Snapchat memutuskan tak lagi mempromosikan akun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
di platformnya.
Keputusan ini merupakan sikap Snapchat terkait dengan
komentar kontroversial Trump di tengah gelombang protes anti-rasisme
yang sedang terjadi di AS, terkait kematian George Floyd.
Sebelumnya,
akun Trump rutin ditampilkan pada fitur 'Discover' di Snapchat. Fitur
ini memang mempromosikan konten dari para tokoh terkenal, selebriti,
atau lembaga berita.
"Saat ini kami tidak mempromosikan konten
Presiden (Donald Trump) di Discover Snapchat.
Kami tidak ingin
memperkuat suara-suara yang menghasut terjadinya kekerasan rasial dan
ketidakadilan dengan memberi mereka promosi gratis di Discover," kata
Rachel Racusen, juru bicara Snap, perusahaan induk Snapchat, dikutip
dari CNN.
"Kekerasan rasial dan ketidakadilan tak punya tempat di masyarakat
kita.
Dan kita berdiri bersama dengan semua orang yang berjuang atas
nama perdamaian, cinta, kesetaraan, dan keadilan di Amerika," tambah
Racusen.
Meski tak lagi dipromosikan, akun Snapchat Trump masih
tetap ada di patform tersebut.
Menanggapi hal ini, Brad Parscale selaku
Campaign Manager Trump mengecam langkah tersebut serta menuduh Snapchat
berusaha mencurangi dan menekan Trump.
Hal serupa dilakukan juga
oleh Twitter. Cuitan kontroversial Trump disembunyikan Twitter disertai
label peringatan karena dianggap mengglorifikasi kekerasan.
Cuitan
tersebut tetap bisa dilihat, tapi pengguna harus mengklik 'View' untuk
melihatnya. Twitter juga mencegah pengguna untuk menandai like atau
me-retweet cuitan tersebut.
"Cuitan ini melanggar kebijakan kami
mengenai glorifikasi kekerasan berdasarkan konteks sejarah dari baris
terakhir, hubungannya dengan kekerasan dan risiko ini bisa
menginsipirasi tindakan serupa," jelas Twitter lewat akun @TwitterComms.
Sikap
Snapchat dan Twitter berbeda dengan yang diambil Facebook yang
memutuskan untuk membiarkan ucapan Trump di platform-nya.
CEO Facebook
Mark Zuckerberg mengatakan, unggahan tersebut tidak melanggar kebijakan
perusahaannya dan akan tetap online.
Meski demikian, dia pun menentang
sikap Trump.
Dalam postingannya, Zuckerberg mengatakan posisi
perusahaannya adalah untuk memungkinkan kebebasan berekspresi sebesar
mungkin, kecuali menyebabkan risiko bahaya atau menyebabkan bahaya yang
spesifik seperti yang dijelaskan dalam kebijakan.
"Saya sangat tidak setuju dengan bagaimana Presiden berbicara tentang
hal ini, tapi saya percaya orang-orang harus bisa melihat ini secara
langsung, karena pada dasarnya akuntabilitas untuk mereka yang berkuasa
hanya bisa terjadi jika ucapan mereka dicermati secara terbuka," tulis
Zuckerberg. |
0 komentar: