Mengintip Laboratorium Virus Berbahaya di Wuhan
Wuhan Institute of Virology merupakan laboratorium penelitian virus yang berlokasi di Wuhan,
China.
Kabarnya, laboratorium ini meneliti lebih dari 1.500 virus berbahaya, termasuk di antaranya virus yang berasal dari kelelawar.
Sejak wabah virus corona COVID-19 merebak, laboratorium tersebut menjadi sorotan lantaran ada tuduhan bahwa virus bersangkutan bocor dari sana.
Namun demikian, tudingan tersebut dibantah baik dari China maupun dari kalangan ilmuwan.
Bulan Februari, Shi Zengli yang adalah direktur institut tersebut menyatakan bahwa dia menjamin dengan nyawanya, bahwa wabah corona tidak ada sangkut pautnya dengan lembaga bernilai 34 juta poundsterling tersebut.
Kemudian para peneliti dari Scripps Research telah menganalisa data genom dari virus corona yang sudah tersedia untuk publik dan mereka tidak menemukan bukti bahwa ia dibuat di laboratorium oleh pihak tertentu.
Riset ini mengindikasikan bahwa corona merupakan produk dari evolusi alami.
"Dengan membandingkan rangkaian data genom yang tersedia, kami dengan tegas dapat menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," kata Dr Kristian Andersen yang membesut studi itu.
Seperti apa laboratorium Wuhan Institute of Virology? Foto yang
berasal dari tahun 2015 dan 2017 memberikan sedikit gambarannya.
Tampak para periset mengenakan kostum pelindung penuh dari kepala sampai ujung kaki saat melakukan eksperimen.
China memutuskan membuat laboratorium tersebut setelah mereka mengalami wabah SARS di tahun 2002 dan 2003.
Wabah SARS, jenis lain dari virus corona, membunuh 775 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 penderita.
Dibutuhkan waktu 15 tahun untuk menyelesaikan pembangunan laboratorium tersebut dengan bantuan pihak Prancis dalam desain gedungnya.
Wuhan Institute of Virology yang terdiri dari 4 lantai merupakan laboratorium virus tercanggih di Negeri Tirai Bambu.
Selesai tahun 2015 dan diresmikan pada tahun 2018, laboratorium ini memiliki tingkat keamanan bio safety level P4.
Sebelum dibuka, dijalankan berbagai inspeksi keamanan yang ketat.
Media pemerintah Xinhua menyebutkan laboratorium tersebut mampu meneliti patogen paling mematikan sekalipun.
Salah satu perisetnya bernama Zhou Peng adalah spesialis peneliti virus di kelelawar.
"Kami berada di depan dalam studi mekanisme kekebalan di kelelawar, yang membawa virus dalam waktu yang lama.
Kelelawar membawa virus tapi tidak diinfeksi olehnya. Mereka memberi harapan bagi manusia dalam studi melawan virus," katanya di tahun 2018.
Saat ini, pro kontra memang masih mewarnai apakah ada kemungkinan virus Corona berasal dari sana.
Pakar keamanan biologi asal Amerika Serikat, Profesor Richard Ebright menyatakan bahwa meskipun bukti menyatakan virus tidak diciptakan di laboratorium, bisa saja virus itu lolos dari sana saat sedang diteliti.
Namun demikian, pakar lainnya meyakini memang tidak ada sangkut pautnya bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium tersebut.
Dr Keusch, profesor dari Boston University menyatakan tidak pernah terjadi ada virus lolos dari laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi.
"Laboratorium Wuhan didesain dengan standar tertinggi dengan beberapa sistem keamanan dan level tertinggi pelatihan.
Artinya kebocoran cenderung sangat tidak mungkin," ujarnya, dikutip dari Daily Mail.
Kabarnya, laboratorium ini meneliti lebih dari 1.500 virus berbahaya, termasuk di antaranya virus yang berasal dari kelelawar.
Sejak wabah virus corona COVID-19 merebak, laboratorium tersebut menjadi sorotan lantaran ada tuduhan bahwa virus bersangkutan bocor dari sana.
Namun demikian, tudingan tersebut dibantah baik dari China maupun dari kalangan ilmuwan.
Bulan Februari, Shi Zengli yang adalah direktur institut tersebut menyatakan bahwa dia menjamin dengan nyawanya, bahwa wabah corona tidak ada sangkut pautnya dengan lembaga bernilai 34 juta poundsterling tersebut.
Kemudian para peneliti dari Scripps Research telah menganalisa data genom dari virus corona yang sudah tersedia untuk publik dan mereka tidak menemukan bukti bahwa ia dibuat di laboratorium oleh pihak tertentu.
Riset ini mengindikasikan bahwa corona merupakan produk dari evolusi alami.
"Dengan membandingkan rangkaian data genom yang tersedia, kami dengan tegas dapat menentukan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami," kata Dr Kristian Andersen yang membesut studi itu.
Wuhan Instititure of Virology |
Tampak para periset mengenakan kostum pelindung penuh dari kepala sampai ujung kaki saat melakukan eksperimen.
China memutuskan membuat laboratorium tersebut setelah mereka mengalami wabah SARS di tahun 2002 dan 2003.
Wabah SARS, jenis lain dari virus corona, membunuh 775 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 penderita.
Dibutuhkan waktu 15 tahun untuk menyelesaikan pembangunan laboratorium tersebut dengan bantuan pihak Prancis dalam desain gedungnya.
Wuhan Institute of Virology yang terdiri dari 4 lantai merupakan laboratorium virus tercanggih di Negeri Tirai Bambu.
Selesai tahun 2015 dan diresmikan pada tahun 2018, laboratorium ini memiliki tingkat keamanan bio safety level P4.
Sebelum dibuka, dijalankan berbagai inspeksi keamanan yang ketat.
Media pemerintah Xinhua menyebutkan laboratorium tersebut mampu meneliti patogen paling mematikan sekalipun.
Salah satu perisetnya bernama Zhou Peng adalah spesialis peneliti virus di kelelawar.
"Kami berada di depan dalam studi mekanisme kekebalan di kelelawar, yang membawa virus dalam waktu yang lama.
Kelelawar membawa virus tapi tidak diinfeksi olehnya. Mereka memberi harapan bagi manusia dalam studi melawan virus," katanya di tahun 2018.
Saat ini, pro kontra memang masih mewarnai apakah ada kemungkinan virus Corona berasal dari sana.
Pakar keamanan biologi asal Amerika Serikat, Profesor Richard Ebright menyatakan bahwa meskipun bukti menyatakan virus tidak diciptakan di laboratorium, bisa saja virus itu lolos dari sana saat sedang diteliti.
Namun demikian, pakar lainnya meyakini memang tidak ada sangkut pautnya bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium tersebut.
Dr Keusch, profesor dari Boston University menyatakan tidak pernah terjadi ada virus lolos dari laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi.
"Laboratorium Wuhan didesain dengan standar tertinggi dengan beberapa sistem keamanan dan level tertinggi pelatihan.
Artinya kebocoran cenderung sangat tidak mungkin," ujarnya, dikutip dari Daily Mail.
0 komentar: