Data Black Box Pesawat Sudah Bisa Disimpan di Cloud

Kenapa data black box tidak disimpan di cloud? Pertanyaan ini kerap muncul setiap kali ramai pemberitaan evakuasi kecelakaan pesawat seperti kejadian Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh di Kepulauan Seribu. Perusahaan ini coba mewujudkannya.

Ada banyak tantangan yang menyebabkan sistem streaming data black box secara real time tak diterapkan di semua pesawat. 

Sementara itu, sejumlah perusahaan saat ini berupaya menawarkan teknologi tersebut.

 

FLYHT Aerospace Solutions

 

FLYHT Aerospace Solutions di Kanada menyediakan layanan streaming data black box sesuai permintaan. 

Disebutkan FLYHT, perusahaannya sudah punya lebih dari 50 pelanggan, dan sistemnya terpasang di sekitar 400 pesawat. 

Dikutip dari Cbc.ca, First Air Canada adalah satu-satunya maskapai penerbangan yang secara terbuka mengumumkan bahwa mereka menggunakan sistem milik FLYHT.

Sistem ini tidak secara terus menerus mengirim data, namun akan aktif jika terjadi kejadian abnormal. 

Saat terjadi insiden, sistem akan dengan cepat mengirimkan data ke server maskapai untuk analisis dan menerapkan tindakan korektif.

"Jika ada yang salah, kami dapat memberikan informasi lebih cepat tentang apa yang terjadi. 

Kami bisa mulai mengumpulkan informasi dan bersama-sama menguak teka-teki (penyebab kecelakaan) lebih cepat, jadi pihak penerbangan bisa mengabaikan berbagai konspirasi tentang insiden yang bertebaran di luar sana," kata Graham Ingham yang bekerja di FLYHT.

Adapun perangkat tersebut mirip dengan perangkat black box yang sudah umum digunakan di pesawat selama puluhan tahun, yakni terdiri dari Flight Data Recorders (FDR) dan Cockpit Voice Recorders (CVR).

Kendala di balik kecanggihan ini adalah biaya. 

FLYHT menawarkan layanan dengan biaya sekitar USD 100 ribu per pesawat, termasuk perangkat keras dan instalasi. 

Jika ingin menerapkan konsep ini tentu biaya yang akan dikeluarkan oleh sebuah perusahaan penerbangan tidaklah kecil. Apalagi bandwidth satelit juga tidak murah.

 

Honeywell Aerospace

 

Honeywell Aerospace di Arizona, Amerika Serikat bekerja sama dengan manufaktur kedirgantaraan Curtiss-Wright Corp mencoba melakukan streaming data penerbangan yang direkam oleh black box ke cloud lewat konektivitas internet di pesawat.

Mereka juga bekerja sama dengan operator satelit Inmarsat untuk memastikan solusi black box di cloud ini dapat diandalkan dan bisa digunakan maskapai penerbangan komersial, transportasi kargo, dan pesawat jet bisnis.

"Kami melihatnya dengan banyak cara berbeda," kata Vice President dan General Manager, Software and Services Honeywell Aerospace John Peterson seperti dikutip dari Runwaygirlnetwork.

Salah satu opsinya adalah menetapkan data frame dan frame rate yang masuk akal hingga peristiwa tertentu, kemudian mempercepatnya. 

Ini seperti menarik seluruh bagian data setiap lima menit atau setiap 15 menit, lalu tiba-tiba ketika sebuah peristiwa terjadi, streaming akan menarik data setiap 100 milidetik.

"Cara lainnya mengambil subset dari data dan menganggapnya sebagai streaming berkelanjutan. 

Seperti halnya dengan data, ada banyak cara berbeda untuk melakukannya, biaya terkait, dan aspek mana yang paling berharga," jelas Peterson.

Singkatnya, Honeywell secara efektif mengaku siap untuk menangani layanan ini dan mengelolanya dengan cara apa pun yang diinginkan pengguna.

Namun memang ada kendala peraturan yang harus diatasi sebelum industri penerbangan bisa mewujudkan sistem streaming data black box ke cloud. 

Peterson tidak menyebut time frame kapan teknologi ini bisa segera ditemui.

"Ada banyak hal yang terjadi di tingkat regulator dan jaringan untuk mewujudkan ide penyimpanan data black box di cloud," ujarnya.

Nyatanya, memang tidak mudah dalam menerapkan sistem penyimpanan data black box ke cloud. 

Selain terkait biaya dan regulasi, banyak faktor lain yang turut membatasi konsep ini, mulai dari keamanan data, kerentanan terhadap gangguan, besaran data yang ditransfer, hingga kestabilan koneksi internet.


0 komentar: