Aplikasi Canva sukses besar dan semakin populer di masa pandemi Corona. Pendirinya dan juga CEO, Melanie Perkins, baru saja dinobatkan menjadi wanita terkaya ranking tiga di Australia.
Tak
hanya itu, Perkins juga jadi miliarder (dalam dolar AS) termuda di
Negeri Kanguru.
Startup Canva yang ia kendalikan saat ini bernilai USD
8,77 miliar usai mendapatkan pendanaan terkini senilai USD 87 juta dari
beberapa investor termasuk Blackbird Ventures dan Sequoia Capital.
Pada
bulan Oktober 2019, kekayaan Perkins diestimasi USD 1,3 miliar. Nah
saat ini, hartanya diestimasi melonjak sampai USD 2,5 miliar atau di
kisaran Rp 35 triliun.
Perkins memulai Canva
pada tahun 2013 dengan misi membuat platform desain tersedia bagi
semua. Baik itu desain kartu nama, presentasi ataupun logo.
Ia
mendirikannya bersama sang tunangan, Cliff Obrecht.
Perkins masih
remaja 19 tahun ketika ide platform desain terbersit di benaknya, kala
ia dan Cliff mahasiswa di Perth. Waktu itu, ia merasa program desain
dari Microsoft atau Adobe susah digunakan.
"Orang harus
menghabiskan seluruh semester mempelajari di mana tombol-tombolnya dan
hal itu rasanya sungguh konyol," kata Perkins, dikutip dari
CNBC.
"Saya pikir di masa depan, semua itu akan menjadi online dan
kolaboratif serta jauh lebih sederhana ketimbang tool yang berat itu,"
tambah dia.
Tahun 2010, Perkins diundang ke San Francisco oleh
investor Bill Tai untuk mempresentasikan idenya tentang Canva. Bill puas
dan menghubungkannya dengan beberapa orang penting.
Pasangan muda itu berhasil memukau investor dengan ide Canva dan sudah punya tim sendiri. Tahun 2012, jajaran pimpinan ditambah oleh satu co founder lain, Cameron Adams.
Pada
pendanaan tahap perdana, perusahaan menerima USD 1,5 juta. Pada tahun
2013, meluncurlah Canva untuk publik.
Seiring berjalannya waktu, Canva
berhasil menarik minat banyak pengguna karena mudah dipakai dan
berkualitas. |
0 komentar: