Hiii... Orang Ini Bikin Pupuk dari Mayat Manusia

Bikin Pupuk dari Mayat Manusia, Sosok Ini Pencetusnya. Foto: Metro.co.uk
Atas nama upaya ramah lingkungan, seseorang terpikir ide pemakaman alternatif yang mengubah jenazah manusia menjadi kompos.


Dengan cara ini, mayat dimanfaatkan untuk menghasilkan tanah yang subur.


Pada April lalu, sebuah fasilitas baru dibuka oleh perusahaan bernama Return Home, di Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS).


CEO Return Home Micah Truman, mengklaim fasilitas milik perusahaannya akan menjadi tempat pengubah jenazah manusia menjadi kompos terbesar di dunia.


Dia menjanjikan bisa memproses 10 mayat dalam sebulan.


Truman banting setir dari pekerjaan sebelumnya di dunia perbankan ke industri yang berkaitan dengan pemakaman di 2019, setelah mengetahui bahwa Washington melegalkan jenazah manusia menjadi pupuk.

 

Proses mengubah mayat jadi pupuk


Dia menemukan ide untuk membangun fasilitas yang fungsinya mengemas tubuh manusia yang sudah meninggal ke dalam sebuah wadah, dicampurkan dengan bahan penghancur seperti alfalfa, serbuk gergaji, dan serpihan kayu.


Selain itu, ditambahkan pula air, dan suhu panas, serta udara untuk mempercepat dekomposisi atau proses pembusukan mayat.


Setelah 30 hari, jaringan lunak tubuh akan membusuk, lalu bagian tulang dan gigi akan digiling dan ditambahkan ke dalam campuran yang bebas bau.


Selanjutnya, campuran tersebut ditaruh ke mesin pengayak khusus untuk menyaring bahan buatan seperti sekrup logam atau implan silikon.


Kompos kemudian diistirahatkan selama 30 hari, sebelum dikembalikan ke anggota keluarga.


"Proses ini dikenal sebagai reduksi organik alami, atau terramasi, yaitu cara ramah lingkungan untuk membuang sisa-sisa manusia.


Cara pemakaman alternatif ini diprediksi akan populer di tahun-tahun mendatang.


Sebelumnya, saya sudah mengujinya pada bangkai babi," ujarnya seperti dikutip dari Metro.


Keluarga bisa memasukkan bunga atau bahan organik lainnya, misalnya makanan favorit orang yang mereka cintai dalam wadah pengkomposan, dan akan dikenakan biaya USD 4.950 (sekitar Rp 70 juta) untuk proses tersebut.


Ini lebih murah dibandingkan membayar USD 5.500 (sekitar Rp 78,4 juta) untuk sebagian besar plot pemakaman di negara bagian Washington, bahkan sebelum perhitungan biaya pembalseman dan peti mati.


Pemakaman alternatif

 

Disebutkan Truman, cara pemakaman alternatif ini adalah sesuatu hal yang akan mengubah dunia.


Menurutnya, kini orang-orang bisa memilih proses pemakaman yang sangat manusiawi dan alami, yang sebenarnya sudah terjadi selama bertahun-tahun.

 

"Kita bisa berdiri di samping orang yang kita cintai, dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, kemudian menutupinya dengan bahan organik yang kita pilih sendiri," ujarnya.


Truman juga membangun area perpisahan yang bisa dimanfaatkan pihak keluarga untuk mengucapkan selamat tinggal dan penghormatan terakhir kepada orang yang mereka cintai, lengkap dengan musik dan karangan bunga jika mereka mau.


Mereka juga akan ditawari kompos sebanyak yang mereka inginkan.


Rata-rata satu mayat akan menghasilkan sekitar 200 kilogram tanah kompos.


Sisanya, akan disumbangkan ke inisiatif lingkungan setempat untuk digunakan sebagai kompos.


Truman memperkirakan cara pemakaman ini akan populer di kalangan petani yang ingin "kembali ke tanah" mereka sendiri.


Menurutnya, di masa depan, terramasi akan menjadi seperlima dari pemakaman dalam satu dekade ketika orang menjadi terbiasa dengan gagasan ini.

0 komentar: