Feature news

Tampilkan postingan dengan label hooq. Tampilkan semua postingan

Serba-serbi Hooq yang Tamat Riwayatnya

Hooq, layanan streaming video on demand asal Singapura akan menutup layanannya pada 30 April mendatang setelah lima tahun beroperasi.

Mereka pun telah mengucapkan selamat tinggal kepada pengguna di Indonesia lewat media sosial.

Lalu seperti apa kisah kehadiran Hooq dan sepak terjangnya selama lima tahun beroperasi?

Dikutip dari Tech Crunch, Hooq merupakan joint venture yang didirikan oleh Singtel sebagai pemilik mayoritas dengan Sony Pictures dan Warner Bros Entertainment.

Didirikan pada tahun 2015, Hooq menawarkan layanan on demand untuk menonton film Hollywood, serial televisi, program lokal dan siaran televisi live di beberapa negara Asia.

Hooq juga memproduksi dan menayangkan program original yang mereka kembangkan sendiri.

Layanan Hooq tersedia di Singapura, Indonesia, Philipina, Thailand dan India.

Selama beroperasi mereka memiliki 80 juta pengguna, dengan India sebagai pasar terbesarnya.

Mereka kemudian mengadakan kerjasama dengan operator telekomunikasi untuk carrier billing dan mengadakan sejumlah penawaran khusus.

Seperti di Indonesia mereka bekerjasama dengan Telkom, Indosat Ooredoo Smartfren, dan lain-lain.

Hooq juga sempat bekerjasama dengan Grab agar konten videonya bisa ditonton lewat aplikasi ride haling tersebut.

Di Indonesia, biaya berlangganan Hooq mulai Rp 69.000 per bulan.

Pada tahun 2019, Hooq sempat mempertimbangkan untuk melakukan initial public offering (IPO).

Pertimbangan ini dibuat untuk mengakomodir status Hooq sebagai bisnis Singtel yang bertumbuh pesat tapi masih merugi.

Pada 27 Maret 2020, Hooq mengajukan likuidasi setelah gagal berkembang dan kesulitan menutupi biaya operasionalnya.

Hal ini yang memicu tutupnya layanan Hooq di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Hooq juga kesulitan menerima pendanaan dari investor baru maupun lama.

Berdasarkan data Tech Crunch, Hooq telah mengumpulkan pendanaan sebesar USD 95 juta, termasuk USD 70 juta yang diberikan ketiga perusahaan pendirinya pada tahun 2015.

Tutupnya layanan Hooq sedikit mengejutkan pasalnya beberapa bulan yang lalu mereka baru saja mengungkap rencana untuk memperluas layanannya di negara-negara tempat mereka beroperasi.

Head of Localization Hooq, Yvan Hennecart dalam wawancara dengan Slator mengatakan perusahaannya sedang berusaha memperkaya katalognya dengan konten lokal dan menambah 100 konten original pada tahun ini.
Learn more »

Layanan Streaming Tutup, Hooq Ucapkan Pamit

Layanan streaming Hooq resmi tutup.

Perusahaan yang berbasis di Singapura ini mengucapkan kata pamit pada para penggunanya di Indonesia.

Di Twitter, mereka baru saja memposting ucapan selamat tinggal.

Tepatnya pada 30 April besok, Hooq tidak lagi eksis.

"Di hari ini, tibalah pula akhir dari perjalanan HOOQ dalam menceritakan berbagai kisah-kisah yang luar biasa pun menghibur.

Di hari ini, mungkin akan penuh dengan kesedihan, bahkan isak tangis yang memburu," tulis mereka di thread bawahnya.

"Namun, memori kebersamaan kita selama ini telah terekam dalam ingatan dan membekas dalam kalbu.

Memori yang akan menghapus tetesan air mata yang mengalir membasahi pipi,"

"Terima kasih untuk kebersamaan kita. Terima kasih untuk dukungan kalian selama ini. Terima kasih untuk semuanya.

Tanpa kalian HOOQ tidak akan bisa mencapai titik raihan terjauhnya, yakni hari ini. Hari ini, kami pamit. #TerimaKasihIndonesia," pungkasnya.

Netizen pun ramai berkomentar, sebagian meratapi tutupnya Hooq yang sudah cukup lama eksis. "So long Hooq, terima kasih hiburannya selama ini," tulis seorang warganet.

Diketahui, Hooq yang didirikan pada tahun 2015 ini beberapa waktu lalu mengakui tidak mampu bersaing di tengah ketatnya layanan streaming, meski mereka punya sekitar 80 juta pengguna.

Padahal mereka didukung nama besar seperti Singtel dan Sony Pictures.

"Biaya untuk konten tetap tinggi dan kemauan konsumen di pasar negara berkembang untuk membayar hanya sedikit meningkat karena banyaknya pilihan," demikian pernyataan Hooq.
Learn more »

Semua Layanan Hooq di Asia Tutup Per 30 April, Ini Sebabnya

Country Head Hooq Indonesia, Guntur Siboro, mengonfirmasi bahwa layanannya akan berhenti pada 30 April 2020. 

Tidak hanya di Indonesia, Hooq juga menghentikan layanannya di setiap negara yang mereka masuki.

"Iya, 30 April berhenti layanannya, apps-nya," ujar Guntur saat dihubungi.

"Tidak hanya di Indonesia, tetapi semua negara yang ada layanan Hooq, Filipina, Thailand, India, dan Singapura juga berhenti," tambah Guntur.

Layanan video on demand tersebut menutup layanannya setelah pemegang saham mayoritas, yaitu Singtel mengajukan likuidasi pada 27 Maret lalu. 

Disampaikan Guntur, proses likuidasi tersebut terus berlanjut sampai saat ini hingga kewajiban perusahaan terselesaikan.

"Sudah sejak akhir Maret ada berita likuidasinya. Pemegang saham Hooq sudah melakukan filing di Singapore untuk voluntary liquidation Hooq pada 27 Maret," jelasnya.

"Proses likuidasi ini agak panjang ya, kalau di Singapura itu katanya bisa sampai enam bulan. 

Perusahaan harus menyelesaikan pegawai, hutang-hutang, segala macam, ya tergantung prosesnya," tutur Guntur.

Sebagai penyedia layanan video on demand, Hooq hadir di sejak lima tahun lalu atau tepatnya Januari 2015. 

Hooq datang sebagai penantang Netflix dengan dukungan dari Singtel dan Sony Pictures yang membentuk perusahaan Hooq ini.
Learn more »