Feature news

Tampilkan postingan dengan label phenomena natural. Tampilkan semua postingan

7 Fenomena Sains yang Dijelaskan dalam Al Quran

Seiring ilmu pengetahuan kian berkembang, semakin banyak fakta sains di dalam Al Quran terbukti. Fenomena-fenomena alam yang terjadi tertulis di dalam Al Quran.

Isi Al Quran tak hanya berisi tata cara ibadah dan Ketuhanan, melainkan terkandung banyak ilmu dan hikmah di dalamnya yang hingga kini belum seluruhnya terungkap.

Hal ini menunjukkan Al Quran bukan karangan manusia, melainkan firman Allah yang kebenarannya tak diragukan. Dirangkum dari sejumlah sumber, berikut di antaranya 7 fenomena sains yang tercantum dalam Al Quran.

 

1. Pertemuan dua laut yang airnya tidak menyatu

 

Di dalam Al Quran telah dijelaskan bahwa ada dua laut yang saling bertemu namun di antaranya memiliki batasan. 

Ini terjadi di Selat Gibraltar yang menghubungkan Lautan Mediterania dan Samudera Atlantik.

Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air laut dari Samudera Atlantik dan dari Laut Mediterania memiliki karakteristik yang berbeda, dilihat dari suhu air, kadar garam, dan kerapatannya. 

Fenomena bertemunya dua lautan ini telah dijelaskan Al Quran 14 abad silam dalam surah Ar-Rahman ayat 19-20.

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampui masing-masing." (QS. Ar-Rahman: 19-20)

 

2. Api di dasar laut

 

Seorang ahli geologi asal Rusia Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov seorang ilmuwan asal AS, menemukan fenomena api di dasar laut.

Mereka meneliti kerak Bumi dan patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. 

Mereka kemudian menemukan lava cair yang mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya mencapai 231 derajat celcius. Fakta sains ini disebutkan dalam Al Quran surah At-Tur ayat 6.

"Dan laut yang di dalam tanahnya ada api." (QS. At-Tur: 6)

 

3. Garis edar tata surya

 

Tata surya merupakan bagian dari alam semesta yang sangat luas. Bumi yang kita pijak hanya salah satu planet yang ada di tata surya. 

Selain Matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi Matahari bergerak sesuai garis edar yang telah ditetapkan. Hal ini dijelaskan di dalam Al Quran surah Al-Anbiya ayat 33.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al-Anbiya: 33)

 

4. Ledakan raksasa (Big Bang)

 

Big Bang diyakini sebagai peristiwa yang menyebabkan terbentuknya alam semesta. Teori ini didasarkan pada kajian kosmologi mengenai bentuk awal dan perkembangan alam semesta.

Berdasarkan teori ini, alam semesta awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, lalu mengembang secara terus-menerus hingga sekarang. 

Peristiwa ini disampaikan di dalam Al Quran surah Al-Anbiya ayat 30.

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan Bumi itu dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. 

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?" (QS. Al-Anbiya: 30)

 

5. Terbentuknya air hujan

 

Jauh sebelum para ilmuwan mengemukakan teori mengenai terbentuknya air hujan, di dalam Al Quran sudah dijelaskan mengenai peristiwa alam yang sering kita lihat ini dalam surah Ar-Rum ayat 48-49.

"Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. 

Dan Sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa." (QS. Ar-Rum ayat 48-49)

 

6. Sungai di dasar laut

 

Ilmuwan asal Prancis Jacques Yves Cousteau menemukan fenomena sungai di dasar laut. 

Para ahli menyebut fenomena ini sebagai lapisan hidrogen sulfida, karena air yang mengalir di sungai dasar laut ini memiliki rasa air tawar. 

Selain itu, sungai dasar laut ini ditumbuhi daun-daun dan pohon. Al Quran surah Al-Furqan ayat 53 menjelaskan fenomena ini.

"Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang satu tawar dan segar dan yang lainnya asin. 

Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus." (QS. Al-Furqan: 53)

 

7. Sidik jari manusia

 

Sebelum ditemukan pada akhir abad ke-19, mayoritas orang menganggap sidik jari sekadar lengkungan pada jari tanpa arti. 

Faktanya, sidik jari manusia diciptakan berbeda-beda sebagai tanda pengenal mereka. Bahkan mereka yang terlahir kembar identik pun, memiliki pola sidik jari yang berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Sir Francis Golt akhirnya membuat sidik jari menjadi metode ilmiah identifikasi pada 1880. 

Kesempurnaan jari manusia ini dijelaskan dalam Al Quran dalam surah Al-Qiyamah ayat 3 yang membahas rekonstruksi jemari manusia.

"Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna." (QS. Al-Qiyamah: 3)

Masih begitu banyak fakta sains dan pengetahuan yang bahkan jarang kita ketahui sudah tercantum dan dijelaskan di dalam Al Quran. 

Selalu ada pengetahuan baru yang dapat diambil darinya.

Learn more »

Heboh Bulan Bercincin, Ini Penjelasan Ilmiah LAPAN

Foto : tangkapan layar Twitter

Netizen ramai-ramai mendengungkan terjadinya fenomena Bulan bercincin yang terjadi di Jawa Timur, pada Selasa (2/6) malam. Terkait kejadian tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memberikan penjelasannya.

Bila dilihat dari foto-foto yang beredar di media sosial, Bulan tampak dikelilingi cincin cahaya seperti pada Matahari pada siang harinya.

Adapun kejadian itu berlangsung saat Bulan berada dalam kondisi dekat dengan Bumi atau yang disebut dengan perigee, di mana Bulan akan tampak lebih besar dari biasanya.

"Bulan berada di dekat perigee berarti ia akan tampak lebih besar dari rata-rata," seperti disampaikan Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto.

"Sementara itu, fenomena halo adalah fenomena di atmosfer kita. Ada kristal es yg terbentuk di atas suatu tempat sehingga cahaya terang dari langit (Matahari atau Bulan) akan menghasilkan halo di sekelilingnya," tuturnya.

Rhorom menegaskan bahwa fenomena Bulan perigee dan halo adalah dua kejadian yang berbeda. Tak ada sebab-akibat antara keduanya.

Rhorom juga mengungkapkan kejadian halo Bulan atau Bulan bercincin itu tidak terlalu sering terjadi.
"Tapi, sudah biasa," pungkasnya.

Lihat Tweet yola⁷ lainnya



Bulan bercincin, Fenomena alam ini ku ambil depan rumah pas tanggal 9 syawal 1441 / 2 juni 2020, ada yang tau ini fenomena apaan?
Lihat Tweet Akhmad Syarif lainnya


Learn more »

Daftar Fenomena Astronomi di Kalender Juni 2020, Ada Apa Saja?

Bulan Juni 2020 merupakan bulannya bagi pecinta fenomena langit. Bagaimana tidak, ada banyak fenomena langit yang terjadi.

Pusat Sains Antariksa LAPAN dalam Instagramnya menyebutkan ada banyak fenomena astronomi yang akan terjadi.

Berikut daftarnya:

 

1 Juni : Konjungsi Saturnus dan Jupiter


Saturnus dan Jupiter mendekat dengan jarak sudut pisah sebesar 4,85 derajat.

Kedua akan semakin menjauh hingga jarak sudut pisahnya menjadi 6 derajat pada 30 Juni 2020.

Mendekatnya Saturnus dan Jupiter dapat diamati sepanjang malam hingga Matahari terbit keesokan harinya.

Pada Senin (1/6/2020), Saturnus dan Jupiter dapat diamati mulai pukul 21.30 WIB dari arah timur hingga barat.

 

3 Juni : Bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi (Perigee)


Fenomena ini terjadi pada pukul 10.47 WIB pada jarak 364.390 Km dari pusat bumi. Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari bumi dengan lebar sudur 32,8 menit busur.

 

4 Juni : Konjungsi Inferior Venus & Merkurius di Elongasi Timur Maksimum


Puncak fenomena ini terjadi pada pukul 00.42 WIB. Jarak Venus dengan bumi sekitar 43 juta Km.

Venus terletak di antara matahari dan bumi serta berada pada satu garis lurus dengan matahari dan bumi.

Konjungsi inferior Venus menandai beralihnya kenampakan Venus ketika senja di arah barat menjadi kenampakan di arah timur ketika fajar.

Planet Merkurius juga akan mencapai elongasi timur maksimum 23,6 derajat dari matahari.

Ini adalah waktu terbaik untuk melihat Merkurius karena akan berada pada titik tertinggi di atas cakrawala di langit malam.

Cari planet yang rendah di langit barat setelah Matahari terbenam.

 

5 Juni : Bulan Memasuki Fase Bulan Purnama


Fenomena astronomi pada kalender Juni 2020 lainnya yakni bulan akan terletak di belakang Bumi bila dilihat dari Matahari dan wajahnya sepenuhnya disinari cahaya Matahari.

Fase ini terjadi pada pukul 02.12 WIB.

Bulan purnama ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Bulan Stroberi Penuh. Hal ini menandai waktu tahun untuk mengumpulkan buah yang sudah matang.

Fenomena ini juga bertepatan dengan puncak musim panen stroberi. Bulan ini juga dikenal sebagai Bulan Mawar Penuh dan Bulan Madu Penuh.

 

6 Juni : Gerhana Bulan Penumbra dan Strawberry Full Moon


Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika Bulan melewati bayangan sebagian Bumi atau penumbra. Selama gerhana ini, Bulan akan sedikit lebih gelap dari biasanya.

Gerhana akan terlihat di sebagian besar Eropa, Afrika, Asia, Australia, Samudera Hindia, dan Australia.

Gerhana Bulan Penumbra dimulai Sabtu (6/6/2020) pukul 00.45.51 WIB, puncaknya pukul 02.24.55 WIB, dan berakhir pada pukul 04.04.03 WIB.

Sementara puncak fenomena Strawberry Full Moon terjadi pada pukul 02.12 WIB pada jarak 369.005 Km dari pusat Bumi.

Purnama ini dapat disaksikan dari arah barat daya. Disebut Strawberry Full Moon karena pada bulan ini, buah stroberi telah matang dan siap dipanen.

Nama lain dari purnama ini adalah Hot Moon (Bulan panas) karena pada Juni 2020 di belahan Bumi utara tepat di Garis Balik Utara (23,5 derajat Lintang Utara).

 

8 Juni : Konjungsi Bulan dan Jupiter


Fenomena ini terjadi pada pukul 22.37.05 WIB dengan sudut pisah sebesar 2,4 derajat.

Konjungsi ini dapat teramati dari arah timur agak ke tenggara dengan ketinggian sekitar 60 derajat di atas ufuk.

Bulan berjarak 382.420 kilometer dari Bumi (pusat ke pusat) dengan luasan piringan yang terkena cahaya sebesar 90,2 persen atau sudah memasuki fase Cembung Akhir.

 

8-9 Juni: Konjungsi Tripel Bulan, Jupiter, dan Saturnus


Fenomena ini dapat diamati Senin (8/6/2020) pukul 21.00 WIB di arah Timur agak ke Tenggara dengan bentuk menyerupai segitiga tumpul (salah satu sudut tumpul).

Sudut tumpul ini terletak di Jupiter.

Kemudian, Bulan bergerak perlahan mendekat Saturnus, sehingga pada Selasa (9/6/2020) pukul 00.00 WIB membentuk segitiga siku-siku dengan sisi miring Bulan-Saturnus dan sudut siku-siku di Jupiter.

Fenomena ini dapat diamati di arah Tenggara dengan ketinggian sekitar 50 derajat di atas ufuk.

 

13 Juni : Bulan pada Fase Perbani Akhir & Konjungsi Bulan dan Mars


Fenomena ini terjadi pada pukul 13.24 WIB pada jarak 402575 kilometer dari pusat Bumi.

Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku ketika mengalami fase ini.

Bulan akan terbit ketika tengah malam dan berkulminasi ketika Matahari terbit. Bulan dapat disaksikan setelah Matahari terbit hingga terbenam ketika tengah hari.

Sementara puncak fenomena Konjungsi Bulan dan Mars terjadi pukul 11.15 WIB.
Namun, Mars tidak dapat diamati ketika siang hari secara kasat mata.

Sehingga konjungsi Bulan-Mars baru dapat diamati sebelum Matahari terbenam pukul 05.00 WIB.

Posisi Bulan dan Mars berada di arah Timur dengan ketinggian sekitar 80 derajat di atas ufuk.

Fenomena ini dapat diamati dengan mata telanjang selama kondisi cuaca cerah, bebas polusi cahaya dan bidang pandang tidak terhalang apapun.

 

15 Juni : Bulan berada di titik terjauh Bumi (Apogee)


Fenomena ini terjadi pada pukul 08.00 WIB pada jarak 404.557 kilometer dari pusat Bulan.

Bulan akan tampak lebih kecil jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 29,54 menit busur atau 10 persen lebih kecil dibandingkan ketika Perigee.


19 Juni : Konjungsi Bulan dan Venus

Puncak fenomena ini sebenarnya terjadi pada pukul 17.23.40 WIB.

Namun, Bulan dan Venus sudah terbenam di arah Barat Laut sejak pukul 16.00 WIB.

Sehingga fenomena ini baru bisa dinikmati ketika Venus terbit di arah Timur Laut pada pukul 04.30 WIB. Konjungsi Bulan dan Venus ini terletak di Rasi Taurus dekat bintang Aldebaran.

 

21 Juni : Gerhana Matahari Cincin dan Bulan memasuki Fase Bulan Baru


Gerhana Matahari cincin terjadi ketika Bulan terlalu jauh dari Bumi sehingga tidak sepenuhnya menutupi Matahari.

Fenomena ini menghasilkan cincin cahaya di sekitar Bulan yang gelap. Korona Matahari tidak terlihat selama gerhana cincin.

Jalur gerhana akan dimulai di Afrika Tengah dan bergerak melalui Arab Saudi, India Utara, dan China Selatan sebelum berakhir di Samudera Pasifik.

Gerhana sebagian akan terlihat di sebagian besar Afrika Timur, Timur Tengah, dan Asia Selatan.

Sementara dalam fenomena Fase Bulan Baru, Bulan akan terletak di sisi Bumi yang sama dengan Matahari dan tidak akan terlihat di langit malam.

Fase ini terjadi pada 13.42 WIB. Ini adalah waktu terbaik dalam sebulan untuk mengamati benda-benda redup seperti galaksi dan gugusan bintang.

Sebab, tidak ada cahaya bulan yang mengganggu.

 

22 Juni : Konjungsi Bulan dan Merkurius dan Titik Balik Matahari Juni (Solstice Juni)


Puncak fenomena Konjungsi Bulan dan Merkurius terjadi pada pukul 17.15.46 WIB.

Namun, Bulan dan Merkurius sulit terlihat ketika Matahari masih berada di atas ufuk.

Sebab cahaya pantulan Bulan dan Merkurius kalah terang dibandingkan cahaya Matahari.

Sehingga fenomena ini baru bisa dinikmati ketika Matahari sudah terbenam di arah Barat Laut.
Konjungsi Bulan-Merkurius terletak di rasi Gemini.

Cukup sulit mengamati Merkurius dengan mata telanjang. Sementara, Titik balik Matahari terjadi pada 04.44 WIB.

Kutub Utara Bumi akan condong ke arah Matahari, yang akan mencapai posisi paling utara di langit dan berada di atas garis balik utara pada 23,44 derajat lintang utara.

Ini adalah hari pertama musim panas (solstice musim panas) di Belahan Bumi Utara dan hari pertama musim dingin (solstice musim dingin) di Belahan Bumi Selatan.

 

28 Juni : Bulan memasuki Fase Perbani Awal


Fenomena ini terjadi pada pukul 15.16 WIB pada jarak 369.921 kilometer dari pusat Bumi.

Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku ketika mengalami fase ini.

Bulan akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam.

Sehingga kita dapat menyaksikan penampakan Bulan sebelum Matahari terbenam hingga tengah malam ketika Bulan terbenam.


 

30 Juni : Bulan berada di titik terjauh Bumi (Perigee)


Fenomena astronomi pada kalender Juni 2020 ini terjadi pada pukul 09.20 WIB pada jarak 368.996 kilometer dari pusat Bumi.

Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 32,4 menit busur.
Learn more »