5 Fakta Pavel Durov, Pendiri Telegram Pembenci WhatsApp

Pendiri Telegram, Pavel Durov, adalah salah satu pentolan teknologi tersukses di usia masih muda. Pria kelahiran Leningrad pada 36 tahun lalu ini membanggakan Telegram dan berulangkali menyatakan ketidaksukaan pada WhatsApp yang ia sebut sering bermasalah.

Nah, dihimpun dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta menarik mengenai sosok Pavel Durov:

 

1. Pendiri Media Sosial VKontakte

 

Pavel Durov mengawali ketenarannya di jagat teknologi dengan mendirikan jejaring sosial yang populer di Rusia, VKontakte. 

Setelah lulus kuliah dari Saint Petersburg State University tahun 2006, Durov memutuskan mengembangkan bisnis teknologi dengan tujuan berhubungan dengan teman-temanya.

Durov mengaku melakukan semuanya sendirian. 

"Jadi aku menamainya VKontakte atau terhubung dan aku membuat semuanya dari nol, semua kodenya, desain dan strategi marketing," kisahnya.

VKontakte tumbuh jadi jejaring sosial paling tenar di Rusia dan Pavel Durov dibantu mengembangkannya oleh sang kakak, 

Nikolai. Kabarnya, Vkontakte telah memiliki sekitar 400 juta pengguna terdaftar.

 

2. Terusir dari Rusia

 

Awalnya semua berjalan baik-baik saja bagi Durov dan VKontakte. 

Tapi pada tahun 2011, dia memicu masalah dengan Kremlin karena menolak menutup halaman milik aktivis oposisi yang memprotes kembalinya Vladimir Putin jadi presiden.

Hasilnya, Durov menjadi incaran polisi dan dipaksa menjual VKontakte pada investor yang pro Kremlin. 

Dia dipecat dari jabatan CEO VKontakte dan terusir dari Rusia. Ia pun melanglang buana ke berbagai negara bersama Nikolai berbekal kekayaannya yang telah mencapai ratusan juta dolar.

"Aku bisa saja tetap tinggal di Rusia, melakukan beberapa kompromi, dan mungkin mengontrol kembali perusahaan. 

Namun aku tak mau melakukannya. Kompromi tak mengarahkan kalian kemana-mana. Kalian tak bisa bahagia jika melakukan sesuatu yang tak kalian yakini," katanya.

 

3. Mendirikan Telegram

 

Setelah terusir dari Rusia itulah, Durov bersama Nikolai mengembangkan Telegram yang diklaim layanan messaging paling aman. 

Telegram diluncurkan pada tahun 2013 atau sekitar 8 tahun silam.

Namun citra aman itu pula yang membuat Telegram disukai teroris atau penjahat, bahkan sempat diancam pemblokiran di berbagai negara termasuk Indonesia. 

Seperti pendirinya, kantor Telegram berpindah-pindah. Pernah di Berlin dan sekarang kabarnya di Dubai. Sementara pegawainya ada yang berada di Saint Petersburg.

Telegram memang belum dapat menyaingi WhatsApp soal ketenaran, tapi pertumbuhannya semakin pesat dan fiturnya lebih lengkap. 

Pada Januari 2021, jumlah pengguna Telegram sudah tembus 500 juta di seluruh dunia. Pavel Durov pun makin agresif.

 

4. Sering Dibandingkan dengan Mark Zuckerberg

 

Yang membuat Durov disamakan dengan Zuck adalah sama-sama membangun jejaring sosial yang nantinya terkenal. 

Tapi Zuck lebih dulu membuat Facebook, baru Durov belakangan menciptakan VKontakte. 

Zuck kemudian berkiprah di layanan messaging dengan membeli WhatsApp dan Durov melahirkan Telegram.

Dari sisi usia, keduanya juga sebaya. Durov saat ini berusia 36 tahun sedangkan juga Zuckerberg 36 tahun. 

Durov lulusan Saint Petersburg State University dan Zuckerberg drop out dari Universitas Harvard.

Baik Zuckerberg dan Pavel Durov kelihatannya suka berpakaian sederhana saja. 

Zuckerberg suka kaos warna abu-abu di banyak penampilannya, sedangkan Durov suka mengenakan kaos warna hitam.

 

5. Hater WhatsApp

 

Durov sudah lama menyebut WhatsApp tidak aman. 

Menurutnya celah besar sering muncul di WhatsApp. 

Dulu, kala spyware dari perusahaan Israel, NSO Group, bisa menginfeksi WhatsApp dan membobol datanya cukup dengan panggilan telepon yang bahkan tak perlu diterima, Durov mengusulkan user WhatsApp uninstall.

"Kecuali Anda tak masalah semua foto dan pesan Anda terbuka untuk publik suatu hari, Anda harus menghapus WhatsApp dari ponsel Anda," cetus Durov ketika itu. 

Durov menyebut WhatsApp adalah semacam 'Kuda Troya' yang dimanfaatkan untuk memata-matai foto dan data penggunanya.

Ia juga melontarkan rasa tidak percaya terhadap sang induk, Facebook. "Facebook telah menjadi bagian dari program pengintaian jauh sebelum mereka mengakuisisi WhatsApp. 

Naif berpikir bahwa perusahaan ini akan mengubah kebijakan setelah akuisisi," paparnya.

0 komentar: