Startup Ini Dapat Pendanaan Rp 504 Miliar
Startup Indonesia di
bidang marketplace logistik, Kargo Technologies (Kargo), mendapat
pendanaan sebesar USD 31 juta (sekitar 504 miliar rupiah) dari pendanaan
Seri A yang dipimpin oleh Tenaya Capital asal Silicon Valley.
Grup
investor yang juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ialah Sequoia
India dan Asia Tenggara, Intudo Ventures, Coca-cola Amatil, Agaeti
Convergence Ventures, Alter Global, dan Mirae Asset Venture Investment.
Di dalam ronde ini, Kargo juga mendapatkan pendanaan berbasis hutang
(debt financing) dari sejumlah bank dan institusi finansial regional
terkemuka.
Babak pendanaan ini ditutup seiring dengan bergabungnya Kargo dalam perjuangan melawan wabah virus Corona (COVID-19)
di Nusantara.
Startup ini membiayai gerakan Dana Bantuan Logistik
(Logistics Relief Fund) dengan menghimbau seluruh karyawan untuk turut
serta mengkontribusikan sebagian gaji mereka.
Dana
Bantuan Logistik akan digunakan untuk membantu para pengangkut logistik
dan memastikan tidak adanya gangguan dalam pengiriman barang pokok di
Indonesia.
Kargo juga bekerja sama dengan beberapa organisasi amal, seperti Kita
Bisa, dan PT Akar Indah Pratama sebagai mitra logistik resmi yang
berperan dalam pendistribusian makanan dan alat-alat medis untuk staf
medis dan pasien di beberapa rumah sakit di Jakarta (RSPAD Gatot Subroto
dan RSPI Sulianti Saroso).
Kargo siap membantu semua organisasi
yang membutuhkan bantuan mitra logistik, terlebih dalam menghadapi masa
krisis ini lewat: https://kargo.tech/covid-response/.
Mereka pun
mengambil langkah pencegahan untuk memastikan para pengemudi aman dari
penularan virus Corona.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan
memastikan seluruh pos pemberhentian (pit stop) sepanjang rute
perjalanan memiliki persediaan lengkap dan telah disterilisasi secara
layak.
Implementasi sistem EPOD (Electronic Proof of Delivery)
dalam mekanisme pengiriman guna meminimalisir kontak fisik antar
pengguna.
Fitur yang dapat ditemukan dalam platform Kargo ini juga
memungkinkan mengurangi adanya pertukaran dokumen secara langsung untuk
mengurangi risiko infeksi COVID-19.
"Teknologi Kargo memiliki nilai jual unik di saat efisiensi logistik
menjadi sangat penting di Indonesia.
Mulai dari menjaga jumlah stok
kebutuhan retail dengan kontak fisik seminimal mungkin atau memperlancar
transaksi e-commerce di seluruh penjuru negeri, kami percaya bahwa
Kargo mampu menyelesaikan masalah ini," ujar Yodi Aditya, CTO Kargo
dalam keterangan yang diterima.
Pendanaan ini tiba
sekitar setahun setelah Kargo menerima pendanaan awal sebesar USD 7,6
juta (sekitar 123 miliar rupiah) yang dipimpin oleh Sequoia India dan
Asia Tenggara.
Pendanaan tersebut tercatat sebagai salah satu pendanaan
awal terbesar di Asia Tenggara pada masa itu dan melibatkan beberapa
investor teknologi global terkemuka.
"Kami bersyukur atas investor
kami yang tetap memberikan dukungan luar biasa di tengah masa
ketidakpastian finansial.
Kargo berjanji akan menjadi mitra logistik
yang paling dapat diandalkan untuk memastikan tidak adanya gangguan
dalam rantai pasokan barang pokok di Indonesia.
Perusahaan kami telah
mendonasikan sebagian dari gaji kami untuk masalah ini dan kami juga
turut mengundang bisnis dan organisasi lokal lainnya untuk menghubungi
kami agar kita bisa menyelesaikan masalah ini bersama-sama," jelas Tiger
Fang CEO dari Kargo.
Beberapa investor lain yang terlibat di
ronde awal tersebut ialah; 10100 Fund milik co-founder Uber Travis
Kalanick, Zhenfund asal Tiongkok, Intudo Ventures, ATM Capital, Innoven
Capital, dan Agaeti Ventures yang dipimpin oleh pengusaha Indonesia
Pandu Sjahrir.
Patrick Walujo selaku co-founder dari Northstar Group,
dan Diono Nurjadin selaku CEO Cardig International juga turut melakukan
investasi pribadi pada Kargo.
Kargo dapat digambarkan sebagai
'Uber di bidang logistik Indonesia'. Hal ini seiring dengan target tim
yang ingin memindahkan transaksi logistik di dalam negeri dari offline
ke online sebagai jawaban dari inefisiensi yang dihadapi pengirim dan
mitra transportasi barang lokal saat ini.
Startup ini didirikan
oleh dua pengusaha yang ahli dalam bidang logistik dan teknologi.
Diantara 2013 dan 2018, Tiger membawahi ekspansi internasional Uber
sebagai General Manager di wilayah Tiongkok Barat dan kemudian di
Indonesia.
Ia juga memegang posisi penting di Rocket Internet, Lazada
Group, serta Bank of America Merrill Lynch.
0 komentar: