau pihak yang memfasilitasi transaksi Bitcoin juga bisa kena serangan hacker atau bangkrut tiba-tiba sehingga banyak orang yang selama ini menggunakan jasanya kena kerugian. Kerugian ini tentunya tidak bisa dilaporkan karena tidak ada payung hukumnya.
Learn more »