Beberapa waktu lalu, Indonesia menyatakan ketertarikanya lagi terhadap Project Loon besutan induk Google, Alphabet, untuk membantu menyebarkan internet di berbagai wilayah. Bagaimana nasib internet Indonesia, setelah balon internet tersebut dimatikan? Project Loon adalah inovasi yang memungkinkan bisa memancarkan akses internet,
meski berada di wilayah terjal dan sulit. Hal itu karena, Project Loon
ibarat Base Transceiver Station (BTS), namun dalam kondisi terbang
sampai ke lapisan stratosfer. Kemampuan tersebut yang dinilai
Pemerintah Indonesia cocok untuk mengatasi persoalan ketersediaan
internet di pelosok. Seperti diketahui, geografis Indonesia yang terdiri
dari luasnya wilayah, terdiri dari gunung-gunung, hingga laut yang
membentang menjadi tantangan penggelaran internet sampai ke pelosok. Sempat tertarik dengan balon internet tersebut, pemerintah kini lebih fokus terhadap peluncuran satelit Satria. Satelit berjenis High Throughput Satellite (HTS) itu direncanakan mengorbit pada kuartal keempat 2023. "Project Loon
adalah salah satu opsi teknologi yang pernah kami pertimbangkan. Namun,
opsi lain berupa Satelit HTS Satria adalah opsi yang sudah kami
eksekusi," ujar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan
Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Anang Latief. Terlebih,
saat ini Alphabet memutuskan menghentikan Project Loon yang sudah
digarapnya selama sembilan tahun. Hal itu terpaksa setelah tidak
menemukan model bisnis berkelanjutan dan mitra yang bersedia. "Jadi,
dengan terminasinya Project Loon, tidak akan mengganggu rencana
pemerataan infrastruktur digital di Indonesia," ungkap Anang. Diberitakan
sebelumnya, keputusan Alphabet mematikan balon internet dinilai
mengejutkan. Pasalnya baru tahun lalu, Project Loon mendapatkan
persetujuan dari pemerintah Kenya untuk meluncurkan balon pertama untuk
menyediakan layanan konektivitas komersial. "Mengembangkan teknologi baru yang radikal pada dasarnya berisiko,
tapi itu tidak membuat kabar ini lebih mudah. Hari ini, saya sedih untuk
berbagi bahwa Loon akan diturunkan," kata Westgarth. Penghentian
Loon terjadi setelah Alphabet menutup bisnis eksperimental lain bernama
Makani, yang menyediakan tenaga angin dari layang-layang raksasa pada
2020. Baik Loon dan Makani merupakan proyek yang berasal dari 'X', unit
bisnis Alphabet yang kerap menggarap proyek eksperimental jangka panjang
dan menjadi bagian Other Bets. Project Loon
sendiri didirikan pada tahun 2011, bertujuan untuk menghadirkan
konektivitas ke berbagai wilayah di dunia di mana membangun menara
seluler terlalu mahal atau berbahaya dan digantikan dengan menggunakan
balon sepanjang lapangan tenis untuk menerbangkan peralatan jaringan
bertenaga surya di atas permukaan bumi untuk memancarkan sinyal
internet. Alphabet resmi meluncurkan balon internet
tersebut pada Juni 2013. Dimulai dengan proyek percontohan di Selandia
Baru, sebelum pengujian di California dan sempat diterbangkan untuk
penggunaan darurat di tempat-tempat seperti Puerto Rico dan Peru ketika
menara seluler runtuh karena bencana alam. |
0 komentar: