Keren! Pemuda Desa Penjual Tahu Bakso Ini Bikin Aplikasi e-Commerce

Sarjono, penjual tahu bakso yang berhasil membuat aplikasi e-Commerce.


Sarjono (33), pemuda di Desa Gerduren, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas ini bukan terlahir dari keluarga mampu.


Dia hanya seorang penjual tahu bakso keliling lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena keterbatasan ekonomi keluarga.

Berangkat dari kesulitan yang sering dialaminya semenjak kecil, Sarjono yang memiliki keterbatasan pendidikan ini ternyata selalu mencoba menimba ilmu dari teman -temannya yang memiliki pengalaman lebih.


Hingga akhirnya, dia mampu membangun sebuah aplikasi e-Commerce sendiri melalui rumus-rumus coding.


"Pendidikan saya formalnya SMP saja, saya belajar coding itu dari teman saya orang Jawa Barat, liat liat saja awalnya, itu otodidak.



Karena saya bukan lulusan sekolah IT, hanya diajarkan saja sama teman saya, mas Yudi namanya," kata Sarjono dan biasa dipanggil Jono saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu di tempat wisata Desa Gerduren.


Jono menceritakan lika-liku kehidupannya hingga mampu membuat sebuah aplikasi e-Commerce sendiri setelah dirinya selalu dianggap tidak mampu oleh masyarakat sekitar karena hanya lulusan SMP.



Sebelum berjualan tahu bakso, Jono merupakan sales jajanan es keliling ke minimarket yang ada di Banyumas.

Bahkan, orang tuanya yang hanya buruh tani telah membangun semangatnya untuk bangkit dari segala kesulitan.


Dia pun mulai belajar caranya berdagang dengan mengambil produk orang dan dia jual kembali dengan cara berkeliling menggunakan sepeda motornya.


"Karena saya terpacu dari omongan orang, sakit hati sih tidak ya, kenapa saya semangat, saya berusaha, itu karena lulusan saya hanya SMP, tidak mungkinlah bisa apa apa, tidak kayak orang yang lulusannya tinggi, yang sudah jelas terjamin masa depannya.



Dari situ saya terpacu, saya ingin bener bener sukses," ceritanya.


"Maka saya belajar, karena belajar saya bukan sekolah tinggi, karena orang tua saya hanya buruh tani dan tidak punya apa apa, saya lahir dari keluarga yang sederhana dan sulit.



Dari situ saya punya teman yang punya kemampuan apapun, dari situlah jadi tempat saya untuk menimba ilmu," jelasnya.


"Sebenarnya tidak sengaja (bertemu) meskipun sebelumnya sudah pernah ketemu, karena dia bisnisnya properti, dulu pas ketemu saya belum cerita, saya masih diam.


Pas ketemu kemarin itu dia menyapa saya, dan tanya usaha apa, saya jujur bilang saya jualan tahu bakso, lalu dibeli sama dia.


Akhirnya ngobrol kalau usaha sepi karena PPKM, begitu pula usaha properti dia yang saat ini sepi, karena orang tidak berfikir beli rumah," cerita Jono.

Menurut Jono, perusahaan temannya itu bergerak di kontraktor, developer, suplayer, perdagangan umum dan jasa.


"Saya kaget karena saya lagi ganti menu di aplikasi saya pakai hp, dia yang di sebelah saya penasaran, awalnya nama aplikasi saya itu larizo, akhirnya dia tertarik dan menginvestasikan modalnya agar aplikasi saya bisa segera jalan," jelasnya.


Dia bilang kenapa tidak jalan, lalu saya bilang jika tidak punya modal, dan server juga masih numpang.


"Saat itu, teman saya sempat diam, dia langsung minta saya datang kerumahnya atau ke kantornya, langsung ngobrol-ngobrol ditanya butuh dana berapa untuk mengembangkan aplikasi ini.


Langsung saat itu juga MoU 5 tahun di depan notaris dan managementnya.


Padahal saya datang kesana pakai pakaian biasa, cuma kaos aja.


Dalam perjanjian pun setelah saya baca seksama, Alhamdulillah sama sama menguntungkan," ungkapnya.


Dari kepercayaan temannya tersebut untuk mengembangkan aplikasi tersebut, Jono akhirnya merubah nama aplikasi E-commerce nya tersebut menjadi Jawaraya, sesuai dengan nama perusahaan milik temannya tersebut PT Jawaraya Grup.


"Sudah MoU kontrak kerjasama, kantor sudah didirikan, Insya Allah sudah selesai, paling lambat Minggu depan kita sudah bisa launching," jelas Jono.


Jono mengaku sangat bersyukur dengan tahapan pencapaian yang dia alami hingga saat ini, meskipun belum berjalan.


Namun perjuangan membesarkan nama aplikasi yang dia bangun sejak dari nol diakuinya tak lepas dari dukungan istri dan kedua anaknya.


"Istri Alhamdulillah mengerti, kita berjuangnya, susahnya, walau bagaimanapun tetap menghargai, karena sampai saat ini masih serba sulit dan istri saya tetep setia memberikan semangat.


Karena kita juga pernah tidak punya apa apa, sampai makan sehari saja tidak bisa, dari situ lah saya semangat banget sampai sekarang saya tetep berusaha untuk jadi orang sukses," ungkapnya.

Dia pun bernazar, jika aplikasinya tersebut nantinya bisa booming dan bisa memberikan manfaat bagi orang banyak, terlebih dahulu yang akan dia lakukan adalah menyantuni anak yatim-piatu dan sedekah.


"Karena lika liku hidup saya sangat pahit, saya punya cita cita, ini ibarat nazar, kalau aplikasi ini punya manfaat untuk orang banyak, berjalan lancar dan tidak ada halangan apapun, yang pertama saya mau ngurusin anak anak yatim-piatu dan sedekah yang paling utama.


Bahkan mau saya buat menu untuk donasi di aplikasinya," ucapnya.


Meskipun telah memiliki kantor khusus untuk mengembangkan aplikasi Jawaraya, Jono masih setia dengan motor tuanya berkeliling jualan tahu bakso.


Sebagai pemuda desa, dia pun berpesan kepada seluruh pemuda agar tidak putus semangat, jadikan segala kekurangan yang dimiliki untuk terus belajar.


"Kita sebagai orang walaupun punya keterbatasan, tapi kita harus semangat, kalau kita yakin dan mau belajar, Insya Allah pasti kita bisa dan yang penting jangan menyerah, sekecil apapun usahanya kalau ditekuni, diyakini dan diseriusi, Insya Allah pasti ketemu jalannya," jelasnya.

sarjono dan motor tuanya saat berjualan tahu bakso.


Dikonfirmasi terpisah, teman Jono sekaligus Direktur PT Jawaraya Grup, Sawal Putoyo membenarkan jika dia yang membantu permodalan aplikasi yang dibangun oleh Sarjono.


"Memang betul (dia yang membantu), karena pada dasarnya itu hasil karya dia, karena memang notabene dari dulu tidak ada dana, sehingga karyanya itu tidak bisa tersalurkan, waktu itu dia sudah bertemu dengan beberapa orang tapi kayaknya cuma PHP saja.



Akhirnya ketemu sama saya, kebetulan kita juga sudah kenal, karena waktu itu kita sempat mau membantu pengembangan tempat wisata Gerduren, akhirnya mas Sarjono itu cerita cerita, karena menurut saya menarik, ini karya putra Banyumas, akhirnya saya ok," ujar Sawal yang juga owner perusahaan tersebut.


Meskipun demikian, Sawal mengaku jika perjuangan Jono membangun aplikasi tersebut sangat luar biasa.


Pasalnya membangun sebuah aplikasi jika tidak ada modal yang besar akan sangat sulit dilakukan, apalagi untuk Jono yang hanya berjualan makanan ringan.


Bahkan, dia menjelaskan jika dalam Minggu pekan ini, kantor dan aplikasi Jawaraya akan segera di launching.


"Karena saya paling senang mengangkat karya karya dari putra Banyumas, karena saya sendiri orang Banyumas.


Rencana Minggu ini mau di-launching, mungkin Jumat, ini lagi prepare kantor dan lain lain," jelasnya menutup perbincangan.


Aplikasi Jawaraya sudah tersedia di Play Store. Bila ingin melihat atau menjajalnya bisa klik di sini.

 
Aplikasi yang dibuat Sarjono


Ketika berjualan itu, banyak pula masyarakat yang seolah-olah meremehkannya, ditambah perkembangan zaman yang semakin modern dengan adanya pasar jual beli online.


Dirinya semakin tersudut, karena untuk menggunakan aplikasi WhatsApp dan media sosial saja dirinya mengaku tidak bisa.

"Jadi saat nyales dagang kelilingan, kadang banyak orang suka bilang 'ah di online saja banyak, beli di online aja'.


Tapi waktu itu kan saya bingung online, saya tidak bisa buat apa apa, belum tahu apa apa yang namanya online.


Pakai WA aja masih belajar, tapi Alhamdulillah setelah saya berusaha belajar belajar, Alhamdulillah bisa, apalagi saya punya teman seorang programmer, jadi saya belajar sama dia," ujarnya.


Semuanya itu menjadi cambukan keras bagi Jono, tanpa putus asa, Jono akhirnya memutuskan membuat aplikasi e-commerce sendiri dengan kemampuan kode kode pemrograman hingga membuat tampilan serta menu menu aplikasi yang dia dapat dari temannya tersebut yang memang memiliki background seorang programmer IT.



Namun berbagai kendala dialaminya, mulai dari tidak adanya modal hingga server yang masih numpang.


"Akhirnya saya mencoba membuat aplikasi, sebenarnya kalau aplikasi kan butuh server pribadi, tapi itu sangat mahal sekali, saya tanya teman saya, kalau kita belum punya server sendiri karena belum punya modal.



Akhirnya numpang server start up, jadi saya hanya fokus codingnya saja sambil diajarin," ujarnya.


Sambil berjualan tahu bakso keliling pada siang harinya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 dan untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya, Jono memanfaatkan waktu malam untuk membangun aplikasi e-commerce tersebut sejak 2018 lalu.


Namun lagi-lagi kendala modal menjadi kesulitannya membangun aplikasi tersebut.


Setiap pagi, dia yang kini hanya berjualan tahu bakso memiliki penghasilan hanya Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu, itu pun jika dagangan yang dia ambil dari temannya laris.



Setiap harinya dia membawa sekitar 100 pack tahu bakso yang dijualnya dengan harga Rp 5 ribu, dari hasil jualannya tersebut, dirinya mendapatkan keuntungan Rp 500 rupiah per pack.


"Ini benar-benar luar biasa perjuangannya, meskipun kadang banyak kendalanya, salah satunya misal kita butuh modal untuk bayar ini itu, dari tahun 2018 sampai sekarang ini baru mau launching," ucap bapak dua anak ini.


Dia menjelaskan jika aplikasi jual beli online, e-commerce yang dia bangun mungkin tidak seperti e-commerce pada umumnya yang sudah besar.


Karena dia berusaha membangunnya dari bawah, walaupun sistemnya sama, tapi ada beberapa perbedaan sedikit.


Tapi segala fitur telah disempurnakan, termasuk pembayaran bank sebagai pihak ketiga, fitur investasi, fitur bayar tagihan, beli pulsa, bahkan bayar e-toll dan lain-lain.


Bahkan aplikasi ini juga sudah bisa didownload di Play Store dengan nama 'Jawaraya' jual beli online.


Asal Usul Jawaraya


Terus terang dia mengaku jika penggarapan aplikasinya itu dilakukan bersama temannya Yudi yang merupakan programmer.


"Jadi kalau saya masih ada kesulitan di coding yang sangat rumit, itu saya minta bantuan ke teman saya itu.


Kalau yang mudah, masih saya, jadi tetep saya dan teman saya orang Jawa Barat," terangnya.


Dalam penggarapan, dia biasa menggunakan laptop, meskipun kadang menggunakan handphone.



Bahkan saat ini, hasil aplikasinya tersebut diakuinya sudah mencapai 90 persen, dengan kekurangan hanya pada fitur share produk pengguna aplikasi.


"Aplikasi ini muncul dari desa, yang awalnya saya buta digital dan pakai wa atau Facebook saja saya belajar terus waktu itu, sekarang semua media sosial saya pakai, termasuk Alhamdulillah saya jadi bisa bikin aplikasi," ucapnya.


Di tengah keterbatasan dalam pembuatan aplikasi tersebut, ternyata Jono bertemu dengan temannya yang kini sukses menjadi seorang pengusaha di bidang property.


Dia bercerita, saat tengah berjualan, tanpa sengaja dia bertemu dan membahas tentang kehidupan mereka satu sama lain di tengah PPKM yang berdampak pada semua aspek.


Hingga akhirnya temannya tersebut melihat Jono yang tengah melakukan coding aplikasi nya tersebut.


Dari situ, temannya tersebut diakui Jono tertarik usai dia jelaskan, hingga akhirnya Jono diundang untuk menemuinya di kantornya. Lagi lagi dengan pakaian yang sederhana, Jono mengaku sempat kebingungan.

0 komentar: