Spoofing situs WHO.
Google Threat Analysis Group (TAG) menemukan adanya perusahaan hacker bayaran yang berbasis di India, yang menurut Google adalah pertama kalinya terjadi.
Divisi
keamanan Google tersebut mempublikasikan temuannya ini dalam laporan
terbarunya.
Dalam laporan tersebut analis Google mempublikasikan
sejumlah temuannya terkait tren serangan cyber terbaru.
Menurut
Google, serangan yang mendompleng virus Corona adalah salah satu tren
yang mengalami peningkatan paling tinggi pada Q1 2020.
Terjadi di banyak
negara dan melibatkan bermacam penjahat cyber.
"Kami melihat adanya aktivitas dari perusahaan hacker bayaran, banyak
yang berbasis di India, yang membuat akun Gmail menyerupai WHO," ujar
Shane Huntley, head of Google TAG.
Hacker bayaran ini menurut Google biasanya menjadikan para bos
perusahaan di sektor finansial, konsultan, dan kesehatan sebagai
targetnya.
Lokasi targetnya pun tersebar di beberapa negara seperti
Amerika Serikat, Slovenia, Kanada, India, Bahrain, Cyprus, dan Inggris.
Modus
kejahatan ini adalah dengan mengirimkan email yang 'memaksa' para
korbannya untuk mendaftar agar mendapat notifikasi langsung dari WHO
terkait informasi terbaru soal COVID-19, demikian dikutip dari
Zdnet.
Dalam email tersebut disertakan tautan
ke situs milik si penjahat yang menyerupai situs WHO.
Tentu saja dalam
situs tersebut dilengkapi laman untuk mencuri user ID dan password si
korban, dan terkadang juga nomor teleponnya.
Menurut Google,
perusahaan hacker bayaran ini bukan hal baru.
Perusahaan semacam ini
sudah lazim, namun biasanya berbasis di Eropa, Israel, dan sejumlah
negara Arab. Ini adalah pertama kalinya ada perusahaan sejenis yang
berbasis di India. |
0 komentar: