Feature news

Tampilkan postingan dengan label chinese. Tampilkan semua postingan

5 Penemuan China yang Berjasa Bagi Dunia

China memiliki sejumlah penemuan yang sangat berharga, berjasa dan membantu peradaban untuk lebih maju. Apa saja penemuan tersebut?

 

Selama ini, kita mungkin sudah sering mendengar soal akupunktur yang jadi pengobatan tradisional China. 

 

 

Akan tetapi, ada beberapa penemuan lainnya. Berikut ini dirangkum dari History Hit, ini lima penemuan asal China yang membantu dunia.


1. Kertas

 

Sering jadi perdebatan, tapi diyakini kertas berasal dari China. 

 

Pertama kali, kertas ditemukan di China pada awal tahun 105. Kertas tertua di dunia ditemukan di Xian pada 1957 dan terbuat dari serat rami sekitar 140 hingga 87 SM.

 

2. Kompas

 

Saat era Dinasti Han 202 SM hingga 220 M, China menentukan utara dan selatan dengan kompas sederhana. 

 

Awalnya, ini digunakan untuk mempraktekkan Feng Shui. 

 

Kemudian, kapal Negeri Tiongkok mulai mengadopsi kompas dan diperkenalkan ke orang-orang Arab yang lalu menyebarkannya ke Barat.
 

 

3. Minum teh

 

Tanaman teh berasal dari Yunnan barat. Legenda Tiongkok kuno mengatakan bahwa teh pertama kali ditemukan oleh Shennong, 'bapak pertanian' Tiongkok, sekitar 2.737 SM. Di Dinasti Tang, teh menjadi minuman populer yang dinikmati oleh orang-orang dari berbagai kelas sosial.


4. Jam mekanik

 

Jam mekanik pertama di dunia, yang menampilkan desain burung, ditemukan oleh biksu Buddha Yi Xing pada tahun 725. 

 

Air diteteskan ke roda yang akan menyelesaikan satu putaran dalam 24 jam. Penemuannya juga memungkinkan bel dibunyikan secara otomatis setiap jam, dan drum dipukul setiap seperempat jam. 

 

Pada akhir abad ke-10, teknologi ini digunakan untuk menara jam militer.

 

5. Uang kertas

 

Uang kertas sangat ringan. Ini yang pertama kali dikembangkan di China, karena selama Dinasti Tang, koin tembaga terlalu berat dan besar untuk diangkut selama transaksi komersial besar. 

 

Uang kertas kemudian dengan cepat diadopsi oleh pemerintah untuk meneruskan pembayaran pajak.

Learn more »

Ini Sebabnya Mengapa Banyak Restoran China Tutup Setiap Selasa

Jika diperhatikan, beberapa restoran China tutup setiap hari Selasa. 

 

Ternyata ada alasan dari para pemilik restoran untuk memilih libur di hari Selasa.

 

 

Ragam makanan ala China terbukti disukai banyak kalangan. 

 

Tak heran kalau restoran China selalu dipenuhi pelanggan yang ingin menikmati aneka masakan dengan cita rasa gurih yang khas.

 

Kalau ingin makan di restoran China sebaiknya hindari hari Selasa karena beberapa restoran China, terutama yang legendaris, akan tutup di hari Selasa. 

 

Hal ini dijelaskan oleh seorang pengguna akun TikTok bernama Kim Chi.
Restoran China Tutup Setiap Selasa

 

Dilansir dari Yahoo! (13/4) Kim Chi adalah wanita yang keluarganya memiliki bisnis restoran China. 

 

Mulai dari kakek dan nenek hingga orangtuanya memiliki restoran China terkenal. Seluruh restoran ini akan tutup di hari Selasa.

 

Beberapa restoran milik keluarga Kim Chi berlokasi di Glasgow, Skotlandia. 

 

Dalam videonya, Kim mengatakan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak lama. Tidak ada alasan yang jelas mengapa pemilik resto China menutup usahanya setiap Selasa.


 

"Tidak ada alasan konkret yang menjelaskan mengapa hari Selasa menjadi hari yang ditentukan untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga dan kawan kawan," jelas Kim dalam video yang ia unggah Senin (11/4) ini.

 

Lebih lanjut, Kim mengatakan masyarakat China biasanya punya tradisi untuk kumpul bersama keluarga pada hari Selasa, bukan di akhir pekan seperti Sabtu atau Minggu. Itulah sebabnya mengapa restoran China tutup.

 

"Jadi restoran China diketahui tutup pada hari Selasa karena dulu sekali, banyak orang China yang saling mengatur waktu untuk bertemu. Jadi hari Selasa dipilih sebagai hari libur," kata Kim.

 

Video yang telah dilihat lebih dari 19.400 kali ini menarik banyak perhatian. Beberapa netizen setuju bahwa banyak restoran China yang tutup setiap Selasa.

 

Nenek dan kakek Kim diketahui memiliki restoran China Rainbow Chinese dan Happy Valley, dua restoran China di Glasgow. Kemudian orangtuanya juga adalah pemilik restoran The Wok King dan The Wok Star.

 

Meskipun kebanyakan restoran China tutup di hari Selasa, tetapi ada juga beberapa restoran yang memilih tutup di hari Senin atau Rabu.

 

"Itulah yang ayah saya jelaskan kepada saya," tambahnya. 

 

"Setiap hari adalah hari yang sibuk bagi mereka yang bekerja di restoran, Selasa menjadi hari libur dimana mereka dapat pergi untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman."

 

Di Amerika Serikat, beberapa restoran China memilih untuk tutup pada hari Senin. 

 

Meskipun tidak ada alasan pasti mengapa pemiliknya memilih hari Senin, beberapa orang percaya ini ada hubungannya dengan keberuntungan. Hari Senin dianggap sebagai salah satu hari paling lambat dalam seminggu.

 

Sementara ada juga yang berpendapat bahwa restoran China lokal tidak bisa menerima pengiriman produk segar pada hari Minggu, itulah sebabnya restoran tutup di hari Senin karena stok bahan baku yang kosong.

 

Setiap orang mengemukakan alasannya masing-masing. Bahkan ada yang mengungkapkan bahwa hal ini berkaitan dengan mitos.

 

Seorang netizen yang mengaku keturunan China, menjelaskan: "Itu karena kami orang Tionghoa sangat percaya mitos dan menurut legenda ini, naga datang ke restoran kami untuk makan pada hari Selasa!" kata netizen.

Learn more »

Kisah Pria Berkeliling China Selama 24 Tahun Mencari Anak yang Diculik

Seorang pria di China akhirnya bisa berkumpul lagi dengan putranya setelah pencarian selama 24 tahun, yang membawanya berjalan sejauh 500.000 kilometer lebih dengan sepeda motor keliling negeri.

 

Putra Guo Gangtang diculik oleh dua penyelundup di depan rumah mereka di Provinsi Shandong.

 

Peristiwa itu akhirnya menginspirasi sebuah film pada 2015, yang dibintangi aktor kawakan Hong Kong Andy Lau.

 

Penculikan anak merupakan masalah besar di China, karena terjadi ribuan kasus setiap tahun.

 

Menurut Kementerian Keamanan Masyarakat, polisi berhasil mendeteksi identitas putra Guo menggunakan uji DNA.

 

Dua tersangka penculik berhasil ditelusuri dan ditangkap, ungkap laporan harian Global Times.

 

Dua tersangka, yang ketika itu berpacaran, sudah berencana menculik korban agar bisa dijual untuk mendapat uang," tulis China News.

 

Melihat putra Guo saat itu bermain sendiri di luar rumah, perempuan tersangka bernama Tang langsung menggendong dia dan membawanya ke terminal bus. Dia sudah ditunggui pacarnya, Hui.

 

Mereka lalu naik bus antarkota ke Provinsi Henan dan menjual korban di sana.

 

Laporan media-media setempat mengungkapkan putra Guo itu saat ditemukan tetap tinggal di Henan.

 

"Kini anak saya telah ditemukan, tidak ada perasaan selain gembira," kata Guo kepada para wartawan.

 

Sejak anaknya diculik pada 1997, Guo dilaporkan berkelana ke lebih dari 20 provinsi di China hanya dengan berkendara sepeda motor demi mencari putranya lewat informasi dari mulut ke mulut.

 

Selama itu, Guo beberapa kali menderita patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas, bahkan harus menghadapi para perampok di jalan.

 

Sepuluh sepeda motor yang dipakainya selama pencarian itu pun rusak.

 

Sambil membawa spanduk dengan foto putranya, Guo disebutkan rela menghabiskan tabungan, tidur di kolong-kolong jembatan, bahkan sampai mengemis ketika kehabisan uang.

 

Selama mencari putranya, Guo telah dinobatkan sebagai anggota kehormatan suatu organisasi orang hilang di China. 

 

Dia pun membantu organisasi itu dalam mempertemukan sedikitnya tujuh keluarga dengan anak-anak mereka yang diculik.

 

Begitu mendengar kabar putra Guo sudah ditemukan, media sosial di China dibanjiri pesan-pesan dukungan baginya.

 

"Begitu banyak orang tua yang mungkin sedari dulu sudah menyerah. Namun dia itu orang yang luar biasa dan saya sungguh ikut bergembira," tulis seorang warganet di medsos Weibo.

 

Di China, penculikan dan penjualan bayi telah menjadi masalah selama berpuluh-puluh tahun.

 

Pada 2015, diperkirakan 20.000 anak-anak diculik setiap tahun di China.

 

Banyak dari mereka kemudian dijual untuk diadopsi, bahkan ada yang ke luar negeri.


Learn more »

Upaya China Klaim Soal Kimchi Bikin Warga Korea Selatan Murka

Pengguna media sosial dan media tabloid di Korea Selatan marah atas klaim China yang mengaku telah dianugerahi sertifikasi dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) untuk “pao cai” 

– hidangan sayur acar dari Sichuan 

– sebagai versi definitif dari “kimchi”. 

Padahal kimchi dikenal sebagai makanan asam pedas yang konon mewakili jiwa orang Korea.

Dalam sebuah artikel dengan gaya provokatif, surat kabar yang dikelola pemerintah Cina, Global Times, melaporkan bahwa ISO telah mengakui “pao cai” sebagai “standar internasional untuk industri kimchi, yang dipimpin oleh China.”

Klaim China tersebut kemudian dengan cepat ditolak oleh Kementerian Pertanian Korea Selatan. 

Mereka bersikukuh bahwa kimchi bukan hanya kubis yang difermentasi semata tetapi juga merupakan bagian sentral dari budaya makanan bangsa Korea. 

Dan bahwa standar industri untuk kimchi telah diakui oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) sejak tahun 2011.

Tak hanya itu, kementerian pertanian Korsel juga mengungkapkan bahwa pembuatan kimchi yang dikenal sebagai “kimjang” – proses mencuci, mengasinkan sayuran, menumisnya dengan bawang putih, paprika merah dan ikan yang diawetkan sebelum menguburnya di bawah tanah dalam wadah pot dari tanah liat – telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO pada tahun 2013.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut mengatakan bahwa China memang telah diberikan sertifikasi untuk pao cai, namun “perlu dipahami bahwa pao cai berbeda dengan kimchi”.

Namun pernyataan terukur dari kementerian pertanian Korea Selatan itu belum cukup bagi sebagian warga Korea. 

Surat kabar Chosun Ilbo misalnya mengklaim bahwa langkah tersebut adalah bagian dari “upaya terbaru China untuk menguasai dunia” dan menggambarkan Global Times sebagai “media propaganda”.

Kemarahan juga muncul di kalangan pengguna media sosial. 

Banyak yang menuliskan kekesalannya akan isu tersebut di Naver, salah satu media sosial di Korea Selatan. 

Salah satu pesan berbunyi: “Sangat membuat frustrasi melihat China mengklaim begitu banyak warisan kita.” 

Pengguna lain berkata: “Secara historis, Cina telah menjadi negara paling banyak menimbulkan masalah bagi Semenanjung Korea.”

Dalam sebuah komentar yang lebih tajam, salah satu pengguna menulis: “Saya yakin saya membenci China lebih dari saya membenci Jepang sekarang!”

Kekesalan serupa juga terlihat di Twitter. Satu pengguna mengklaim bahwa Cina seharusnya malu karena “tidak mengetahui sejarah dunia”. 

Pengguna lain bahkan sampai menyerukan boikot perjalanan ke China dan semua barang impor dari China.

Namun tidak semuanya marah, beberapa warga justru terlihat lebih tenang menanggapi masalah makanan yang telah menjadi bagian dari gaya hidup Korea Selatan itu. 

Salah satunya adalah Ahn Yinhay, seorang profesor di Korea University di Seoul yang juga pembuat kimchi yang handal setiap musim gugur tiba.

“Saya tertawa ketika mendengar bahwa Cina mencoba mengklaim hidangan mereka adalah versi ‘pasti’ dari kimchi,” katanya kepada DW.

“Saya mengerti mengapa hal ini mungkin membuat beberapa orang marah dan mendorong mereka untuk mengungkapkan kekesalan di media sosial. 

Tetapi kenyataannya, kimchi Korea telah diakui secara internasional selama bertahun-tahun. 

Ini secara efektif identik dengan budaya Korea dan upaya klaim dari Cina tidak akan membuat perubahan,” tambahnya.

Menurut Ahn, klaim tersebut tidak masuk akal. “Kedua makanan ini sama sekali berbeda dan proses pembuatan kedua hidangan juga berbeda. 

Saya tidak tahu apa yang dipikirkan oleh surat kabar Cina ketika menuliskan itu, tapi saya kira kita tidak perlu terkejut karena mereka adalah media yang dikelola negara,” ujarnya.

 

Kimchi Identitas budaya Korea

 

“Ini mungkin terdengar aneh, tapi kimchi adalah bagian besar dari identitas budaya kami dan itu adalah ‘jiwa’ bangsa ini dalam bentuk makanan,” katanya.

Ahn pun mengaku bahwa ia dan keluarganya makan kimchi setiap hari, terkadang sebagai lauk setiap kali makan.

Meski terkadang sangat menyengat bagi banyak orang luar, kimchi adalah bagian tidak terpisahkan dari makanan Korea, dengan lebih dari 2 juta ton dikonsumsi setiap tahunnya. 

Selain sering dimasukkan ke dalam semur dan sup, kimchi juga disajikan sebagai lauk dan tersedia dalam lebih dari 200 jenis.

Lebih dari 90% orang Korea Selatan mengatakan bahwa mereka makan kimchi setidaknya sekali sehari. Lebih dari 60% mengatakan memakannya saat sarapan, makan siang, dan makan malam.

 

"Waktu yang tidak menguntungkan"

 

David Tizzard, seorang profesor pendidikan di Universitas Wanita Seoul, mengatakan kepada DW bahwa klaim Cina atas hidangan tradisional Korea “muncul pada waktu yang paling buruk”. 

Alasannya, ada sejumlah masalah bilateral yang terus membebani hubungan kedua negara. 

Selain itu, warga Korea juga baru saja menyelesaikan tugas yang melelahkan menyiapkan stok kimchi untuk musim dingin.

“Dan itu terjadi di atas semua masalah yang sudah disebabkan oleh virus corona terhadap masyarakat Korea,” ujarnya.

“Menurut saya ini mungkin hanya kesalahan kecil dari The Global Times, tetapi memang ada banyak persaingan di kawasan ini saat ini. 

Jadi saya pikir tidak terlalu mengejutkan bahwa beberapa orang tersinggung karenanya,” tambahnya.

“Menurut saya kalau Anda bertanya kepada sebagain besar orang Korea Selatan soal ini, mereka hanya akan memberikan pandangan kosong,” katanya. 

"Ini sama sekali tidak masuk akal. Mereka tahu itu, dan mereka tidak perlu diberi tahu bahwa kimchi adalah makanan Korea. Ya memang itulah adanya.”

Learn more »

China Luncurkan Satelit 6G Pertama di Dunia

China baru saja melakukan terobosan baru di sektor satelit komunikasi. Baru-baru ini mereka meluncurkan satelit 6G pertama di dunia ke luar angkasa.

Satelit tersebut mengangkasa bersama 12 satelit lainnya menggunakan roket Long March 6 yang meluncur dari Taiyuan Satellite Launch Center pada akhir pekan lalu, seperti dikutip dari Asia Times.

Satelit 6G tersebut adalah satu dari tiga satelit baru China yang diluncurkan ke orbit. Peluncuran kali ini juga membawa 10 satelit komersial yang dikembangkan oleh perusahaan Argentina Satellogic.

Satelit eksperimental ini dikembangkan oleh tiga perusahaan dan universitas yaitu University of Electronic Science and Technology of China, Chengdu Guoxing Aerospace Technology dan Beijing MinoSpace Technology.

Perangkat ini akan digunakan untuk memverifikasi performa teknologi 6G di luar angkasa karena pita frekuensi 6G akan menggunakan frekuensi terahertz, berbeda dengan 5G yang menggunakan frekuensi milimeter wave.

Akademisi dari Chinese Academy of Engineering Xu Yangsheng mengatakan ini akan menjadi uji coba teknis penerapan frekuensi komunikasi terahertz pertama di luar angkasa. 

Jaringan generasi keenam ini diperkirakan bisa menjadi 100 kali lebih cepat dari 5G dan bisa melakukan transmisi dengan tenaga yang lebih kecil.

Selain untuk uji coba 6G, satelit ini juga membawa beberapa teknologi untuk memonitor bencana pangan, mencegah kebakaran hutan, mengecek sumber daya kehutanan dan memonitor konservasi air dan banjir di gunung. 

Satelit ini juga akan mengirimkan banyak foto dan data.

Menurut China Daily, teknologi 6G saat ini masih sangat muda dan harus melewati beberapa tantangan teknis dari segi penelitian mendasar, desain hardware dan dampaknya terhadap lingkungan sebelum bisa digulirkan secara komersial.

Selain itu, beberapa ilmuwan juga khawatir jika infrastruktur baru 6G dan penggunaan frekuensi baru untuk mengirimkan data bisa mempengaruhi instrumen di luar angkasa atau malah kesehatan manusia. 

Jaringan generasi masa depan ini juga mungkin akan terlalu mahal untuk digunakan peneliti.

Tapi dengan peluncuran ini China berhasil selangkah lebih maju dari negara adidaya lainnya. Apalagi saat ini jaringan 5G juga masih belum tersebar luas di banyak negara.

Learn more »

Transplantasi Organ Babi ke Manusia Mendekati Kenyataan

Tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh peneliti China memanfaatkan teknologi pengeditan gen untuk menghasilkan prototipe Pig 3.0, sebuah terobosan dalam transplantasi organ dari hewan ke manusia.

Dalam makalah ilmiah mereka yang baru-baru ini yang diterbitkan di Nature Biomedical Engineering, peneliti dari China dan AS melaporkan keberhasilan produksi organ babi yang diklaim lebih kompatibel dengan sistem kekebalan manusia dan bebas dari porcine endogenous retrovirus (PERV).

"Secara global, ada kesenjangan antara jumlah orang yang membutuhkan transplantasi organ dan jumlah organ yang tersedia," kata Yang Luhan, penulis penelitian ini dan salah satu pendiri dan kepala eksekutif Qihan Biotech.

Sudah sejak lama, masalah ini menjadi tantangan yang coba diatasi melalui transplantasi organ hewan atau disebut juga xenotransplantation. 

Pada prototipe Pig 3.0, kompatibilitas imunologi dan pembekuan darahnya ditingkatkan sehingga kompatibel dengan sistem kekebalan manusia. 

PERV pada Pig 3.0 juga diberantas habis. Babi yang direkayasa juga menunjukkan fisiologi dan kesuburan yang normal.

Pada 2017, Yang dan timnya memproduksi babi hidup bebas PERV tahap pertama yang disiapkan untuk xenotransplantation. 

Kemudian di 2018, Pig 2.0 lahir. Namun kelahirannya masih memunculkan kekhawatiran mengenai kompatibilitas imun babi ke manusia.

Babi dinilai para peneliti dalam studi ini sebagai kandidat organ transplantasi yang menjanjikan, karena ukuran dan fisiologinya mirip dengan manusia. 

Tapi, salah satu masalah keamanan terbesarnya adalah kebanyakan mamalia, termasuk babi, mengandung fragmen retrovirus laten berulang dalam genom mereka. 

Artinya, fragmen retrovirus hadir di semua sel hidup mereka. 

Meski tidak berbahaya bagi inang aslinya, fragmen retrovirus ini dapat menyebabkan penyakit pada spesies lain.

"Saat ini kami menguji fungsi dan keamanan organ dalam studi praklinis primata," kata Yang seperti dikutip dari Xinhua.

James F Markmann, kepala divisi bedah transplantasi di Massachusetts General Hospital yang juga tim penulis penelitian, mengatakan bahwa Pig 3.0 menunjukkan kemajuan penting menuju sebuah pilihan yang benar-benar berguna bagi jutaan pasien.

Makalah ini juga ditulis oleh para peneliti dari Harvard University, Zhejiang University, Yunnan Agricultural University, Massachusetts General Hospital, dan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Massachusetts, AS.

Dikatakan Yang, kesenjangan transplantasi, kanker, dan COVID-19 adalah masalah global. 

Dia mencatat bahwa timnya berharap dapat mempertahankan hubungan yang sangat dekat dengan ilmuwan, dokter, dan badan pengatur terkemuka di seluruh dunia, untuk menciptakan produk yang diakui secara global.

"Studi ini hanyalah langkah pertama menuju xenotransplantation. 

Kompatibilitas fungsional organ antar spesies tetap menjadi tantangan bagi para peneliti. 

Apakah organ babi yang ditransplantasikan dapat berfungsi sepenuhnya seperti organ asli manusia dalam menjaga sekresi hormon dan keseimbangan metabolisme, masih harus dilihat lagi dalam penelitian lebih lanjut," jelas Yang.

Para peneliti saat ini sedang menguji apakah primata yang telah menjalani transplantasi ginjal babi mampu menjaga keseimbangan hidro-salinitas tubuh mereka.

Untuk diketahui, transplantasi organ hewan pada manusia juga menghadapi tantangan lain yang berkaitan dengan etika dan pengawasan dari regulator.

"Bagaimana kita bisa menyeimbangkan etika hewan dengan pasokan organ? Bagaimana kita bisa mengawasi dan membimbing lembaga penelitian dalam pengembangan teknologi terkait secara aktif dan bertanggung jawab? Ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab," kata Yang.

Dia mencatat bahwa regulasi, pedoman etika, dan kesadaran publik biasanya muncul setelah teknologi maju. 

Karenanya, peneliti harus memikirkan pertanyaan-pertanyaan terkait teknologi transplantasi organ ini dan berbagi logika mereka, untuk mempromosikan teknologi yang mereka temukan sehingga dapat mengubah masyarakat.

Learn more »