Feature news

Tampilkan postingan dengan label tic toc cyber life. Tampilkan semua postingan

Kisah Mengenaskan Tentang Jam Kerja di TikTok

TikTok menjadi aplikasi paling populer saat ini. Aplikasi bestuan Bytedance ini menjadi aplikasi paling banyak diunduh pada tahun 2021.

 

Namun di balik kesuksesan TikTok ada cerita mengenaskan dari mantan karyawan TikTok yang menggambarkan jam kerja panjang, kondisi kerja yang penuh tekanan, dan beda budaya kerja antara TikTok di AS dan China.

 

Melansir dari The Verge, menurut laporan dari The Wall Street Journal (WSJ) mantan karyawan TikTok yang berbasis Los Angeles dan tak disebutkan namanya ini mengatakan pekerja TikTok di China mengalami kurang tidur karena banyak lembur dan pekerjaan lainnya.

 

Menurut WSJ, beberapa karyawan melaporkan telah menghabiskan sekitar 85 jam per minggu untuk rapat dan menyelesaikan pekerjaan mereka.


 

Karena hari Minggu di AS sudah hari Senin di China, banyak pekerja melaporkan turut bekerja di akhir pekan sehingga mereka dapat setara dengan rekan kerja mereka di belahan dunia lain.

 

Jenis lingkungan kerja ini berdampak pada kesejahteraan dan kesehatan emosional karyawan. 

 

WSJ melaporkan seorang karyawan mengatakan dia keluar dari pekerjaan semalaman setelah menunjukkan bukti kepada bosnya bahwa dia telah mengembangkan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.

 

Mantan manajer produk senior lainnya, Melody Chu menulis di Medium bahwa dirinya sering bekerja hingga larut malam untuk bertemu dengan rekan-rekannya di Tiongkok.

 

Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya menyebabkan kurang tidur dan penurunan berat badan. 

 

Chu mengatakan dia juga harus mencari terapi pernikahan karena dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama suaminya.

 

Seperti yang dicatat oleh WSJ, beberapa karyawan menggambarkan tekanan yang sangat besar untuk mengikuti rekan kerja lainnya terutama dengan karyawan di operasi TikTok yang berbasis di China.


 

TikTok dilaporkan memiliki beberapa tim yang bergegas untuk menyelesaikan proyek yang sama untuk mendorong karyawan menyelesaikan pekerjaan mereka lebih cepat, tetapi ini menyebabkan paranoia tentang tertinggal di belakang rekan kerja, atau frustrasi ketika proyek mereka tidak pernah selesai.

 

Mantan karyawan lainnya, Lucas Ou-Yang menulis di Twitter bahwa dia mengetahui 10 manajer produk yang berhenti setelah satu tahun bekerja di perusahaan karena mereka diharapkan mengikuti jadwal rekan Cina mereka.

 

Beberapa informasi dalam laporan WSJ bukanlah hal baru - tahun lalu, sebuah laporan dari CNBC menggambarkan jadwal kerja '996' yang sama yang disebutkan oleh WSJ.

 

Jadwal ini, di mana karyawan bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam enam hari per minggu, adalah praktik umum di beberapa perusahaan di China sampai pemerintah China melarang jadwal tersebut tahun lalu.

 

ByteDance, perusahaan induk TikTok menetapkan jam kerja 63 jam per minggu, yang terdiri dari jam 10 pagi hingga 7 malam, lima hari per minggu. 

 

Tidak jelas apakah jadwal semacam ini juga akan diterapkan di luar China, tetapi seperti yang dicatat WSJ banyak karyawan mengatakan jam kerja yang lebih lama tetap menjadi harapan.

Learn more »

TikTok Resumes, Cara Baru Lamar Pekerjaan Pakai Video Singkat

TikTok tengah menguji program baru yang membuat penggunanya bisa melamar pekerjaan menggunakan platform video singkat tersebut.

 

Program tersebut bernama TikTok Resumes dan bisa dipakai untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan di Amerika Serikat seperti Chipotle, Target, dan Shopify. 

 

Secara total ada lebih dari 30 perusahaan yang menerima lamaran dari fitur uji coba ini.

 

Untuk memanfaatkan program ini, pengguna harus membuat sebuah video resume, mempostingnya di TikTok dan mengirimkan video tersebut ke perusahaan tempat ia melamar melalui aplikasi.

 

Dalam video instruksi yang dibuat TikTok, pelamar disarankan untuk tidak menyertakan data pribadi seperti alamat email dalam video yang akan dibagikan ke publik tersebut.

 

Sejauh ini jenis lowongan yang tersedia kebanyakan adalah untuk posisi pembuat konten di TikTok. 

 

Tampaknya semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan platform ini untuk mempromosikan layanannya.


Contohnya Alo Yoga yang mencari social media manager menggunakan TikTok Resumes. 

 

Kandidat yang dicari itu nantinya akan mengurus strategi konten perusahaan yang akan diposting di TikTok, juga berhubungan dengan para influencer.

 

Namun ada juga lowongan di sektor lain, seperti yang dibuka oleh Target, Chipotle, Sweetgreen, dan Great Clips. 

 

Mereka memanfaatkan TikTok Resumes untuk mencari pegawai toko dan gudang. Ada juga Shopify yang mencari senior data engineer lewat program tersebut.

 

Meski TikTok Resumes ini hanya program sementara, lewat program ini TikTok menunjukkan kegunaan platform mereka untuk keperluan di luar sekadar berbagi video singkat yang lucu dan unik.

 

Bagi perusahaan pun, program TikTok ini tampaknya bisa menjadi cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan pegawai dari kalangan Gen Z, demikian dikutip dari The Verge.

Learn more »

TikTok Mau Kumpulkan Data Biometrik Pengguna, Lho Buat Apa?

Aplikasi TikTok makin populer khususnya di kalangan anak-anak muda dengan konten yang ringan dan menghibur. 

Namun nyatanya masih banyak yang ragu akan keamanan privasi mereka di TikTok.

Menurut laporan dari TechCrunch, TikTok telah melakukan perubahan kebijakan privasi pengguna TikTok yang memberi platform izin untuk mengumpulkan data biometrik pengguna.

Data biometrik tersebut mencakup data seperti sidik jari dan suara pengguna. Namun demikian hal ini belum begitu jelas. 

Juru bicara TikTok mengatakan bahwa mereka akan meminta persetujuan pengguna terlebih dahulu ketika proses pengumpulan data di mulai sebagaimana dilansir dari Ubergizmo.


Kebijakan privasi TikTok diatur sedemikian rupa sehingga hanya akan meminta persetujuan jika diwajibkan secara hukum.

"Kami dapat mengumpulkan pengidentifikasi biometrik dan informasi biometrik sebagaimana ditentukan dalam undang-undang AS, seperti sidik wajah dan sidik suara, dari Konten Pengguna Anda. 

Jika diwajibkan oleh hukum, kami akan meminta izin yang diperlukan dari Anda sebelum pengumpulan semacam itu," demikian bunyi kebijakan tersebut.

Sebelumnya, aplikasi tersebut diketahui telah mengumpulkan data pengguna secara diam-diam di iOS 14. 

TikTok mencoba membaca informasi dari clipboard pengguna. Platform asal China ini pun beralasan tindakan tersebut untuk memerangi perilaku spam.

Learn more »

Induk TikTok Ikut Bikin Tiruan Clubhouse

Setelah Clubhouse diblokir di China, tiruannya makin tumbuh subur. Bahkan pemilik TikTok, ByteDance, juga ikut membuat aplikasi audio chat-nya sendiri.

Menurut dua sumber Reuters yang menolak disebutkan namanya, rencana ByteDance masih berada di tahap awal, seperti dikutip dari Reuters.

Seorang sumber mengatakan CEO ByteDance Zhang Yiming tertarik mengembangkan aplikasi audio chat setelah melihat ramainya diskusi tentang TikTok dan ByteDance di Clubhouse.

Clubhouse mendadak populer di China karena menjadi tempat bagi pengguna internet untuk mendiskusikan topik sensitif seperti kemerdekaan Hong Kong dan perlakuan pemerintah terhadap suku Uighur.

Sejak diblokir di China pada awal Februari lalu, aplikasi tiruan Clubhouse langsung membanjiri Negeri Tirai Bambu. 

Setidaknya ada belasan aplikasi serupa yang diluncurkan dalam sebulan terakhir.

Salah satunya Xiaomi yang membangkitkan kembali aplikasi Mi Talk sebagai aplikasi audio chat khusus untuk kaum profesional. 

Eksekutif di industri memperkirakan masih ada banyak aplikasi tiruan Clubhouse lainnya yang sedang dikembangkan.

Tapi aplikasi serupa di China harus dirancang khusus untuk mengakomodasi sensor dan pengawasan dari pemerintah. 

Contohnya seperti aplikasi Zhiya buatan Lizhi yang diluncurkan tahun 2013 dan biasanya digunakan untuk membicarakan video game.

CEO Lizhi Marco Lai mengatakan aplikasi buatannya mengharuskan pengguna untuk mendaftar menggunakan nama aslinya, yang merupakan salah satu kewajiban di China.

Lizhi juga mempekerjakan pegawai khusus untuk mendengarkan setiap ruang percakapan dan mengerahkan kecerdasan buatan untuk menghapus konten yang tidak diinginkan, seperti pornografi atau isu politik yang sensitif.

Zhiya sempat dicekal oleh regulator China pada tahun 2019, tapi diperbolehkan beroperasi kembali setelah melakukan perbaikan. 

Lai mengatakan di luar topik politik, ada banyak cara untuk aplikasi audio chat berkembang di China.

"Orang dewasa di China tidak suka mengekspresikan pandangan mereka di publik, kami telah diajarkan untuk tetap low-profile sejak masih muda," kata Lai.

"Pendekatan yang bagus di China adalah dengan hiburan, Anda mengundang semua orang untuk bersenang-senang," sambungnya.


Sementara itu di luar China, raksasa Silicon Valley juga ikut mengembangkan Clubhouse versinya sendiri. Twitter saat ini sedang menguji coba fitur Spaces untuk Android dan iOS.

Facebook juga dikabarkan sedang dalam tahap awal mengembangkan aplikasi audio chat, hanya beberapa hari setelah sang CEO Mark Zuckerberg bergabung di Clubhouse.


Learn more »

Nonton dan Like Video TikTok Bisa Dapat Duit? Awas Penipuan


Sebagai media sosial (medsos), TikTok memberikan hiburan tersendiri. Tapi, waspada ada situs TikTok e Cash yang dicurigai menawarkan investasi bodong.

TikTok e Cash ini mengajak para penggunanya untuk melakukan tugas, mulai dari mem-follow akun, like, dan nonton video TikTok. 

Kemudian hasil tugas tersebut di-screenshot untuk meraih keuntungan berupa saldo yang bisa dicairkan ke rekening bank pengguna.

Tugas-tugas yang diberikan TikTok e Cash terlihat mudah untuk meraup uang jutaan rupiah. Akan tetapi alih-alih mendapat rezeki, pengguna malah berpotensi jadi buntung.

Keberadaan TikTok Cash pun mulai menyebar ke seantero pengguna internet Indonesia. 

TikTok Cash dicurigai menerapkan skema ponzi yang dilakukan layanan sejenis seperti Vtube maupun Like App.

Vtube sendiri sudah dilarang oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Vtube juga menjanjikan pendapatan dari Rp 200 ribu sampai jutaan rupiah per bulan. 

Caranya cukup dengan menonton tayangan iklan video beberapa menit tiap hari.

Terkait persoalan tersebut, TikTok telah dengan tegas menyatakan bahwa perusahaan tidak bermitra maupun berafiliasi dengan TikTok e Cash, yang berarti ditunggangi namanya.

"Baru-baru ini, kami mengetahui bahwa ada situs web yang menggunakan nama TikTok dan meminta uang dari pengguna. 

Situs Web, mitra, dan aktivitas ini sama sekali tidak terafiliasi dengan TikTok," kata TikTok dalam akun Instagram mereka.

TikTok pun berharap agar para pengguna internet Indonesia berhati-hati dengan 'janji surga' yang ditawarkan.

"Kami tidak akan dan tidak pernah meminta uang dari Anda. Kami mohon untuk berhati-hati terhadap situs ini," ucap TikTok.

Sebelumnya, Ketua Satgas Waspada Investasi(SWI) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tongam L Tobing menyebut aplikasi Vtube yang dikembangkan oleh PT Future View Tech merupakan entitas investasi bodong alias ilegal. 

Vtube juga merekrut pengguna dengan cara mirip Tiktok e Cash.

Learn more »

TikTok Beri Peringatan Ke Pengguna sebelum Berbagi Konten

TikTok kini telah mengikuti langkah Twitter, Facebook dan sejumlah platform media sosial lainnya untuk menerapkan protokol guna mengatasi ancaman konten palsu atau menyesatkan di platformnya.

Lewat fitur barunya TikTok akan memberikan peringatan kepada pengguna ketika mereka akan membagikan konten video yang dianggap belum valid kebenarannya atau unsubstantiated content.

Dilansir dari Gizmochina, perintah ini akan muncul di konten video yang tidak dapat dikonfirmasi oleh platform pengecekan fakta berbasis web mitra TikTok, PolitiFact, Lead Stories, dan SciVerify.

TikTok mengatakan fitur ini akan sangat berguna selama acara berlangsung sebelum pemeriksa fakta mengumumkan opini akhir mereka tentang konten tersebut.

Setiap kali pengguna mencoba membagikan kembali video dengan konten yang tidak berdasar, peringatan abu-abu akan muncul di bagian atas layar. 

Meskipun pengguna masih dapat membagikan video tersebut, namun mereka akan diberi tahu tentang menjadi calon penyiar konten yang menyesatkan.

TikTok menjelaskan bahwa tujuannya adalah membuat pengguna berpikir dua kali sebelum menjadikan diri Anda sebagai penyiar konten yang tidak diverifikasi sebelum konten tersebut diunggah.

Pembuat konten video yang belum diverifikasi juga akan mendapat peringatan dari TikTok jika kontennya ditandai; video tidak akan terdaftar di feed 'Untuk Anda' yang merupakan halaman landing TikTok.

Jika sebagai penonton yang mencoba untuk membagikan video yang sudah ditandai, pengguna akan mendapatkan prompt yang mengingatkan bahwa video tersebut telah ditandai sebagai konten yang belum diverifikasi.

Lapisan kehati-hatian tambahan ini ditujukan untuk membantu pengguna mempertimbangkan secara mendalam apakah pantas untuk dibagikan ulang atau tidak.

Berdasarkan pengujian beta dari fitur peringatan baru, TikTok mengatakan pengguna di platformnya berbagi konten menyesatkan 24% lebih sedikit sementara suka pada video yang ditandai berkurang 7%. 

Fitur baru ini sudah aktif untuk pengguna TikTok di AS dan Kanada dan akan segera meluas ke negara-negara lain.

Learn more »

TikTok Buka Data Center Pertama di Eropa


TikTok yang saat ini sedang berada di bawah tekanan hubungan AS-China, mengumumkan pihaknya sedang menyiapkan pusat data pertamanya di Eropa, tepatnya di Irlandia dengan nilai investasi USD 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.

Dengan hadirnya pusat data ini, TikTok pun menjanjikan dapat menciptakan ratusan lapangan kerja serta meningkatkan pengamanan dan perlindungan data pengguna TikTok.

Pusat data ini dijadwalkan dapat beroperasi pada awal tahun 2022.

Selama ini, semua konten dan data pengguna TikTok disimpan di server yang berlokasi di Amerika dan Singapura.

Dilansir dari Bloomberg, TikTok mengatakan bahwa data pengguna Eropa akan disimpan di pusat data baru tersebut.

TikTok telah mendirikan Pusat Kepercayaan dan Keamanan EMEA di Dublin pada awal tahun dan mengatakan investasi baru ini menandakan komitmen jangka panjang TikTok ke Irlandia.

ByteDance sebagai perusahaan induk yang berbasis di Beijing telah bekerja menjauhkan operasi domestiknya di China dari TikTok untuk menenangkan regulator di luar negeri.

Untuk diketahui, TikTok dituduh pemerintahan AS telah mengumpulkan data pengguna yang dapat mengganggu kemanan nasional.

Di tengah sorotan tajam yang sedang mengarah padanya, TikTok saat ini sedang dilirik Microsoft.

Ada waktu tenggat enam minggu bagi TikTok dan Microsoft untuk menetapkan kesepakatan penjualan operasionalnya di AS.

Langkah TikTok membangun data center di Eropa akan memperluas operasinya di dalam perbatasan Uni Eropa.

Ini juga merupakan bagian dari upaya global TikTok untuk membuktikan dirinya sebagai warga internet yang bertanggung jawab dan penyedia layanan yang dapat dipercaya.
Learn more »