DynaTAC 8000X Foto: istimewa
Saat ini dunia, termasuk Indonesia, memasuki era 5G. Tapi apa sih sebenarnya 5G dan bagaimana sejarah jaringan seluler yang kita nikmati selama ini? G
pada 5G adalah generation atau generasi. 5G merupakan generasi kelima
dari jaringan seluler, sebelum ini ada 4G, 3G, 2G dan 1G. Setiap
generasi teknologi jaringan menetapkan standar sinyal komunikasi untuk
perangkat seluler saat itu sesuai pedoman yang ditetapkan oleh
International Telecommunication Union (ITU).Jadi setiap pembaruan 'G' berarti ada standar internasional baru. Dan
saat pembaruan tersebut berlaku di pasar global, generasi sebelumnya
perlahan-lahan menjadi usang. Karenanya kamu tidak pernah mendengar lagi
1G dan mungkin 2G meski pun jaringan generasi kedua ini masih digunakan
operator di Tanah Air. Untuk memahami 5G, mari kita melihat ke belakang bagaimana setiap generasi sebelumnya mendefinisikan eranya sendiri. 1G Diluncurkan
oleh Nippon Telegraph and Telephone pada tahun 1979, 1G pertama kali
diperkenalkan kepada warga Tokyo. Pada tahun 1984, jaringan generasi
pertama mencakup seluruh Jepang, menjadikannya negara pertama yang
memiliki layanan 1G secara nasional. Baru pada tanggal 6 Maret
1983, Ameritech memperkenalkan 1G ke Amerika Serikat . Di Indonesia,
teknologi 1G pertama kali diperkenalkan tahun 1984. PT Telkom bersama PT
Rajasa Hazanah Perkasa menyelenggarakan layanan komunikasi seluler
dengan menggunakan teknologi NMT (Nordic Mobile Telephone) dengan
menggunakan frekuensi 450 MHz. Prototipe ponsel dibuat pada tahun 1973 (10 tahun sebelum peluncuran 1G
di Amerika Utara). Namun Motorola tercatat sebagai vendor pertama yang
merilis ponsel 1G yang tersedia secara komersial pada tahun 1983. Ponsel
tersebut bernama DynaTAC. Meskipun menjadi teknologi revolusioner pada saat itu, 1G dinilai
banyak kekurangan dari standar saat ini. Kualitas suara tidak begitu
bagus, tak ada dukungan roaming. Keamanan kurang karena tidak ada
enkripsi, yang berarti siapa pun yang memiliki pemindai radio dapat
melakukan panggilan. Kecepatan unduh melalui 1G juga sangat lambat
dan hanya mencapai sekitar 2,4 Kbps. Menurut Wikipedia, hanya Rusia
yang masih menggunakan 1G hingga saat ini. 2G
Pada 1990-an, dunia memasuki 2G. Ini ditandai dengan peluncuran Global System for Mobile Communications (GSM) di Finlandia pada 1991. Teknologi
2G mengubah panggilan suara dan telepon menjadi sinyal digital. Ini
memungkinkan pengguna seluler tidak hanya menelepon tetapi juga mengirim
pesan teks (SMS) untuk pertama kalinya, dan pesan multimedia (MMS)
sebagai bentuk komunikasi baru. Era ini pertama kali ditandai
dengan adanya pager, yang berangsur-angsur berubah menjadi ponsel yang
dapat menelepon dan mengirim pesan teks secara bersamaan. Ponsel candy
bar begitu populer selama era 2G, dengan Nokia menjadi raja pada masa
itu. Ponsel garapan vendor asal Finlandia ini banyak digunakan oleh umat
manusia, salah satunya 3310. Kembali soal jaringan 2G, teknologi
ini kemudian berevolusi menjadi 2,5G atau dikenal dengan GPRS (General
Packet Radio Service), kemudian 2,75G atau EDGE (Enhanced Data rates for
Global Evolution), di mana kecepatan maksimal mencapai 473 Kbps. Dilansir
dari laman Telkomsel, teknologi 2G pertama kali hadir di Indonesia pada
tahun 1993 dengan ditandainya proyek percontohan seluler digital dengan
standar GSM oleh Telkomsel (kala itu bernama Telkomsel GSM) di Pulau
Batam. Baru setelah itu PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo)
menjadi operator GSM pertama yang menggunakan kartu SIM di tahun 1994,
disusul oleh Telkomsel pada 1995, dan PT Excelcomindo Pratama di tahun
1996. 3G Awal
2000-an menyambut milenium baru dengan mendiversifikasi jumlah
transmisi digital yang tersedia untuk memasukkan internet seluler. Meskipun tidak secepat apa yang digunakan semua orang sekarang, internet
saat itu sebagian besar masih didasarkan pada teks dan gambar diam. Adalah
NTT DoCoMo menjadi operator pertama yang meluncurkan 3G pada 2001.
Teknologi 3G berfokus pada standardisasi protokol jaringan vendor. Pada
gilirannya, pengguna dapat mengakses data dari mana saja, yang
memungkinkan layanan roaming internasional dimulai. Dibandingkan
dengan 2G, 3G memiliki kemampuan transfer data 4 kali lipat yang
mencapai rata-rata hingga 2 Mbps . Karena peningkatan ini, streaming
video, dan panggilan video langsung menjadi nyata. Email juga menjadi
bentuk komunikasi standar lainnya melalui perangkat seluler. Era
3G juga menjadi era kelahiran smartphone. Ada dua nama besar yang
melahirkan ponsel revolusioner, yakni Blackberry dan Apple. Teknologi
3G hadir di Indonesia pada 2005. Setahun berikutnya, Telkomsel jadi
operator pertama yang menggelar jaringan 3G secara komersial. 4G Sepuluh tahun usai diperkenalkannya 3G lahirlah 4G. Diperkenalkan untuk penggunaan komersial di Stockholm, Swedia dan Oslo,
Norwegia menjelang akhir tahun 2009, 4G membawa perluasan kapasitas
jaringan seluler untuk internet lebih cepat atau broadband. Dengan
kecepatan minimal 12,5 Mbps, 4G menyediakan streaming/obrolan video
berkualitas tinggi, akses web seluler cepat, video HD, dan game online. Pada perkembangannya diperkenalkan 4G LTE
(Long Term Evolution). Teknologi ini hasil desain ulang lengkap dan
penyederhanaan arsitektur lengkung jaringan 3G , menghasilkan
pengurangan yang signifikan dalam latensi transfer, meningkatkan
efisiensi dan kecepatan pada jaringan. Karenanya kecepatan minimum yang
ditawarkan 100 Mbps. Kemudian muncul 4G LTE Advanced atau populer
dengan nama 4G+. Ini adalah versi LTE lanjutan atau yang ditingkatkan. Jadi lebih cepat, lebih stabil, dan memiliki ketersediaan bandwidth yang
lebih tinggi daripada LTE biasa. Tak heran bila kecepatannya bisa
menembus 1 Gbps. Teknologi 4G LTE diluncurkan secara komersial di
Indonesia pada akhir 2014. Telkomsel menjadi operator seluler pertama
yang mengoperasikan jaringan mobile 4G LTE di Indonesia. Sementara
Smartfren menjadi operator pertama di Indonesia menggelar teknologi 4G
LTE Advanced. Kehadiran 4G memicu lahirnya banyak startup di Tanah Air.
5G Karena
semakin banyak orang mendapatkan akses ke perangkat seluler dan
Internet of Things (IoT) terus berkembang, diperkirakan sebanyak 24
miliar perangkat akan membutuhkan dukungan jaringan seluler pada tahun
2024. Di situlah 5G hadir. Korea
Selatan adalah negara pertama yang menawarkan 5G pada Maret 2019.
Generasi ke-5 diluncurkan oleh KT, LG Uplus, dan SK Telecom. Beberapa
ahli mengklaim 5G membawa kecepatan sekitar 10 Gbps ke ponsel. Itu
lebih dari 600 kali lebih cepat daripada kecepatan 4G pada ponsel saat
ini, dan 10 kali lebih cepat dari layanan fiber optic di rumah. Dengan
kecepatan tersebut membuat kamu bisa mengunduh film 4K dalam 25 detik,
atau untuk streaming beberapa film pada waktu yang sama. Tapi
keunggulan 5G tak sekadar kecepatan yang super ngebut. Teknologi
jaringan ini punya latensi yang lebih rendah dan kemampuan untuk
menghubungkan lebih banyak perangkat sekaligus. 4G memiliki
latensi rata-rata sekitar 50 milidetik, sedangkan latensi rata-rata 5G
diperkirakan sekitar 10 milidetik. Bahkan latensi 5G bisa turun hingga 1 milidetik. Sementara kemampuan keterhubungan dengan perangkat mencapai 10 kali
lebih banyak dari 4G (1 juta devices/km2), sehingga penggunaannya tidak
hanya untuk pemenuhan layanan mobile broadband untuk konsumen, namun
juga untuk Industry 4.0. Sebagai contoh penerapan pabrik pintar, VR/AR,
operasi bedah jarak jauh dan mobil otonom. 5G memberi operator
lebih banyak opsi dalam penggunaan spektrum ketimbang 4G. Ada tiga opsi
spektrum yang digunakan, yakni low-band, mid-band dan high band. 5G
band rendah beroperasi pada frekuensi di bawah 1 GHz. Pita frekuensi
ini digunakan untuk jaringan seluler dan TV, dapat menyediakan jangkauan
yang luas, bahkan di lokasi pedesaan. Kecepatan dan latensi jaringan
lebih baik daripada 4G, hanya saja kecepatan puncak sekitar 300Mbps. Pindah
ke spektrum 5G mid-band, berada di spektrum antara 1 GHz dan 6 GHz. Ini
memberikan koneksi yang lebih cepat dan latensi yang lebih rendah
daripada spektrum pita rendah. Spektrum mid-band dianggap paling
ideal untuk 5G karena dapat membawa banyak data melintasi jarak yang
signifikan. Kecepatan data lebih tinggi daripada spektrum pita rendah,
dengan kecepatan puncak hingga 1 Gbps. Untuk mencapai kecepatan
tertinggi dari 5G, yakni 10 Gbps, operator memerlukan teknologi
gelombang milimeter atau mmWave. Ini memanfaatkan spektrum nirkabel yang
sangat tinggi di atas 6 GHz. Sayangnya, spektrum mmWave terbatas
pada jarak pendek karenanya hanya akan digunakan di lingkungan padat
yang sering melayani sejumlah besar orang. Agar merasakan kecepatan
maksimal, pengguna harus berada dalam jarak sekitar 100 meter dari
menara pemancar BTS dan tidak terhalang gedung maupun pohon. Tentu saja, bagi pengguna seluler yang ingin memanfaatkan 5G, mereka memerlukan perangkat baru yang sudah mendukung jaringan ini. |
0 komentar: