Feature news

Tampilkan postingan dengan label information for technology internet. Tampilkan semua postingan

Bukan Google, Ini Mesin Pencarian Internet Pertama di Dunia

Pengguna internet kini terbiasa bertanya ke Google untuk mencari tahu segala hal. Sebelum kemunculan Google, ada Archie, mesin pencarian internet pertama di dunia.

Archie pertama kali dirilis ke publik pada 10 September 1990. 

Mesin pencarian internet ini dikembangkan sebagai proyek sekolah oleh Alan Emtage di McGill University di Montreal, Kanada.

Menurut wawancara dengan Digital Archaeology, Emtage sekolah dan bekerja sebagai mahasiswa pascasarjana pada tahun 1989 di departemen teknologi informasi universitas tersebut.

Pekerjaan Emtage mengharuskannya menemukan software untuk para mahasiswa dan fakultas lain. Dia kemudian menulis beberapa kode yang kemudian dikenal sebagai Archie.

Selain Emtage, ada dua rekannya Bill Heelan dan Peter Deutsch yang juga menjadi kunci dalam pengembangan Archie. 

Sebabnya, mereka menulis skrip yang memungkinkan orang lain untuk masuk dan menggunakan mesin pencarian tersebut.

Dikutip dari Mashable, Archie tidak sama persis dengan mesin pencari yang kita kenal sekarang. 

Saat pengguna masuk, mereka akan menemukan halaman berbasis teks dengan beberapa opsi parameter penelusuran. Tidak ada iklan apalagi grafik interaktif seperti yang biasa kita temui saat ini.

Di masa-masa awal internet, Archie sebenarnya hanyalah indeks situs File Transfer Protocol (FTP). 

FTP pada dasarnya menjadi cara untuk mentransfer file antar komputer. 

Setelah menemukan apa yang dicari menggunakan Archie, pengguna harus mengunduh file sebelum bisa melihat apa yang ada di dalamnya.

Archie belum sepintar Google yang bisa menggunakan keyword bahasa sehari-hari. 

Jadi pengguna harus memastikan untuk membatasi pencarian pada satu kata yang benar-benar sesuai dengan keinginan.

Setelah Archie, muncul mesin pencarian lainnya antara lain Jughead, Veronica, dan membuka jalan untuk mesin pencarian yang kita kenal sekarang seperti Yahoo dan tentu saja Google yang muncul di tahun 1997.

Kini, mencari sesuatu di internet menjadi jauh lebih mudah. 

Kemampuan berbagai mesin pencarian pun berkembang pesat. Semua itu tak akan kita dapatkan tanpa kehadiran Archie.


Learn more »

Website E.gg ingin berikan pengalaman internet "jadul"

Situs E.gg, yang baru saja diluncurkan, 
 
ingin mengajak pengguna untuk merasakan pengalaman menggunakan internet di era 90an.
 
 
"Kami mulai mengerjakan E.gg setelah beberapa diantara kami 
 
merasakan semangat eksplorasi hilang, 
 
padahal semangat itu sangat melambangkan zaman awal internet,
 
" tulis pengembang di situs E.gg, dikutip Jumat.
 
Laman Cnet menuliskan E.gg merupakan salah satu produk dari tim eksperimen Facebook, 
 
New Product Expreimentation.
 
Situs tersebut didesain mirip dengan website pada tahun 90an, 
 
seperti gambar-gambar GIF dan animasi bayi botak berjoget Oogachacka.
 
Dalam situs tersebut, 
 
pengembang menuliskan situs E.gg ibarat kanvas yang bisa digunakan 
 
untuk membuat berbagai karya, 
 
seperti kolase dari gambar-gambar kesukaan.
 
Pengguna bisa menambahkan teks hingga gambar GIF dalam kanvas tersebut.
 
E.gg diluncurkan terlebih dulu dalam bentuk website, kemudian, 
 
akan ada aplikasi di perangkat iOS. Saat ini situs tersebut membuka prapendaftaran, 
 
waitlist, untuk para pengguna.
 
Learn more »

Edan, Internet Tercepat Dunia Tembus 44,2 Terabits per Detik

Para periset di Australia berhasil memecahkan rekor internet tercepat di dunia.

Kecepatannya mencapai 44,2 terabits per detik, memungkinkan misalnya download 1.000 film kualitas HD dalam waktu hanya sedetik.

Tim periset berasal dari universitas Monash, Swinburne dan RMIT. Mereka menggunakan semacam chip optikal mengandung ratusan laser infra merah untuk transfer data melalui infrastruktur komunikasi di kota Melbourne.


Angka kecepatan itu memang luar biasa tinggi. Sebagai perbandingan, kecepatan internet komersial terbaik saat ini adalah di Singapura, dengan angka download rata-rata 197,3 mbps.




Bahkan di Australia, kecepatan download rata-rata 'hanya' 43,4 mbps atau sejuta kali lebih rendah dari hasil uji coba tersebut.

"Ada perlombaan global saat ini untuk membuat teknologi ini bisa masuk tahap komersial, di mana inti teknologinya bisa bermanfaat di berbagai teknologi eksisting," kata Dr Bill Corcoran dari Monash University yang dikutip dari Independent.

"Saya kira kita bisa menyaksikan perangkat seperti milik kami tersedia di laboratorium riset dalam dua atau tiga tahun dan komersialisasi awal sekitar 5 tahun lagi," imbuhnya.

Ia menyatakan perangkat yang mereka buat kompatibel dengan infrastruktur fiber optik yang saat ini sudah ada.

Hasil penemuan tersebut telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications.
Learn more »

Penumpang Garuda Sudah Bisa Internetan di Pesawat

Bagi yang sering bepergian naik pesawat dan tak bisa lepas dari internet, ada kabar baik untuk Anda. Garuda Indonesia akhirnya mulai meresmikan pengoperasian akses WiFi di armada pesawatnya.

Menurut Direktur Niaga Garuda Indonesia, Erik Meijer, layanan WiFi di pesawatnya sudah mulai on air sejak Selasa kemarin, 2 Oktober 2013, setelah akhirnya menuntaskan penandatangan kerja sama dengan Telkom.

"Kami sudah mulai mengkomersilkan layanan WiFi ini untuk semua kelas yang ada di pesawat Boeing 777-300 ER," ungkapnya saat berbincang santai.

Dijelaskan Erik, layanan ini tetap gratis untuk penumpang yang berada di kelas utama atau First Class. Sementara untuk penumpang di kelas lainnya dikenakan tarif berbayar dengan skema per jam atau selama perjalanan.

"Kelas lainnya harus membayar bisa dengan voucher atau kartu kredit. Tarifnya per jam sebesar USD 11,95 (sekitar Rp 140 ribu). Sedangkan sekali perjalanan yakni USD 21,95 (sekitar Rp 255 ribu)," jelasnya.

Setelah perjanjian untuk akses WiFi di armada B 777-300 ER selesai, selanjutnya Garuda akan menuntaskan kerja sama dengan Telkom untuk armada Airbus 330. "Rencananya hingga akhir 2014 ada 10 armada yang sudah dilengkapi WiFi," katanya.

Di pesawat Garuda, Telkom yang mengantungi lisensi penyedia jasa internet, hak labuh satelit, dan izin stasiun radio, menyediakan bandwidth internet agar WiFi bisa beroperasi di pesawat.

Sedangkan Garuda kabarnya menyiapkan investasi sekitar USD 17,5 juta untuk membeli perangkat telekomunikasi di pesawat. Untuk di Airbus 330, Garuda menggunakan teknologi milik OnAir, sementara di B 777-300 ER dari Panasonic. Alatnya sendiri diperkirakan seharga USD 250 ribu.
Learn more »