UAS bela Habib Rizieq: Dia cuma ajak umat tak pilih pemimpin kafir, salah?
Penceramah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) turut mendampingi Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab hari ini.
UAS, nampak ikut mengunjungi Pesantren Agrokultural Megamendung, Kabupaten Bogor, Jumat siang, 13 November 2020.
Dalam kunjungannya itu, UAS pun diminta untuk memberi tausiyah singkat.
Dengan berpakaian serba putih, UAS mengawali tausiyahnya dengan fenomena penjemputan Habib Rizieq sekembalinya ke Tanah Air.
Dia mengaku takjub ketika banyak umat muslim berbondong-bondong datang menjemputnya di Bandara Soetta.
Bahkan, dia turut menyinggung adanya aparat TNI yang dihukum bui usai ikut menyambut Habib Rizieq lewat teriakan.
UAS kemudian menyinggung, banyak orang yang dibuat takut untuk menjenguk beliau. “Apa dosanya, apa salahnya?” katanya disitat dalam saluran Youtube Front TV.
Sebab sejauh ini Rizieq dianggap tak pernah merugikan negara, termasuk sampai menjual aset negara kepada pihak lain.
Yang dia lakukan, kata UAS, hanya mengajak anak muda yang selama ini pencandu narkoba menjadi bertaubat kepada Allah.
Dia dinilai cuma membangkitkan anak-anak muda yang selama ini berzinah untuk takut kepada Allah. Dia juga dinilai hanya ajak yang berpakaian hitam berubah jadi pakaian putih.
“Dia hanya sedang menyadarkan umatnya supaya sadar politik itu, menjadi politik yang adil dan amanah.
Dia cuma mengajak umatnya supaya jangan memilih pemimpin kafir, salahkah perbuatannya? Tidak!” tegas UAS.
Sebab kita dinilai saat ini tingal di sebuah negara demokrasi.
Di mana di dalam dunia demokrasi siapapun berhak untuk mengajak dan menyuarakan kebenaran. “Dia tidak tidak melawan Ulil Amri, dia hanya melawan ketidakadilan.”
Dalam kesempatan itu, UAS pun bercerita perjalanannya untuk sekadar menemui Habib Rizieq, di Bogor.
UAS berangkat usai salat subuh menuju airport untuk terbang ke Jakarta.
Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menaiki mobil.
Namun, mobil yang dia tumpangi terhenti, lantaran jalanan tak bergerak atas sambutan masyarakat pada Habib Rizieq.
Akhirnya dia pilih melanjutkan dengan menumpang sepeda motor.
Tetapi, lagi-lagi motor pun tak bergerak. Sehingga dia memilih untuk berjalan kaki untuk sampai ke Ponpes binaan Habib Rizieq.
“Dalam hati saya, celaka itu buat orang yang mengatakan tidak ada orang yang menyambutnya.
Saya pikir hari ini sudah tidak ada orang lagi, saya bisa duduk berdua dengan beliau, saya tidak datang mau ceramah, saya tidak datang mau tausiyah di tabligh akbar. Ternyata yang menyambutnya sebanyak ini, seramai ini.”
Di dalam perjalanan sendiri, dia melihat bagaimana banyak sekali orang berjalan kaki, anak-anak muda berjalan kaki, begitu pula orang-orang tua, ibu-ibu duduk di pinggir jalan.
Katanya, apa yang membuat mereka datang ke mari? Satu cinta.
UAS kemudian menyinggung Habib Rizieq.
Menurutnya, kalau mau hidup tenang, tentu Rizieq sudah bisa lakukan, dengan anak, menantu, dan cucu-cucunya, dengan ilmunya pula, termasuk dengan majelis-majelisnya.
Tetapi, dia salut karena dia mesti bersusah payah menegakkan agama, kendati mesti difitnah.
UAS kemudian meminta agar masyarakat tak memfitnah Rizieq.
Sebab, dia adalah zuriat Nabi Muhammad, yang mesti dimuliakan. Walaupun dalam berdakwah, Rizieq dinilai mengikuti aliran Sayyidina Husein, yang menggelegar suaranya.
Tidak seperti Sayyidina Hasan, yang lembut sentuhan dakwahnya. Tetapi, kata UAS, kedua aliran ini dia cintai sama besar, karena keduanya dianggap sama-sama diridhoi Allah.
“Apakah bekalmu wahai Abdul Somad menghadap Allah, adakah ceramah-ceramahmu bisa dijadikan bekal menghadap Allah? Tidak, bisa saja sudah diambil oleh tatapan mataku berapa soal subscriber, follower, viewer.”
“Lalu apa yang bisa dijadikan bekal menghadap Rasulullah, aku hanya pernah mencintai keturunan nabi,” katanya sambil bercucuran air mata.
“Wahai saudara-saudaraku, pezinah, peminum khamar, kalau kalian belum mampu beramal soleh, paling tidak kalian tidak sakiti zuriyath rasul.
Jangan kalian keluarkan kata-kata fitnah. Bagaimana kalian akan menghadap Rasul,” kata UAS lagi seraya bercucuran air mata.
0 komentar: