Feature news

Tampilkan postingan dengan label history world cup. Tampilkan semua postingan

Sejarah Hari Ini (16 Juli): Tragedi Maracanazo Brasil 1950

Final Piala Dunia 1950, momen saat Brasil yang tinggal selangkah lagi merengkuh trofi perdana mereka berubah menjadi insiden kelam.

Laga final Piala Dunia 1950 menghadirkan sejarah buruk bagi publik sepakbola Brasil. Tragedi Maracana atau Maracanazo, demikian nama yang populer untuk menyebut salah satu kejutan terbesar yang pernah terjadi di dunia sepakbola. 
Maracanazo, diambil dari bahasa Portugal Maracanaço, yang diartikan secara kasar sebagai "Pukulan Maracana," merupakan partai pamungkas putaran final Piala Dunia 1950, di mana Brasil sendiri pada saat itu tercatat sebagai tuan rumah bersiap menghadapi Uruguay.
Final Piala Dunia 1950
Uruguay 2 - 1 Brasil
16 Juli 1950
Estadio do Maracana, Rio de Janeiro
Wasit:
 George Reader (Inggris)
Gol: 0-1 Albino Friaca Cardoso 47', 1-1 Juan Alberto Schiaffino 66', 2-1 Alcides Ghiggia 79'
Uruguay: Roque Maspoli; Matias Gonzalez, Eusebio Tejera, Schubert Gambetta, Obdulio Varela; Victor Rodriguez, Alcides Ghiggia, Julio Perez, Omar Oscar; Juan Alberto Schiaffino, Ruben Moran.
Pelatih: Juan Lopez Fontana

Brasil: Moacir Barbosa; Augusto da Costa, Juvenal Amarijo, Jose Carlos Bauer, Danilo Alvim; Bigonde, Albino Friaca Cardoso, Zizinho, Ademir Marques; Jair da Rosa Pinto, Francisco Aramburu.
Pelatih: Flavio Costa
Tidak seperti turnamen edisi sebelumnya, pemenang kali ini ditentukan oleh satu fase grup terkahir dengan emapat tim terakhir bermain dalam format round-robin, bukan tahap sistem gugur.
Situasi saat itu, Selecao unggul satu angka atas La Celeste sebelum pertandingan. Kemenangan jelas dibutuhkan sang lawan, sementara tuan rumah hanya membutuhkan hasil imbang untuk merengkuh gelar juara.
Kondisi saat itu membuat Brasil menjadi favorit untuk menggapai titel pertama mereka mengingat telah tampil superior di dua laga sebelumnya saat melumat habis Swedia 7-1 serta meremukkan Spanyol 6-1.
Sementara Uruguay praktis mencatatkan langkah kurang meyakinkan usai hanya bermain imbang 2-2 dengan Spanyol, dan menang tipis 3-2 atas Swedia.
Kala itu, publik Brasil menatap laga itu dengan optimisme tinggi. Semua pasang mata tertuju pada kekuatan menakutkan mereka yang saat itu diwakili generasi Zizinho.
Jumlah penonton yang hadir langsung di Rio de Janeiro pun membludak, mencapai angka 173,850 orang. Itu merupakan rekor penonton suatu pertandingan sepak bola terbanyak dalam sejarah yang bertahan sampai saat ini.
Sesuai prediksi, jalannya pertandingan pun berlangsung ketat. Usai mengakhiri babak pertama tanpa gol. Brasil langsung menggebrak di awal babak kedua ketika Albino Friaca Cardoso mencatatkan namanya di papan skor untuk membawa tuan rumah memimpin.
Sontak ratusan ribu fans yang datang langsung ke stadion bergemuruh menyambut gol tersebut. PErcaya diri mereka akan menyabet kejayaan perdana di penas internasional pun kian meningkat.
Hanya saja yang terjadi selanjutnya di luar perkiraan. Uruguay mampu keluar dari tekanan, bangkit dan menyamakan kedudukan menjadi 1-1 saat Alberto Schiaffino menaklukkan gawang Moacir Barbosa pada menit ke-66.
Kejadian itu belum menipiskan antusiasme penonton, yang beranggapan hasil imbang akan tetap mengantarkan mereka keluar sebagai juara. Hingga akhirnya mimpi buruk mereka pun datang 15 menit kemudian.
Ialah Alcides Edgardo Ghiggia, winger andalan Uruguay saat itu, berhasil lolos dari kawalan untuk kemudian menceploskan bola ke gawang Brasil, sekaligus membawa timnya membalikkan keadaan. Keunggulan itu mampu dipertahankan dan Uruguay akhirnya keluar sebagai juara dunia untuk kedua kali.
"Vonis pidana di Brasil maksimal paling berat 30 tahun, tapi saya dihukum seumur hidup!"

Moacir Barbosa
Suasana selepas pertandingan, banyak orang menggambarkan keadaan stadion saat itu dipenuhi dengan kesunyian. Kecuali euforia yang dirayakan oleh para penggawa serta staf Uruguay pada saat itu.
Banyak surat kabar saat itu menolak fakta bahwa tim mereka saat itu telah kalah. Beberapa pendukung bahkan bertindak di luar akal sehat dan mengakhiri hidup mereka. Pemain mendapat kecaman dari suporter, di antara mereka memutuskan pensiun secara diam-diam.
Insiden tersebut jelas membawa duka yang mendalam terutama bagi penggawa skuat Brasil yang telah berjuang di laga tersebut. Hujatan dari pada pendukung membuat beberapa dari mereka dianggap tidak layak lagi untuk mengenakan seragam kebesaran timnas Brasil.
Bahkan secara ekstrim, kiper Moacir Barbosa kerap melontarkan keluhan bertahun-tahun sepanjang sisa hidupnya dengan pernyataan, "Vonis pidana di Brasil maksimal paling berat 30 tahun, tapi saya dihukum seumur hidup!" Sungguh duka yang amat mendalam dalam sejarah persepakbolaan Brasil.
Learn more »

Spanyol & Empat Juara Bertahan Piala Dunia Yang Tereliminasi Di Babak Pertama

Spanyol bukan negara juara bertahan pertama yang gugur di putaran awal Piala Dunia.

Levelnya tidak sedahsyat Maracanazo, namun Stadion Maracana kembali menjadi saksi bisu sebuah kejutan besar di ajang Piala Dunia.
Pada Rabu petang waktu lokal, Spanyol tunduk 2-0 di kaki Cili sehingga kans mereka mempertahankan status raja dunia habis sudah. Mendominasi tiga turnamen besar internasional terakhir, rasanya cuma segelintir yang memprediksi Spanyol bakal terdepak sedini ini. Namun, yang pasti ini bukan kejadian pertama juara bertahan mentok di babak awal.
 
 Italia - 1950
Mengoleksi sepasang titel edisi 1934 serta 1938, ada jeda hingga 12 tahun bagi Italia untuk kembali berusaha mempertahankan mahkota juara, setelah turnamen 1942 dan 1946 ditiadakan karena meletusnya Perang Dunia II. Dengan gap selama itu, kekuatan skuat Azzurri sudah merosot drastis, ditambah lagi mereka kehilangan beberapa pilar penting menyusul tragedi Superga, setahun sebelum perhelatan di Brasil. Kubu Italia sebetulnya diketahui enggan berpartisipasi, namun berhasil dibujuk untuk berangkat ke Negeri Samba, meski dengan kapal laut alih-alih pesawat. Di turnamen ini hanya juara grup yang berhak melaju dari putaran awal, dan Italia, berada dalam sebuah grup yang cuma berisikan tiga kontestan setelah India mengundurkan diri, finis di urutan kedua. Usai ditekuk Swedia 3-2 di laga pembuka, kemenangan 2-0 atas Paraguay tidak memadai buat Azzurri untuk melampaui Blagult di klasemen akhir.

 
 Brasil - 1966

Memenangi dua Piala Dunia sebelumnya, tak heran kalau Brasil dijagokan bakal merebut trofi ketiga berurutan di Inggris 1966. Turnamen dibuka dengan baik oleh Selecao melalui kemenangan 2-0 atas Bulgaria berkat gol Pele dan Garrincha. Tak dinyana, dalam dua partai berikutnya di Grup 3, Brasil justru tumbang oleh Hungaria dan Portugal dengan skor identik 3-1. Hanya menghuni peringkat ketiga klasemen akhir grup, sang juara bertahan harus pulang lebih dini.

 Prancis - 2002
Akhir milenium silam adalah masa keemasan Prancis. Setelah mengangkat trofi Piala Dunia pertama di negeri sendiri pada 1998, skuat Ayam Jantan melengkapinya dengan titel Euro 2000 di Belanda-Belgia. Pantaslah kalau Zinedine Zidane cs. kembali menyandang status sebagai salah satu kandidat kuat juara saat memasuki pergelaran Piala Dunia pertama di Asia. Yang terjadi sungguh di luar ekspektasi. Usai menyerah 1-0 di tangan Senegal pada partai perdana, Prancis bermain imbang dengan skor kacamata kontra Uruguay lalu dibekap Denmark 2-0. Les Blues tereliminasi sebagai juru kunci tanpa mampu menjebol gawang lawan sekali pun!

 Italia - 2010
Kegagalan Italia di Afrika Selatan empat tahun silam boleh dibilang yang paling memalukan untuk sebuah tim juara bertahan. Tergabung ke dalam grup ringan, La Nazionale seharusnya bisa lolos tanpa kendala berarti. Rival mereka hanya Paraguay, Selandia Baru yang sebelum ini baru sekali berpartisipasi di Piala Dunia, serta negara debutan Slowakia. Tetapi di sini terbukti bahwa sepakbola bukanlah hitung-hitungan di atas kertas. Sang raksasa terdepak tanpa mampu membukukan kemenangan melawan tiga liliput. Gli Azzurri bermain seri 1-1 menghadapi Paraguay dan Selandia Baru, sebelum resmi masuk kotak dan finis di posisi bontot grup menyusul kekalahan 3-2 di hadapan Slowakia pada partai pamungkas.
 
 Spanyol - 2014
Dari semula negara yang selalu sial di panggung internasional, Spanyol menjelma menjadi salah satu kekuatan utama sepakbola berkat kesuksesan besar dalam enam tahun belakangan. Berturut-turut pasukan Matador menyabet status terbaik di Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012. Prestasi puncak dalam tiga ajang besar secara konsekutif ini merupakan sebuah catatan bersejarah. Karenanya, meski masuk grup maut, tim besutan Vicente Del Bosque tetap mencuat sebagai salah satu favorit terdepan. Namun, hegemoni Spanyol pada akhirnya terhenti. Sehabis menerima pelampiasan dendam Belanda, di laga kedua La Roja kembali takluk dari negara yang juga sempat mereka kalahkan empat tahun silam, Cili. Sepasang kekalahan dalam dua pertandingan awal menjadi torehan terburuk juara bertahan sepanjang sejarah Piala Dunia.
*) Artikel ini telah mengalami revisi dengan menambahkan kegagalan Italia di PD 1950.
Learn more »

Clint Dempsey & Sembilan Pencetak Gol Tercepat Di Piala Dunia

Kemenangan 2-1 Amerika Serikat atas Ghana, tentu tak lepas dari sumbangsih kapten mereka, Clint Dempsey. Baru 29 detik saja, penyerang AS ini sudah membuat segenap fan di Natal gegap gempita. 

Ya, Dempsey membobol gawang Ghana, menjadi pencetak gol tercepat di Piala Dunia 014, sekaligus yang kelima sepanjang sejarah PD.

Berangkat dari hal monumental ini, saya akan menyajikan rentetan pencetak gol tercepat sepanjang sejarah Piala Dunia. Dimulai dari Hakan Sukur, Clint Dempsey, hingga Adalbert Desu. Selamat menyimak!

HAKAN SUKUR (2002): 11 Detik


29 Juni 2002 (Daegu, Daegu World Cup Stadium)
Korea Selatan 2-3 Turki
Pencetak gol: Lee Eul-yong (9), Song Chong-gug (90+3); Hakan Sukur (1), Ilhan (13, 32)
Sebelas detik. Itulah yang dibutuhkan Sukur untuk mematahkan rekor 40 tahun Vaclav Masek dalam laga kontra Korea Selatan di Piala Dunia 2002. Sebelas detik. Tuan rumah Korea Utara melakukan kick-off, memberikan bola pada Hong Myung-bo. Di sinilah momen itu terjadi. Bek Korea tersebut kehilangan bola setelah ditekan Ilhan Mansiz, yang langsung memberikan bola pada Hakan Sukur. Penyerang Parma ini pun menunaikan tugasnya dengan baik, membungkam sorak sorai fan Korea. Sebelas detik. Hingga saat ini, rekornya belum terpatahkan.
VACLAV MASEK (1962): 16 Detik
07 Juni 1962 (Vina del Mar, Estadio Sausalito)
Meksico 3-1 Cekoslowakia
Pencetak gol: Diaz (13), Del'Aguila (29), H. Hernandez (90 pen); Masek (1)
Vaclav Masek menjadi pencetak gol tercepat selama 40 tahun - sebelum Hakan Sukur hadir dengan rekornya. Penyerang Ceko ini hanya butuh 16 detik untuk membobol Meksiko di Cili. Berhadapan dengan gawang, Masek dengan tenang menggelindingkan bola ke jala lawan. Sayang, Meksiko mampu membalas gol cepat itu dengan tiga gol. Tetap saja, gol cepat tersebut sempat menjadi 'dongeng' yang mengiringi setiap Piala Dunia.
ERNST LEHNER (1934): 25 Detik
07 Juni 1934 (Naples, Stadio Ascarelli)
Jerman 3-2 Austria
Pencetak gol: Lehner (1, 40), Conen (15); Horvath (35), Sesta (65)
Satu lagi pemain yang memegang rekor cukup lama ialah sayap kanan Jerman, Ernst Lehner, dan rekornya bertahan selama 28 tahun. Pemain TSV Schwaben Augsburg ini lepas dari penjagaan saat menghadapi Austria di Napoli, dan mencetak gol di detik 25. Lehner kembali mencetak gol sebelum jeda dan Jerman pun memimpin hingga laga usai.
BRYAN ROBSON (1982): 27 Detik 


16 Juni 1928 (Bilbao, Estadio San Mames)
Inggris 3-1 Prancis
Pencetak gol: Robson (1, 67), Mariner (83); Soler (24)

Salah satu gol termahsyur Inggris ini dicetak di tengah panasnya Bilbao pada 1982, dari kaki Bryan Robson. Gelandang Manchester United ini hanya butuh 27 detik untuk membobol gawang Prancis dengan indah. Ia melepas sepakan voli akrobatik melewati Jean-Luc Ettori setelah Terry Butcher mencungkil lemparan ke dalam Steve Coppell. Lini belakang Prancis tampak belum siap saat itu dan Robson sukses membawa Inggris tetap unggul setelah mencetak gol tandukan yang brilian di babak kedua.

CLINT DEMPSEY (2014): 29 Detik
16 Juni 2014 (Natal, Estadio das Dunas)
Ghana 1-2 Amerika Serikat
Pencetak gol: Andre Ayew (82'); Clint Dempsey (1'), John Brooks (86')
Untuk saat ini, Clint Dempsey mencetak gol tercepat di Piala Dunia 2014 dan menjadi yang kelima sepanjang sejarah PD. Penyerang AS ini menerima operan Jermain Jones di lini kiri, melakukan aksi individu, melewati bek-bek Ghana, masuk kotak penalti, dan mengoyak gawang dengan sepakan kaki kirinya via tiang jauh. Dempsey melakukan semua itu dalam kurun waktu 29 detik. Ghana sempat menyamakan kedudukan, tapi Brooks mengembalikan keunggulan AS di menit 86.
EMILE VEINANTE (1938): 37 Detik
05 Juni 1938 (Colombes, Yves-du-Manoir)
Prancis 3-1 Belgia
Pencetak gol: Veinante (1), J. Nicolas (12, 69); Isemborghs (20)

Empat puluh empat tahun sebelum rekannya dibobol oleh Robson, Emile Veinante mencetak gol kilat bagi Prancis. Setelah 35 detik laga dimulai, penyerang Racing Club de Paris itu menyambut bola muntah dan menceploskan bola ke gawang Belgia. Les Bleus melaju hingga perempat-final tahun itu, tapi tersingkir setelah menghadapi Italia, yang jadi juara dunia saat itu.
ARNE NYBERG (1938): 35 Detik
16 Juni 1938, (Paris, Parc des Princes)
Hongaria 5-1 Swedia
Pencetak gol: S. Jacobsen (19 bd), Zsengeller (39, 86), Sas (37), Sarosi (66); Nyberg (1)
Sebelas hari setelah laga Prancis kontra Belgia, Arne Nyberg langsung menyamai rekor Veinante. Nyberg mencetak gol saat negaranya melawan Hongaria di detik ke-35 dan ini menghadirkan kebanggaan bagi dirinya pribadi. Ya, karena Swedia harus menelan lima gol setelah gol cepatnya tersebut, sementara Hongaria melaju ke final.
BERNARD LACOMBE (1978): 37 Detik

02 Juni 1978 (Mar del Plata, Parque Municipal)
Italia 2-1 Prancis
Pencetak gol: P. Rossi (29), Zaccarelli (54); Lacombe (1)

Tak ada yang lebih indah selain gol cepat di laga pembuka Piala Dunia, apalagi kalau gol itu terjadi di detik ke-37! Bernard Lacombe memastikan Prancis memimpin lebih dulu di laga pembuka PD 1978 setelah menanduk umpan silang Didier Six. Sayang, Les Bleus tak mampu mempertahankan kemenangan ini dan harus tertunduk lesu setelah Italia - rival beratnya - mencetak dua gol balasan.
FLORIAN ALBERT (1962): 50 Detik
03 Juni 1962 (Rancagua, Braden Copper Company Stadium)
Hongaria 6-1 Bulgaria
Pencetak gol: Albert (1, 6, 54), Tichy (8, 70), Solymosi (12); Sokolov (64)
Penampilan individu Florian Albert di babak grup PD 1962 kontra Bulgaria merupakan salah satu yang terbaik sepanjang masa. Penyerang Hongaria itu hanya butuh 50 detik untuk mencantumkan namanya di papan skor, menggandakan keunggulan di menit keenam, dan menggenapinya menjadi hat-trick di menit 54. Hongaria menghancurkan bulgaria dan Albert, yang sepanjang karirnya bermain bagi Ferecvaros, memenangkan Ballon d'Or di 1967.
ADALBERT DESU (1930): 50 Detik

14 Juli 1930 (Montevideo, Estadio Pocitos)
Rumania 3-1 Peru
Pencetak gol: Desu (1), Stanciu (79), Kovacs (89); Souza (75)

Data mengenai Piala Dunia pertama di Uruguay memang sulit dicari. Walau begitu, di tengah absennya statistik sebelum jurnalisme merebak, ada satu momen yang tak mungkin dilupakan: seorang pemain Rumania mencetak gol dalam 50 detik di Montevideo. Ada data yang rancu mengenai siapa yang mencetak gol saat itu. Ada yang mengatakan Constantin Stanciu, tapi situs resmi FIFA menyebut nama Adalber Desu, jadi mau tak mau kita harus percaya. Gol cepat tersebut - sekaligus gol pertama Rumania di PD mampu - mampu membawa mereka menang, tapi tak mampu lolos dari babak grup.
Learn more »

Serba Pertama di Piala Dunia

Juara Pertama Sebagai Kapten & Pelatih

Orang pertama yang menjuarai Piala Dunia sebagai kapten dan pelatih adalah Franz Beckenbauer.

Franz Beckenbauer mengkapteni Jerman Barat ketika mengalahkan sang rival Belanda di final 1974 dan melatih negaranya kala berjaya di Italia 1990. 
Duel Satu Saudara Pertama

Kevin-Prince Boateng (Ghana) dan Jerome Boateng (Jerman) menjadi pemain bersaudara pertama yang saling berhadapan dalam sebuah pertandingan Piala Dunia.

Momen itu tercipta ketika Ghana melawan Jerman di Piala Dunia 2010.

Boateng bersaudara punya satu ayah yang sama asal Ghana, tapi dibesarkan oleh ibu yang berbeda di Berlin. Keduanya menghabiskan masa kecil bersama, tetapi memilih mewakili negara berbeda di pentas internasional. 
Piala Dunia Pertama

Kita mulai tentu saja dengan Piala Dunia pertama, yang digelar tahun1930 di Uruguay.

Pada edisi perdana ini, kontestannya hanya 13 negara.

Amerika Selatan (7)
  • Argentina
  • Uruguay
  • Brasil
  • Chile
  • Peru
  • Paraguay
  • Bolivia

Eropa (4)
  • Belgia
  • Prancis
  • Yugoslavia
  • Rumania

Amerika Utara (2)
  • Meksiko
  • Amerika Serikat.
Gol Pertama

Gol pertama diciptakan oleh Lucien Laurent (Prancis) ketika Prancis mengalahkan Meksiko 4-1 di Estadio Pocitos, Montevideo.

Laurent, yang meninggal dunia 11 April 2005, mencetak gol tersebut pada menit 19.

Gol Bart McGhee pada menit 23 ketika Amerika memukul Belgia 3-0 tercatat sebagai gol kedua dalam sejarah Piala Dunia.
Asia Pertama

Tim Asia pertama yang tampil dalam putaran utama Piala Dunia adalahHindia Belanda di Prancis 1938.

Bagi Anda yang mungkin belum tahu, Hindia Belanda adalah Indonesia, tim nasional kita di masa penjajahan Belanda.

Sayang, Achmad Nawir dan kawan-kawan takluk 0-6 dari Hungaria di babak pertama dan langsung tersingkir dari kejuaraan.

Itu merupakan pertama kali dan satu-satunya sampai sekarang Indonesia beraksi di panggung sepak bola terakbar sejagat.
Hat-trick Pertama

Hat-trick pertama di Piala Dunia diciptakan oleh Bert Patenaude (Amerika Serikat) ketika AS mengalahkan Paraguay 3-0 pada 17 Juli 1930.

Sampai 2006, Guillermo Stabile (Argentina) dicatat sebagai pemain pertama yang mencetak hat-trick di Piala Dunia setelah mencetak tiga gol saat negaranya memukul Meksiko 6-3 pada 19 Juli 1930.

Namun, berdasarkan riset FIFA, gol yang awalnya atas nama Tom Florie(AS) di laga melawan Paraguay ternyata seharusnya diberikan kepada Patenaude. Hal itu sekaligus memastikan bahwa hat-trick pertama di Piala Dunia adalah milik Patenaude.
Laga Pertama

Laga pertama sepanjang sejarah Piala Dunia digelar 13 Juli 1930. Ada dua partai yang dimainkan bersamaan di kota Montevideo, yakni Prancis vs Meksiko di Estadio Pocitos dan Amerika Serikat vs Belgia di Estadio Parque Central.

Prancis mengalahkan Meksiko 4-1, sedangkan Amerika Serikat menekuk Belgia 3-0.
Adu Penalti Pertama

Adu penalti pertama di putaran utama Piala Dunia tersaji di Spanyol 1982 dalam laga semifinal Jerman Barat melawan Prancis.

Setelah bermain imbang 3-3, adu penalti dilangsungkan untuk mendapatkan pemenang. Jerman Barat menang adu penalti 5-4.

Karl-Heinz Rummenigge dan kawan-kawan lolos ke final, tapi gagal merengkuh gelar juara karena ditekuk Italia 1-3.

Sementara itu, pertama kalinya juara Piala Dunia ditentukan lewat adu penalti adalah ketika Brasil mengalahkan Italia di final 1994.
Pengenalan Jersey Bernomor

Jersey bernomor baru dipakai oleh para kontestan untuk kali pertama pada Piala Dunia 1938 di Prancis.

Di edisi ini juga, tuan rumah dan juara bertahan diberi hak lolos otomatis ke putaran utama.

Sementara itu, tradisi tukar jersey baru muncul di Piala Dunia 1954.
Gol Penalti Pertama

Pencetak gol penalti pertama di Piala Dunia adalah Manuel Rosas(Meksiko) dalam laga fase grup melawan Argentina pada 19 Juli 1930 di Estadio Centenario, Montevideo.

Rosas mencetak dua gol di laga itu, tapi Meksiko kalah 3-6.

Meksiko sendiri finis sebagai juru kunci Grup 1.

Sementara itu, pemain pertama yang gagal mencetak gol lewat eksekusi penalti adalah Valdemar de Brito (Brasil) saat timnya dikalahkan Spanyol 1-3 di Piala Dunia 1934. 
Top Scorer Pertama

Nama Guillerme Stabile (1905-1966) dikenang sebagai top scorer Piala Dunia pertama di Uruguay 1930.

Sang striker Argentina menyelesaikan turnamen itu dengan torehan delapan gol, mengungguli lima gol Pedro Cea (Uruguay) dan empat gol Bert Patenaude (Amerika Serikat).
Pergantian Pemain Pertama

Kiper Prancis Alex Thepot tercatat sebagai pemain pertama yang digantikan dalam pertandingan Piala Dunia.

Sejarah itu tercipta di Piala Dunia perdana tahun 1930.

Ketika Prancis menang 4-1 atas Meksiko pada laga pembuka, Alex Thepot terpaksa digantikan oleh Augustin Chantrel di babak pertama akibat cedera.

Sistem pergantian pemain sendiri baru diperkenalkan secara resmi di Piala Dunia 1970 (dua pemain per tim dalam satu pertandingan). Sebelum itu, hanya pemain cedera yang boleh diganti di tengah laga.
Final Pertama

Partai Argentina vs Uruguay pada 30 Juli 1930 di Estadio Centenario, Montevideo, merupakan final pertama dalam sejarah Piala Dunia.

Uruguay menang 4-2 dan memastikan diri menjadi juara dunia yang pertama.

Uruguay 4-2 Argentina
12' 1-0 Pablo Dorado
20' 1-1 Carlos Peucelle
37' 1-2 Guillermo Stabile
57' 2-2 Pedro Cea
68' 3-2 Santos Iriarte
89' 4-2 Hector Castro.
Kartu Kuning Pertama

Kartu kuning dan kartu merah diperkenalkan pertama kali pada Piala Dunia 1970 di Meksiko.

Pemain pertama yang diganjar kartu kuning adalah Evgeny Lovchev (USSR/Uni Soviet) dalam laga melawan Meksiko yang berkesudahan imbang tanpa gol.

Tidak ada kartu merah yang keluar di edisi ini.

Pengusiran Pertama

Pemain pertama yang diusir keluar lapangan adalah Placido Galindo, kapten Peru yang beberapa kali terlibat perkelahian ketika bermain melawan Rumania di fase grup Piala Dunia 1930.

Salah satu perkelahiannya bahkan harus dipisahkan oleh polisi.

Waktu itu, dunia belum mengenal kartu kuning maupun kartu merah. Namun, setelah FIFA memakai sistem tersebut, nama Placido Galindo dicatat sebagai pemain pertama yang diganjar kartu merah dalam sejarah Piala Dunia.

Serba Pertama Lainnya - Part 1


  • Negara Afrika pertama yang lolos ke putaran utama adalah Mesirpada edisi 1934.
  • Laga pertama yang berkesudahan imbang adalah Italia vs Spanyol(1-1) di Florence, Italia, pada 31 Mei 1934.
  • Laga pertama yang dilangsungkan sampai extra time adalah Austria vs Prancis pada 27 Mei 1934.
  • Final pertama dengan extra time adalah Italia vs Cekoslovakia pada 10 Juni 1934.
  • Pemain pertama yang mencetak 4 gol di kualifikasi adalah Paddy Moore (Irlandia) ketika negaranya bermain imbang 4-4 melawan Belgia pada 25 Februari 1934 di Dublin.
  • Own goal pertama diciptakan oleh Ernst Lotscher (Swiss) dalam laga replay putaran satu melawan Jerman Barat pada 9 Juni 1938.
  • Laga pertama yang berkesudahan 0-0 adalah Brazil vs Inggris di Stockholm, Swedia pada 11 Juni 1958.
  • Tes doping pertama kali diterapkan di putaran utama Piala Dunia pada edisi 1966. Mereka yang diskors setelah gagal tes ini termasuk pemain Haiti Ernest Jean-Joseph (1974), pemain Skotlandia Willie Johnston (1978) dan bintang Argentina Diego Maradona (1994).
  • Maskot Piala Dunia yang pertama adalah Willie di Inggris 1966.
  • Tim Asia pertama yang lolos dari putaran pertama Piala Dunia adalahKorea Utara pada 1966.
  • Piala Dunia pertama tanpa satu pun hat-trick adalah Piala Dunia 2006di Jerman.
  • Piala Dunia 2010 Afrika Selatan adalah Piala Dunia pertama yang digelar di benua Afrika.
  • Pada edisi 2010, Afrika Selatan menjadi tuan rumah pertama yang tersingkir di putaran awal.
  • Negara Eropa pertama yang menjuarai Piala Dunia di luar benua Eropa adalah Spanyol pada 2010 (Afrika Selatan).
  • Pemain pengganti pertama yang mencetak gol adalah Juan Basaguren (Meksiko) dalam laga melawan El Salvador pada 7 Juni 1970.
  • Pemain pengganti pertama yang mencetak hat-trick adalah Laszlo Kiss (Hungaria) dalam laga melawan El Salvador pada 15 Juni 1982.
  • Pelatih pertama yang diusir dari lapangan adalah Cayetano Re(Paraguay) dalam laga melawan Belgia pada 11 Juni 1986.
  • Kiper pertama yang dikartu merah adalah Gianluca Pagliuca (Italia) dalam laga melawan Norwegia pada 23 Juni 1994.
  • Pemain pertama yang mencetak lima gol dalam satu pertandingan adalah Oleg Salenko (Rusia) ketika melawan Kamerun di Piala Dunia 1994.
  • Pemain pertama yang mencetak golden goal adalah Laurent Blanc(Prancis) di menit 113 dalam laga melawan Paraquay pada 28 Juni 1998.
  • Zinedine Zidane adalah pemain Prancis pertama yang dikartu merah di putaran utama Piala Dunia. Zidane mendapatkannya dalam laga melawan Arab Saudi di Piala Dunia 1998 Prancis.
Sumber: topendsports.com.


  • Negara Britania pertama yang tampil di Piala Dunia adalah Inggris, yakni di Brasil 1950.
  • Piala Dunia pertama yang disiarkan lewat televisi adalah Piala Dunia 1954 di Swiss.
  • Meksiko 1970 adalah Piala Dunia pertama yang digelar di luar Amerika Selatan dan Eropa.
  • Meksiko 1970 adalah Piala Dunia pertama yang disiarkan lewat televisi berwarna.
  • Fair Play Award diperkenalkan untuk pertama kalinya di Piala Dunia 1970.
  • Trofi Piala Dunia yang sekarang ini diperkenalkan pertama kali di Piala Dunia 1974. Sebelum itu (1930-1970), trofi yang diberikan kepada juara adalah trofi Jules Rimet. Brasil, pemenang edisi 1970, diperbolehkan menyimpan trofi tersebut (sebelum hilang dicuri pada tahun 1983 tak pernah ditemukan lagi).
  • Di Piala Dunia 1994, untuk pertama kalinya wasit diperbolehkan memakai seragam selain hitam guna menghindari bentrokan warna dengan tim yang bertanding.
  • Di Piala Dunia 1994, untuk pertama kalinya nama pemain disertakan di atas nomor punggung jersey.
  • Piala Dunia 2002 Jepang-Korea Selatan adalah Piala Dunia pertama yang digelar di dua negara dan yang pertama dilangsungkan di benua Asia.

Sumber: ESPN.
Learn more »

Sejarah Hari Ini (1 Mei): Laga Debut Internasional Tim Nasional Prancis

Hari ini, tepatnya 1 Mei 1904, generasi pertama sepakbola Prancis melakoni debutnya di tingkat internasional melawan Belgia.

Setiap orang yang tahu timnas Prancis tentu familiar dengan nama-nama seperti Zinedine Zidane, Thierry Henry, Emmanuel Petit, dan Michael Platini. Ya, mereka adalah disebut sebagai legenda Les Bleus dan prestasi mereka kiranya sudah tak terhitung.

Namun, kenalkah dengan nama-nama seperti Louis Mesnier, Maruis Royet, dan Gaston Cypres? Tentu tidak banyak yang tahu, tapi mereka adalah generasi pertama timnas Prancis. Dan hari ini, tepatnya 1 Mei 1904, generasi pertama itu melakoni debutnya di tingkat internasional melawan Belgia.

Timnas Prancis sebenarnya sudah terbentuk pada 1900 di bawah naungan Union des Societes Francaises de Sports Atlhletiques dan berlaga di Olympiade saat itu, meraih medali perak. Mereka juga bermain lima kali setelahnya, termasuk kemenangan 6-2 atas Belgia dan empat kekalahan dari Inggris. Prancis baru bergabung dengan FIFA pada 1904.

Persahabatan di Brussels
Untuk melakoni laga resmi pertama mereka, Prancis harus bertandang ke Brussels dan menghadapi Belgia dalam rangka persahabatan. Prancis bermain dengan formasi 2-3-5 klasik, sama halnya dengan tuan rumah Belgia.

Ketika laga dimulai, tuan rumah langsung unggul dalam tujuh menit berkat gol Georges Queritet, tapi Prancis langsung membalasnya dalam jangka waktu lima menit. Louis Mesnier dan Marius Royet mencetak gol secara berurutan.

Queritet kembali menyamakan skor di menit 50 dan Belgia kembali unggul di menit 65 berkat gold ari Pierre Destrebecq. Sayang, di sisa tiga menit jelang bubaran, Gaston Cypres mencetak gol bagi Prancis dan hasil imbang 3-3 pun jadi penutup.

Dengan usainya laga ini, resmilah Prancis menjadi tim sepakbola yang diakui. Les bleus pun terus melaju mengarungi zaman dan sampailah di era Franck Ribery dkk. Yang pasti, timnas Prancis ini takkan melupakan para pendahulunya di timnas.

BELGIA 3-3 PRANCIS
Stade du Vivier d'Oie, Brussels, 1 Mei 1904
Penonton: 1.500
PENCETAK GOL: Belgia - Queritet (7', 50'), Destrebecq (65');
Prancis - Mesnier (12'), Royet (13'), Cypres (87')


BELGIA

(2-3-5)

PRANCIS
(2-3-5)
Verdyck
Friling, Poelmans
Lomme, Cambier, Van Hoorden
Tobias, Wigand, Queritet, Destrebecq, Vanderstappen
Guichard
Canelle, Verlet
G Bilot, Davy, C Bilot
Mesnier, Royet, Garnier, Cypres, Filez
Learn more »

Tim Terbaik Piala Dunia: Brasil 1982


AFP/Yasuyoshi Chiba
Tim nasional Brasil tahun 1994 adalah tim pemenang Piala Dunia. Namun anehnya mereka tidak memenangi hati publik seperti halnya generasi mereka satu dekade sebelumnya, yaitu tim nasional Brasil yang bermain di Piala Dunia 1982.
Bagi publik Brasil, hanya menduduki posisi kedua dalam sebuah turnamen adalah kegagalan. Sebagai negara yang menganggap sepak bola seperti agama sekaligus negara pengoleksi trofi Piala Dunia terbanyak, memang tidak ada istilah nomor dua atau nomor tiga. Oleh karena itulah jika sebuah tim tetap dielu-elukan publik bahkan ketika mereka gagal memberi gelar juara, berarti mereka telah melakukan sesuatu yang istimewa.
Tim nasional Brasil 1982 ini bermaterikan Waldir Peres di bawah mistar gawang, kuartet bek Leandro-Oscar-Luzinho-Junior, kuartet gelandang Cerezo-Falcao-Socrates-Zico dan duet penyerang Eder dan Serginho. Sepak bola memang permainan kolektif, namun dalam tim ini, kuartet gelandang merekalah yang menjadi jantung permainan sekaligus alasan mengapa mereka disebut-sebut sebagai tim paling berbakat yang pernah ada.

AFP
Toninho Cerezo dan Paulo Roberto Falcao sejatinya adalah duet gelandang bertahan. Jika Cerezo lebih diposisikan sebagai gelandang jangkar, maka Falcao lebih aktif membantu serangan, memberi umpan matang maupun melakukan tendangan langsung. Tig gol yang diciptakannya sepanjang Piala Dunia 1982 memberi bukti.
Di depan mereka, terdapat dua gelandang serang terbaik dalam diri Socrates dan Zico. Meski sama-sama berkarakter sebagai gelandang tengah, namun kedua pemain mampu saling mengisi dengan Zico lebih banyak bergerak ke sayap kanan. Tidak jarang pula mereka melakukan kombinasi seperti yang mereka tunjukkan dalam laga melawan Italia di mana Socrates mencetak gol cantik hasil umpan terobosan Zico.
Keempat gelandang ini, ditambah Eder yang kerap bergerak dari sayap kiri, dan Junior yang dipandang sebagai salah satu bek kiri terbaik sepanjang masa menjadi kunci serangan. Mereka mengorkestrasi permainan menyerang yang amat mengalir, tidak terpaku pada posisi dan taktik seperti halnya sepak bola zaman sekarang.
Alih-alih bergerak secara sejajar dan melakukan minimal 30 kali umpan dalam sekali membangun serangan, para penggawa Brasil ini lebih lihai melakukan umpan dengan tumit, menggocek lawan, melakukan kerjasama satu-dua dengan mulus, seakan menumpahkan segala bakat alam yang mereka miliki tanpa batas. “Socrates mampu melakukan umpan tumit lebih baik daripada umpan dengan cara biasa yang dilakukan kebanyakan pesepakbola,” demikian pujian dari legenda Brasil, Pele terhadap kemampuan unik yang dimiliki kapten tim 1982, Socrates.
Socrates (AFP/Jorge Duran)“Sepak bola sekarang ini amat membatasi kreativitas. Kedisiplinan taktik makin diagungkan. Semestinya sepak bola dimainkan dengan 9 orang saja,” ujar Socrates, sang gelandang yang telah meninggal dunia pada tahun 2011 lalu seperti dikutip dari buku Alex Bellos berjudul Futebol: A Brazilian Way of Life. Terlepas Anda setuju atau tidak dengan ucapannya, kekhawatiran Socrates tersebut tentu beralasan jika menyaksikan pertandingan sepak bola yang kian hari semakin tidak memberikan ruang bagi para pemain kreatif.
Pada Piala Dunia 1982 yang berlangsung di Spanyol ini, Brasil memang amat digdaya pada penyisihan grup pertama. Uni Soviet, Selandia Baru dan Skotlandia tidak mampu mencegah mereka meraih kemenangan. “Saya biasanya tidak menyukai kekalahan, namun kali ini saya tidak terlalu merasa berat hati,” ujar pelatih Skotlandia saat itu yang juga pelatih legendaris Glasgow Celtic, Jock Stein.
Mereka lantas berada satu grup dengan Argentina dan Italia pada fase kedua penyisihan grup, di mana hanya satu tim dari grup ini yang akan lolos ke babak semi final. Menghadapi Argentina yang diperkuat Diego Maradona, Brasil tanpa kesulitan berarti mampu menutup laga dengan skor 3-1. Namun saat menghadapi tim yang amat terorganisir seperti Italia, barulah tim ini menyerah. Hat-trick yang dibukukan penyerang Paolo Rossi menamatkan peluang tim ini.

Diego Maradona tahun 1982 (AFP)
“Hari ini adalah hari di mana sepak bola mati,” ucap Zico dalam wawancara sesaat setelah pertandingan. Jika mengartikan komentar ini lebih dalam, tim dengan talenta terbaik seperti inipun akhirnya kalah dari tim yang amat disiplin, kuat secara fisik dan bermain dengan sistem yang rapi seperti halnya Italia. Italia pula yang pada akhirnya keluar sebagai juara turnamen ini sekaligus merebut Piala Dunia ketiga mereka, menyamai torehan Brasil saat itu.

Dino Zoff (AFP/Robert Delvac)
Brasil 1982 bahkan juga dianggap masih lebih baik ketimbang Brasil 1970 yang juga disanjung sebagai tim nasional Brasil yang ideal. Bedanya, Brasil 1970 masih memikirkan cara bertahan yang baik dengan selalu menempatkan bek kiri Everaldo menemani duet bek tengah mereka. Cara ini setidaknya mengamankan gawang Brasil dari serangan balik cepat lawan, berbeda dengan tim 1982. Gol-gol yang dicetak Rossi ke gawang Waldir Peres seakan membuktikan bahwa kenaifan dalam menjaga pertahanan memang harus dibayar mahal.
Bagaimanapun, Brasil 1982 akan selalu mendapatkan tempat di hati para pecinta sepak bola menyerang, sepak bola indah yang tidak membatasi kreativitas pemain-pemainnya. Tim ini berdiri sejajar dengan tim nasioal Hungaria tahun 1954 dan Belanda 1974 sebagai juara-juara tanpa mahkota.
Learn more »