Spanyol & Empat Juara Bertahan Piala Dunia Yang Tereliminasi Di Babak Pertama

Spanyol bukan negara juara bertahan pertama yang gugur di putaran awal Piala Dunia.

Levelnya tidak sedahsyat Maracanazo, namun Stadion Maracana kembali menjadi saksi bisu sebuah kejutan besar di ajang Piala Dunia.
Pada Rabu petang waktu lokal, Spanyol tunduk 2-0 di kaki Cili sehingga kans mereka mempertahankan status raja dunia habis sudah. Mendominasi tiga turnamen besar internasional terakhir, rasanya cuma segelintir yang memprediksi Spanyol bakal terdepak sedini ini. Namun, yang pasti ini bukan kejadian pertama juara bertahan mentok di babak awal.
 
 Italia - 1950
Mengoleksi sepasang titel edisi 1934 serta 1938, ada jeda hingga 12 tahun bagi Italia untuk kembali berusaha mempertahankan mahkota juara, setelah turnamen 1942 dan 1946 ditiadakan karena meletusnya Perang Dunia II. Dengan gap selama itu, kekuatan skuat Azzurri sudah merosot drastis, ditambah lagi mereka kehilangan beberapa pilar penting menyusul tragedi Superga, setahun sebelum perhelatan di Brasil. Kubu Italia sebetulnya diketahui enggan berpartisipasi, namun berhasil dibujuk untuk berangkat ke Negeri Samba, meski dengan kapal laut alih-alih pesawat. Di turnamen ini hanya juara grup yang berhak melaju dari putaran awal, dan Italia, berada dalam sebuah grup yang cuma berisikan tiga kontestan setelah India mengundurkan diri, finis di urutan kedua. Usai ditekuk Swedia 3-2 di laga pembuka, kemenangan 2-0 atas Paraguay tidak memadai buat Azzurri untuk melampaui Blagult di klasemen akhir.

 
 Brasil - 1966

Memenangi dua Piala Dunia sebelumnya, tak heran kalau Brasil dijagokan bakal merebut trofi ketiga berurutan di Inggris 1966. Turnamen dibuka dengan baik oleh Selecao melalui kemenangan 2-0 atas Bulgaria berkat gol Pele dan Garrincha. Tak dinyana, dalam dua partai berikutnya di Grup 3, Brasil justru tumbang oleh Hungaria dan Portugal dengan skor identik 3-1. Hanya menghuni peringkat ketiga klasemen akhir grup, sang juara bertahan harus pulang lebih dini.

 Prancis - 2002
Akhir milenium silam adalah masa keemasan Prancis. Setelah mengangkat trofi Piala Dunia pertama di negeri sendiri pada 1998, skuat Ayam Jantan melengkapinya dengan titel Euro 2000 di Belanda-Belgia. Pantaslah kalau Zinedine Zidane cs. kembali menyandang status sebagai salah satu kandidat kuat juara saat memasuki pergelaran Piala Dunia pertama di Asia. Yang terjadi sungguh di luar ekspektasi. Usai menyerah 1-0 di tangan Senegal pada partai perdana, Prancis bermain imbang dengan skor kacamata kontra Uruguay lalu dibekap Denmark 2-0. Les Blues tereliminasi sebagai juru kunci tanpa mampu menjebol gawang lawan sekali pun!

 Italia - 2010
Kegagalan Italia di Afrika Selatan empat tahun silam boleh dibilang yang paling memalukan untuk sebuah tim juara bertahan. Tergabung ke dalam grup ringan, La Nazionale seharusnya bisa lolos tanpa kendala berarti. Rival mereka hanya Paraguay, Selandia Baru yang sebelum ini baru sekali berpartisipasi di Piala Dunia, serta negara debutan Slowakia. Tetapi di sini terbukti bahwa sepakbola bukanlah hitung-hitungan di atas kertas. Sang raksasa terdepak tanpa mampu membukukan kemenangan melawan tiga liliput. Gli Azzurri bermain seri 1-1 menghadapi Paraguay dan Selandia Baru, sebelum resmi masuk kotak dan finis di posisi bontot grup menyusul kekalahan 3-2 di hadapan Slowakia pada partai pamungkas.
 
 Spanyol - 2014
Dari semula negara yang selalu sial di panggung internasional, Spanyol menjelma menjadi salah satu kekuatan utama sepakbola berkat kesuksesan besar dalam enam tahun belakangan. Berturut-turut pasukan Matador menyabet status terbaik di Euro 2008, Piala Dunia 2010, dan Euro 2012. Prestasi puncak dalam tiga ajang besar secara konsekutif ini merupakan sebuah catatan bersejarah. Karenanya, meski masuk grup maut, tim besutan Vicente Del Bosque tetap mencuat sebagai salah satu favorit terdepan. Namun, hegemoni Spanyol pada akhirnya terhenti. Sehabis menerima pelampiasan dendam Belanda, di laga kedua La Roja kembali takluk dari negara yang juga sempat mereka kalahkan empat tahun silam, Cili. Sepasang kekalahan dalam dua pertandingan awal menjadi torehan terburuk juara bertahan sepanjang sejarah Piala Dunia.
*) Artikel ini telah mengalami revisi dengan menambahkan kegagalan Italia di PD 1950.

0 komentar: