Feature news

Tampilkan postingan dengan label the scientists covid. Tampilkan semua postingan

Duit Triliunan, Ilmuwan Pembuat Vaksin Corona Tak Punya Mobil

Ugur Sahin dan istrinya, Ozlem Tureci, sedang jadi sorotan lantaran vaksin Corona besutan perusahaannya, BioNTech bekerja sama dengan Pfizer, diklaim 90% ampuh menangkal virus Corona. Walau semakin kaya raya, pasangan ini disebut tetap sederhana.

Perhitungan terkini dari Forbes menyebut bahwa jumlah kekayaan Sahin berkat kabar keberhasilan vaksin Corona perusahaannya, berada di kisaran USD 4,7 miliar atau sekitar Rp 66,3 triliun. Ia pun masuk ke dalam daftar atas orang-orang terkaya di Jerman.

Koleganya mengenal Sahin dan sang istri tidak neko-neko. Ke kantor atau ke pertemuan bisnis, Sahin lebih suka berjalan kaki saja atau naik sepeda.

"Dia adalah orang yang amat sederhana. 

Penampilan tidak berarti banyak buat dia. Namun dia ingin menciptakan struktur yang memungkinkan dia mewujudkan visi dan di situlah harapannya tidak sederhana," kata profesor Matthias Theoblad, rekan kerjanya di Mainz University.

Dalam wawancara dengan Washington Post, profesor Sahin mengaku sampai saat ini tidak punya mobil. "Saya tidak punya mobil, saya juga tidak akan membeli sebuah pesawat," kata Sahin.

"Apa yang mengubah hidup adalah untuk berdampak pada sesuatu di bidang kesehatan," tambah sosok yang gandrung membaca jurnal ilmiah ini. Vaksin Corona adalah salah satunya.

"Kami ingin terus fokus pada pekerjaan kami. 

Saya orang kelas menengah dan baik-baik saja untuk hidup seperti ini, kami tidak butuh yang lebih lagi," katanya dalam wawancara terpisah dengan Sky News.

Keduanya berasal dari keluarga imigran. Sahin yang adalah CEO BioNTech, lahir di kota Iskenderun, Turki. 

Ia dan orang tuanya pindah ke Jerman Barat saat Sahin masih berusia 4 tahun. Ayahnya kemudian bekerja di pabrik mobil Ford di kota Cologne.

Sedangkan sang istri, Dr Tureci, lahir di Jerman, tapi ayahnya adalah dokter asal Turki yang bermigrasi dari Istanbul. 

Tureci berstatus sebagai Chief Medical Officer BioNTech. Perusahaan medis itu mereka dirikan pada tahun 2008.

Walau vaksin Corona buatan BioNTech dan Pfizer menjanjikan, tetaplah hal itu masih tahap awal dan tantangan di depan tidak mudah. 

"Ini merupakan virus baru dan situasi yang benar-benar baru juga bagi umat manusia," kata Sahin.

"Manufakturnya akan menjadi sebuah tantangan. Dosisnya sungguh luar biasa banyak, jadi jauh dari mudah, lanjutnya. 

Persetujuan dari regulator mungkin baru akan tercapai pada pertengahan Desember sehingga vaksin Corona mereka barangkali baru tersedia secara luas pada tahun depan.

Learn more »

Siapa Rockefeller dan Rothschild yang Terseret Konspirasi COVID-19?

Rockefeller dan Rothschild adalah dua keluarga yang kaya raya.

Tapi beberapa orang sekadar tahu bahwa keduanya punya pengaruh besar terkait perekonomian dan perbankan, titik. Siapakah mereka?

Mengutip Forbes, pengusaha asal Ohio, John D. Rockefeller dan William Rockefeller Jr mendirikan Standard Oil pada tahun 1870.

Pada tahun 1880-an, saudara-saudara di antara orang-orang terkaya di Amerika Serikat. Pada 1916, John D. Rockefeller menjadi miliarder pertama di Amerika. Rockefeller juga dikenal sebagai filantropi.

Sementara Rockefeller dianggap sebagai orang kaya lama di AS, kekayaan Rothschild di Eropa juga patut diperhitungkan.

Patriark Mayer Amschel Rothschild memiliki dampak luar biasa pada perbankan internasional sehingga Forbes pada 2005 menamainya dalam daftar 20 Pengusaha Paling Berpengaruh.

Rothschild meninggal pada tahun 1812.

Keluarga Rothschild berjuang selama lebih dari 230 tahun dan berhasil menguasai hampir seluruh bank sentral di dunia.

Rothschild terkenal dengan sumpahnya untuk menerbitkan dan mengendalikan uang di seluruh dunia semasa hidupnya.


Mengapa ia muncul dalam pemberitaan teori konspirasi COVID-19?


Memiliki kekayaan yang luar biasa dan terkenal dari generasi ke generasi tentu mudah sekali membuat mereka terserang berbagai konspirasi.

Salah satunya adalah dokumen yang dirilis oleh Rockefeller Foundation dan Global Business Network.

Dokumen itu membuat sebagian orang mengklaim wabah corona dan konsep lockdown sudah disetting sepuluh tahun lalu.

Dokumen berjudul 'Scenarios for the Future of Technology and International Development' ini menceritakan situasi wabah dan kepanikan, mirip dengan yang terjadi saat ini.

Kendati demikian, mereka mengatakan bahwa ini hanyalah sebuah kajian akademis sehingga tidak panik jikalau terjadi pandemi seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Rothschild sama saja, karena ambisinya, teori konspirasi liar percaya jika ia menggunakan perang sebagai upaya mendatangkan keuntungan sejak zaman dahulu.

Kini ambisinya dianggap segelintir orang berpaling ke urusan virus corona. Meski begitu, Keluarga Rothschild juga merupakan seorang filantropi.


Apa hubungannya dengan Bill Gates?


Gates dan Keluarga Rockefeller memang ada hubungan, karena itu tak heran dirinya selalu dikaitkan keluarga kaya tersebut.

Baik yayasan milik Gates dan Rockefeller menganggap inovasi teknologi dan kerja sama yang erat dengan industri makanan dan pertanian sebagai kunci untuk mengatasi kelaparan.

Melansir The Guardian, pada tahun 2006 mereka bersama-sama meluncurkan Aliansi untuk Revolusi Hijau di Afrika (Agra).

Premisnya adalah kelaparan di Afrika, terutama, disebabkan oleh kurangnya teknologi dan pasar yang berfungsi.

Profesor Joseph Uscniski dari University of Miami berpendapat suami Melinda Gates ini wajar diserang habis-habisan karena dia kaya dan terkenal.

"Teori konspirasi adalah tentang menuduh orang powerful melakukan hal-hal buruk. Teorinya pada dasarnya sama, hanya namanya saja yang beda," ujar profesor pakar ilmu politik itu.

"Sebelum Bill Gates, sosoknya adalah George Soros dan Koch bersaudara, keluarga Rothschild dan keluarga Rockefeller," paparnya.

Jadi tidak perlu heran ketika konspirasi yang membawa orang dengan pengaruh besar di dunia bisa begitu menarik. Kuncinya adalah dua persamaan dari ketiganya, mereka terkenal dan kaya raya.
Learn more »

Ilmuwan Temukan Kain yang Bisa Bunuh Virus Corona

Ilmuwan dari Indiana University menemukan kain yang bisa membunuh virus Corona.

Penemuan ini bisa mengubah bagaimana alat pelindung diri (APD) dibuat di masa depan.

Dikutip dari Forbes, kain ini bisa membunuh virus Corona yang bersentuhan dengan cara membuat medan listrik.

Riset ini merupakan bagian dari bidang kesehatan yang dikenal dengan nama 'electroceutical' atau gabungan dari elektrostatis dengan 'pharmaceuticals' atau obat-obatan.

Electroceutical menggunakan medan listrik lemah yang tidak berbahaya bagi manusia untuk mengobati berbagai kondisi.

Penulis utama makalah ini dan Director Indiana Center for Regenerative Medicine and Engineering Chandan Sen menemukan bahwa virus Corona menggunakan kekuatan elektrostatis untuk menginfeksi.

Dari temuan ini mereka juga ilmuwan juga percaya mereka telah mengembangkan kain yang bisa mengganggu kemampuan elektrokinetik virus.

Sen dan timnya telah menguji kain electroceutical yang terbuat dari poliester dengan lingkaran-lingkaran metal yang terbuat dari perak dan zinc.

Metal-metal tersebut bisa mengganggu kemampuan elektrokinetik virus Corona dan membuat virus tidak mampu menginfeksi hanya dalam waktu satu menit.

Cara kerja kain ini mirip dengan mengacak sinyal radio.

Kain bisa menciptakan medan listrik menggunakan baterai microcell.

Ketika terpapar dengan kelembaban, medan listrik ini bisa menghentikan kekuatan elektrostatis yang dibutuhkan virus untuk menyebar.

Medan listrik ini tidak berbahaya untuk manusia tapi bisa melawan kemampuan virus dan bakteri untuk menginfeksi.
Sen mengatakan temuan ini bisa mengubah APD di masa depan.

Ketika tenaga medis melepas masker, mereka rawan terhadap virus Corona dalam periode singkat karena virus bisa menempel di bagian luar masker.

Masker yang dibuat dari kain ini bisa langsung membunuh virus Corona secara instan begitu virus menyentuh kain.

Teknologi ini telah dipatenkan oleh Vomaris Innovations Inc. dan telah digunakan untuk pembalut luka.

"Dengan semua yang terjadi saat ini, saya ingin teknologi ini keluar karena saya ingin orang yang lebih pintar dari saya untuk mengambil prinsip ini dan membuatnya menjadi solusi produktif yang bisa membantu orang banyak," kata Sen.
Learn more »