Feature news

Tampilkan postingan dengan label google isnis. Tampilkan semua postingan

Google Kucurkan Pinjaman Rp 50 Miliar untuk Perempuan Pelaku UMKM

Tahun lalu dalam acara Google for Indonesia 2020, Google mengumumkan dana bantuan Small Business Resilience Fund untuk pelaku UMKM di Indonesia yang terdampak pandemi. 

 

Kini pelaku UMKM sudah mulai bisa mendaftar untuk mendapatkan bantuan tersebut.

 

Secara total, Google menyediakan bantuan senilai USD 10 juta (Rp 147 miliar) yang disalurkan ke organisasi nirlaba internasional. 

 

Kini dalam acara Google for Indonesia 2021, raksasa mesin pencari itu telah menggandeng organisasi nirlaba Kiva untuk menyalurkan dana bantuan sebesar USD 3,5 juta (Rp 50 miliar) lewat Koperasi Mitra Dhuafa (Komida).


Nantinya dana tersebut akan dibagikan kepada ribuan UMKM di seluruh Indonesia sebagai modal pinjaman usaha dengan bunga rendah. 

 

Menariknya, bantuan ini difokuskan untuk perempuan pelaku UMKM berpendapatan rendah.

 

"Mulai hari ini perempuan pengusaha berpenghasilan rendah dapat mengajukan permohonan pinjaman lewat Komida," kata Marketing Director Google dan YouTube Indonesia, Filipina dan Asia Tenggara Veronica Utami dalam acara Google for Indonesia.



Bantuan pinjaman senilai Rp 50 miliar itu rencananya akan dibagikan kepada 3.000-4.000 perempuan pelaku UMKM di seluruh Indonesia. 

 

Masing-masing UMKM bisa menerima pinjaman dengan nilai antara Rp 3 juta sampai Rp 20 juta.

 

Pelaku UMKM bisa mendaftar untuk menerima pinjaman lewat cabang operasional Komida. Koperasi simpan pinjam ini memiliki 324 cabang yang tersebar di 13 provinsi.

 

Managing Director dan Founder Komida Slamet Riyadi mengatakan perempuan pelaku UMKM yang ingin mendapatkan pinjaman harus memenuhi beberapa persyaratan terlebih dahulu. 

 

Syarat utamanya adalah perempuan berpendapatan rendah, berdomisili di wilayah cabang Komida, dan membentuk kelompok beranggotakan lima orang dengan rumah berdekatan.

 

Setelah mendaftar, calon peminjam akan didata oleh petugas lapangan Komida untuk memahami kondisi ekonominya. 

 

Calon peminjam juga harus mengikuti pelatihan wajib kelompok selama hari, di mana mereka akan dijelaskan hak dan kewajibannya sebagai peminjam.


Setelah itu, baru pelaku UMKM bisa mengajukan peminjaman dengan menyerahkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Proses pencarian pinjaman bisa memakan waktu sekitar 2-3 minggu.

 

"Jadi intinya semakin miskin, semakin layak, semakin berkesempatan mendapatkan kredit," kata Slamet dalam press briefing virtual.

 

"Dan kami memang tidak melayani selain perempuan miskin karena mereka memperoleh akses yang bisa diambil dari lembaga lain atau lembaga perbankan karena mereka sudah memenuhi syarat," pungkasnya.

Learn more »

Google Bikin Sistem Operasi Pragati OS, Beda dari Android?


Google membuat sistem operasi mobile baru bernama Pragati OS.


Apa bedanya dengan Android yang sudah ada saat ini?


Pragati OS merupakan hasil kolaborasi Google dengan Reliance Jio yang adalah operator seluler di India.


Ternyata sistem operasi ini masih berbasis Android.


Hanya saja Pragati OS telah dioptimalkan agar lancar dipasang di ponsel murah yang dirilis Jio di Negeri Gangga.


Sistem operasi ini hampir mewarisi semua keunggulan Android Go yang dihadirkan untuk ponsel entry level, mulai dari Play Store, pembaruan melalui OTA, dan patch keamanan.


Selain itu aplikasi 'eksklusif' di Android Go turut diintegrasikan ke dalam Pragati OS.


Ada Camera Go, Google Maps Go, Google Go, Google Assistant dan lainnya yang semuanya dimaksimalkan untuk pengguna di India.

Aplikasi Camera Go di Pragati OS memiliki integrasi dengan Snapchat yang memberikan filter bernuansa Bollywood, serta Google Lens untuk penerjemahan 10 bahasa India.


Sementara Google Go akan menerjemahkan halaman ke dalam bahasa India dan dapat membacanya dengan. suara keras.


Sementara di Google Assistant Go, pengguna dapat berinteraksi dengan asisten digital dalam bahasa India dan mendapat respon dengan bahasa yang sama.

Pragati OS mendukung penerjemahan dalam 10 bahasa. Foto: Google


"Saya sangat bangga dengan OS baru ini. Pragati OS memiliki beberapa fitur baru paling keren yang diterjemahkan secara khusus .


Saya dapat berbicara dalam satu bahasa, dan telepon akan menerjemahkannya ke bahasa lain," kata Binish Parangodath, Manajemen Produk JioPhone Next.

Learn more »

Google Beri Diskon 15% untuk Biaya Layanan Pengembang

Google akhirnya mengurangi biaya layanan pengembang di Google Play Store menjadi 15% untuk yang pendapatan mereka di bawah USD 1 juta. 

Sebelumnya Google mengambil potongan sebesar 30% dari setiap pembelian digital di Play Store untuk semua pengembang.

Pada tahun lalu Google telah mengumumkan bahwa biaya layanan Google Play Store hanya berlaku untuk pengembang yang menawarkan penjualan barang dan layanan digital dalam aplikasi.

Meskipun Google mengklaim bahwa lebih dari 97% aplikasi secara global tidak menjual barang digital, dan karenanya sebagian besar tidak membayar biaya layanan apapun.

Dan membahas tentang pengurangan biaya layanan ini hanya berlaku untuk pengembang aplikasi yang memiliki pendapatan di bahwa USD 1 juta. 

Pengembang aplikasi hanya perlu memberikan informasi pendapatan untuk memastikan hanya membayar biaya 15%..

Dilansir dari Gizchina, dalam postingan di blognya Google mengatakan bahwa diskon akan otomatis diperpanjang setiap tahun jika penjualan aplikasi pengembang tetap di bawah USD 1 juta per tahun.

Langkah Google ini tentunya akan sangat membantu untuk pengembang baru. 

Di mana mereka bisa meningkatkan pertumbuhan aplikasi dengan menambah kapasitas server, memperkerjakan lebih banyak tenaga ahli, dan sebagainya.

Diketahui Apple sudah melakukan langkah tersebut pada November 2020 di mana mereka juga memangkas biaya sebesar 15% dengan pendapatan kurang dari USD 1 juta per tahun.

Untuk Pengembang yang berpenghasilan lebih dari USD 1 juta sebagai pembelian dalam aplikasi, Apple masih memotong 30% dari pendapatan sebagai komisi.

Biaya layanan Google Play sebesar 15% ini mulai berlaku pada Juli 2021. "Sebagai platform, kami tidak berhasil kecuali mitra kami berhasil," kata Google.

Learn more »

Wolverine, Alat Pendengar Canggih Ala Manusia Super

Induk perusahaan Google, Alphabet, tengah mengembangkan sebuah alat mungil namun super canggih. Alat tersebut memungkinkan manusia dapat memiliki pendengaran yang tajam.

Proyek terbaru Alphabet tersebut diberi kode nama Wolverine. 

Berbeda dengan karakter mutan besutan Marvel, Wolverine yang satu ini memungkinkan telinga manusia bisa meredam suara yang tidak diinginkan, misalnya di tempat yang ramai, maka dengan alat ini pendengaran jadi lebih fokus kepada satu suara.

Berdasarkan tangkapan layar dari proyek tersebut, tampak tim menampilkan banyak mikrofon dan menutupi seluruh telinga bagian atas.

Menurut Business Insider yang dikutip dari Pocket-lint, pada dasarnya alat ini seperti alat bantu pendengar manusia, namun lebih canggih saja dari yang biasanya. 

Alat versi terbaru ukurannya lebih kecil, sedangkan iterasi asli jauh lebih besar.

Alphabet mengerjakan proyek ini lewat X, sebuah divisi yang menciptakan kacamata pintar Google Glass, mobil otonom Waymo, hingga balon internet Loon, proyek yang dikenal publik, meskipun beberapa di antaranya berakhir dengan kegagalan.

Di proyek Wolverine ini, X mengerjakan dengan menggandeng sejumlah perusahaan teknologi di bidang pendengaran, seperti Starkey Hearing Technologies dan Eargo.

Disebutkan bahwa mereka tidak fokus pada satu perangkat atau aplikasi saja, melainkan semua bekerja sama membangun bisnis yang diharapkan menuai kesuksesan yang menawarkan banyak perangkat dan model.

Belum diketahui, kapan alat pendengar dengan kode nama Wolverine ini resmi diperkenalkan ke publik oleh Alphabet. 

Menurut anda, proyek induk Google ini, bakal sukses atau tidak?

Learn more »

Balon Internet Dimatikan Induk Google, Nasib Internet Indonesia?

Beberapa waktu lalu, Indonesia menyatakan ketertarikanya lagi terhadap Project Loon besutan induk Google, Alphabet, untuk membantu menyebarkan internet di berbagai wilayah. 

Bagaimana nasib internet Indonesia, setelah balon internet tersebut dimatikan?

Project Loon adalah inovasi yang memungkinkan bisa memancarkan akses internet, meski berada di wilayah terjal dan sulit. 

Hal itu karena, Project Loon ibarat Base Transceiver Station (BTS), namun dalam kondisi terbang sampai ke lapisan stratosfer.

Kemampuan tersebut yang dinilai Pemerintah Indonesia cocok untuk mengatasi persoalan ketersediaan internet di pelosok. Seperti diketahui, geografis Indonesia yang terdiri dari luasnya wilayah, terdiri dari gunung-gunung, hingga laut yang membentang menjadi tantangan penggelaran internet sampai ke pelosok.

 

Sempat tertarik dengan balon internet tersebut, pemerintah kini lebih fokus terhadap peluncuran satelit Satria. 

Satelit berjenis High Throughput Satellite (HTS) itu direncanakan mengorbit pada kuartal keempat 2023.

"Project Loon adalah salah satu opsi teknologi yang pernah kami pertimbangkan. 

Namun, opsi lain berupa Satelit HTS Satria adalah opsi yang sudah kami eksekusi," ujar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Anang Latief.

Terlebih, saat ini Alphabet memutuskan menghentikan Project Loon yang sudah digarapnya selama sembilan tahun. 

Hal itu terpaksa setelah tidak menemukan model bisnis berkelanjutan dan mitra yang bersedia.

"Jadi, dengan terminasinya Project Loon, tidak akan mengganggu rencana pemerataan infrastruktur digital di Indonesia," ungkap Anang.

Diberitakan sebelumnya, keputusan Alphabet mematikan balon internet dinilai mengejutkan. 

Pasalnya baru tahun lalu, Project Loon mendapatkan persetujuan dari pemerintah Kenya untuk meluncurkan balon pertama untuk menyediakan layanan konektivitas komersial.

"Mengembangkan teknologi baru yang radikal pada dasarnya berisiko, tapi itu tidak membuat kabar ini lebih mudah. 

Hari ini, saya sedih untuk berbagi bahwa Loon akan diturunkan," kata Westgarth.

Penghentian Loon terjadi setelah Alphabet menutup bisnis eksperimental lain bernama Makani, yang menyediakan tenaga angin dari layang-layang raksasa pada 2020. 

Baik Loon dan Makani merupakan proyek yang berasal dari 'X', unit bisnis Alphabet yang kerap menggarap proyek eksperimental jangka panjang dan menjadi bagian Other Bets.

Project Loon sendiri didirikan pada tahun 2011, bertujuan untuk menghadirkan konektivitas ke berbagai wilayah di dunia di mana membangun menara seluler terlalu mahal atau berbahaya dan digantikan dengan menggunakan balon sepanjang lapangan tenis untuk menerbangkan peralatan jaringan bertenaga surya di atas permukaan bumi untuk memancarkan sinyal internet.

Alphabet resmi meluncurkan balon internet tersebut pada Juni 2013. 

Dimulai dengan proyek percontohan di Selandia Baru, sebelum pengujian di California dan sempat diterbangkan untuk penggunaan darurat di tempat-tempat seperti Puerto Rico dan Peru ketika menara seluler runtuh karena bencana alam.

Learn more »

Dear Google, Apple Mau Bikin Mesin Pencari Sendiri

Belum lama ini Google dilaporkan telah membayar Apple sebanyak USD 12 miliar atau sekitar Rp 175 triliun untuk menjadikan mesin pencariannya terpasang secara default di Safari untuk perangkat iOS.

Hal ini pun sebenarnya sudah dilakukan Google setiap tahun membayar setoran ke Apple. Jumlah yang harus dibayarkan Google itu terus meningkat.

Tentu Apple mendapatkan keuntungan besar dari Google, meski demikian Apple dikabarkan akan membuat mesin pencari sendiri.

Dilansir dari Ubegizmo, menurut laporan dari Financial Times yang mengatakan bahwa Apple sedang membangun mesin pencarian mereka sendiri untuk mengurangi ketergantungannya terhadap Google hingga bisa lebih mandiri.

Dan juga adanya pengawasan antitrust yang kini sedang dihadapi Apple jadi salah satu faktor untuk membuat mesin pencari sendiri.

Namun apakah membuat dan memaksa mesin telusur sendiri ke pengguna adalah langkah yang baik. 

Sebab hal ini mirip dengan Microsoft yang kemudian mendapat masalah saat menggabungkan Internet Explorer dengan Windows pada masa itu.

Saat ini Apple telah menggunakan bit dari mesin pencari di produk mereka yang sudah ada, seperti "Today View" di mana menunjukkan daftar hasil pencarian oleh Apple, bukan Google.

Pun begitu upaya Apple membuat sendiri mesin pencari ditanggapi skeptis banyak pihak. 

Ini lantaran Google memiliki data dan pengalaman bertahun-tahun yang membuat mereka meningkatkan dan menyempurnakan mesin pencarinya.

Bila pun Apple benar-benar membuatnya dan berhasil, maka ini akan menjadi pencapaian besar. Sebab perusahaan sebesar Microsoft saja tidak terlalu beruntung dengan

bagaimana potensi mesin pencari Apple, apakah akan berhasil?

Learn more »

Google Bayar Rp 175 Triliun ke Apple, Buat Apa?

Google dilaporkan telah membayar uang kepada Apple untuk menjadikan mesin pencariannya terpasang secara default di Safari untuk perangkat iOS.

Hal ini pun sebenarnya sudah dilakukan Google setiap tahun membayar setoran ke Apple. 

Jumlah yang harus dibayarkan Google itu terus meningkat, pada 2014 misalnya, mereka hanya membayar USD 1 miliar.

Pada 2017, angkanya meningkat menjadi USD 3 miliar. Untuk 2018, menurut analis Rod Hall, angkanya diperkirakan akan melonjak menjadi USD 9 miliar atau sekitar Rp 134 triliun.

Di tahun ini angka terbaru terungkap di mana sebuah dokumen pengadilan tentang gugatan anti-monopoli dari Departemen Kehakiman AS menyebutkan jumlah uang yang dibayar Google ke Apple berkisar antara USD 8 miliar hingga USD 12 miliar atau sekitar Rp 117 hingga 175 triliun.

Dilansir dari Ubergizmo, Google saat ini tengah menghadapi gugatan dari Departemen Kehakiman atas dugaan praktik monopoli dan pembayaran antara Google dan Apple ini menjadi salah satu contohnya.

"Kasus Google ini bukanlah kolusi klasik, di mana dua perusahaan setuju menaikkan harga untuk kepentingan masing-masing. Sepertinya satu perusahaan melakukan praktik monopoli dan setuju untuk membagi sewa monopoli," kata Profesor hukum University of Miami, John Newman yang juga merupakan mantan pengacara anti-monopoli Departemen kehakiman.

Mesin pencari DuckDuckGo mengklaim, dampak dari praktik monopoli Google hanya 2% penelusuran yang terjadi di platform mereka. 

Perusahaan meyakini jika pengguna opsi untuk memasang DuckDuckGo sebagai mesin pencari default pengguna, angka itu bisa melonjak hingga 20%.

Learn more »

Google-Samsonite Rilis Ransel Pintar, Bisa Apa?

Berkolaborasi dengan Samsonite, Google merilis ransel pintar untuk membantu pengguna tetap terhubung saat bepergian. Ransel ini membuat penggunanya tak perlu terus-menerus memeriksa ponsel mereka.

Backpack Konnect-i, demikian namanya, merupakan produk terbaru dari lini Google Jacquard Project. Buat kalian yang belum tahu apa itu Google Jackquard Project, lini ini pertama kali diperkenalkan pada Google I/O 2015.

Semua produk Google Jackquard Project adalah berbagai benda sehari-hari yang dibenamkan sensor sehingga permukaannya sensitif terhadap sentuhan, dan terkoneksi dengan sejumlah fungsi di smartphone.

Selain ransel Konnect-i, produk terbaru lainnya dari Google Jackquard Project termasuk sol sepatu pintar Adidas GMR Play Connected dan jaket pintar Trucker dari Levi's.


Apa yang bisa dilakukan ransel pintar ini? Berkat dibenamkannya teknologi Jacquard pada tali tas ransel, pengguna bisa menjawab panggilan telepon, mendengarkan pesan teks, menggunakan Google Maps untuk navigasi, berfoto selfie, memutar lagu, hingga mengetahui kapan layanan ride sharing yang dipesan sudah tiba.

Semuanya dilakukan menggunakan gerakan tangan sederhana pada tali ransel, sehingga tak perlu sering-sering mengeluarkan dan mengecek ponsel. 

Pengguna bisa mengatur gerakan berbeda di ransel seperti mengusap ke atas, mengusap ke bawah, atau melakukan tap dua kali pada tali Konnect-i. 

Samsonite akan merilis versi Slim dan Standard dari ransel ini. Fitur di kedua versi ransel ini akan sama, punya banyak kantong serta kompartemen laptop yang empuk. 

Yang membedakan keduanya hanya desain dan harganya Versi Slim memiliki ritsleting vertikal dan dibanderol seharga USD 200 (sekitar Rp 2,9 juta) sedangkan versi Standar memiliki ritsleting horizontal dan harganya USD 220 (sekitar Rp 3,2 juta).

Learn more »

Google Akan Bayar USD 1 Miliar Untuk Konten Berita

Google dikabarkan akan bersedia untuk membayar USD 1 miliar kepada perusahaan-perusahaan media untuk konten berita. 

Investasi ini adalah bagian dari produk baru Google yakni News Showcase.

"Komitmen keuangan ini terbesar kami hingga saat ini, akan membayar penerbit untuk membuat dan mengkurasi konten berkualitas tinggi untuk jenis pengalaman berita online yang berbeda," tulis CEO Gooogle Sundar Pichai dalam postingan blog yang dilansir dari India Today.

Dijelaskan oleh Pichai, Google News Showcase adalah produk baru yang diklaim akan menguntungkan penerbit dan pembaca.

"Ini menampilkan kurasi editorial ruang redaksi pemenang penghargaan, untuk memberi lebih banyak wawasan kepada pembaca tentang berita yang penting, dan dalam prosesnya, membantu penerbit mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan audiens mereka ," Jelas Pichai.

Pichai mengatakan bahwa News Showcase berbeda dari produk berita Google lainnya karena karena mengandalkan pilihan editorial yang dibuat oleh setiap penerbit tentang berita mana yang akan ditunjukkan kepada pembaca bagaimana cara menyajikannya.

Saat ini News Showcase telah diluncurkan kepada pembaca di Brasil dan Jerman. 

Dan Google sudah bermitra dengan 200 publikasi di banyak negara termasuk Jerman, Brasil, Argentina, Kanada, Inggris Raya, dan Australia.

Pichai mengatakan bahwa jumlah publikasi baru akan bertambah ketika Google memperluas News Showcase ke negara lain termasuk India, Belgia, dan Belanda.

Learn more »

Sering Menghindar, Google Sepakat Bayar Konten ke Media

Akhirnya Google telah sepakat untuk membayar konten-konten berkualitas tinggi dari sejumlah media di Australia, Brasil dan Jerman.

Google juga berhadap dapat melakukan lebih banyak kesepakatan serupa dengan perusahaan media lainnya.

Selama bertahun-tahun perusahaan raksasa internet asal Amerika Serikat ini selalu berusaha menghindari permintaan pembayaran dari penerbit berita di seluruh dunia sebagai imbalan karena menggunakan konten mereka.

Dan sejumlah kelompok media asal Eropa adalah yang paling kritis untuk kasus ini.

"Hari ini kami mengumumkan program lisensi untuk membayar penerbit berita untuk konten berkualitas tinggi sebagai persiapan untuk peluncuran layanan berita pada akhir tahun ini," Ujar Brad Bender Wakil Presiden Google untuk konten berita yang dilansir dari Reuters.

"Kami akan mulai dengan penerbit di sejumlah negara di seluruh dunia dan dengan yang lainnya akan segera hadir," lanjutnya.

Tidak dijelaskan berapa rincian uang yang akan dibayarkan oleh Google.

Namun seorang eksekutif media Jerman mengatakan pembayaran Google sebuah kontribusi yang memadai.

Platform produk berita Google rencananya akan tersedia di Google News dan Discover.

Benter mengatakan Google juga akan menawarkan akses gratis bagi pembaca untuk setiap konten berbayar di situs mitra penerbit.

Berikut sejumlah kelompok media yang akan menerima pembayaran dari Google untuk konten berita yang mereka terbitkan :

* Der Spiegel - Jerman

* Frankfurter Allgemeine Zeitung - Jerman

* Die Zeit - Jerman

* Rheinische Post - Jerman

* Schwartz Media - Australia

* The Conversation - Australia

* Solstice Media - Australia

* Diarios Associados - Brasil

* A Gazeta - Brasil


Otoritas kompetisi Prancis telah memerintahkan Google untuk membayar penerbit Prancis untuk konten mereka .

Sementara Australia mengatakan akan memaksa Google dan Facebook untuk berbagi pendapatan iklan dengan kelompok media lokal.
Learn more »