Sosok Pavel Durov, Pendiri Telegram dan Hater WhatsApp

Pavel Durov adalah pria asal Rusia pendiri Telegram, yang selalu vokal terhadap WhatsApp. Seperti ini sosoknya.

"Celah keamanan WhatsApp berupa video corrupt ini ada tak hanya di iOS tapi juga Android dan bahkan perangkat Windows Phone. Artinya, seluruh perangkat mobile yang diinstall WhatsApp," tulis Durov di blog.

Durov bertemu dengan Menkominfo ketika itu, Rudiantara. Blokir Telegram akhirnya dibuka karena Durov menyanggupi blokir konten berbahaya.

Pavel Valerievich Durov lahir 10 Oktober 1984 di Leningrad, Rusia. Ia mengawali ketenarannya di jagat teknologi dengan mendirikan jejaring sosial yang populer di Rusia, VKontakte. Foto: Instagram @durov

Berlanjut pada awal tahun 2019, muncul kabar bahwa ponsel orang terkaya dunia, Jeff Bezos, diangkut informasinya karena malware yang dikirim melalui WhatsApp. Menurut dia, seandainya Bezos memakai Telegram, ia takkan kebobolan.

Durov di masa kecil. jelas kurang suka dengan WhatsApp. Tak cuma sekali pria asal Rusia itu melontarkan kritikan tajam pada aplikasi rival tersebut dalam tulisan panjang lebar. Sekadar kilas balik pada November 2019. Waktu itu, Durov menulis di blog yang menyarankan user untuk menghapus WhatsApp lantaran maraknya celah keamanan.

"Jadi aku menamainya VKontakte atau terhubung dan aku membuat semuanya dari nol, semua kodenya, desain dan strategi marketing," kisahnya.

"Zuckerberg beruntung karena dia belajar di Harvard dan di minggu pertama sudah bisa menarik teman-teman membantunya coding. Aku harus melakukan semuanya," imbuh lelaki usia 36 tahun itu.

Hasilnya, Durov menjadi incaran polisi dan dipaksa menjual VKontakte pada investor yang pro Kremlin. Dia dipecat dari jabatan CEO VKontakte dan terusir dari Rusia dengan kekayaan USD 300 juta.

"Kecuali Anda tak masalah semua foto dan pesan Anda terbuka untuk publik suatu hari, Anda harus menghapus WhatsApp dari ponsel Anda," cetus Durov pada ratusan ribu pengikutnya di channel Telegram.

Tapi pada tahun 2011, dia memicu masalah dengan Kremlin karena menolak menutup halaman milik aktivis oposisi yang memprotes kembalinya Vladimir Putin jadi presiden.

Ceritanya setelah lulus kuliah dari Saint Petersburg State University pada tahun 2006, Durov yang asli Rusia ini memutuskan mengembangkan bisnis teknologi dengan tujuan berhubungan dengan teman-temanya.

Setelah terusir dari Rusia itulah Durov mengembangkan Telegram yang diklaim layanan messaging teraman. Citra aman itu pula yang membuat Telegram disukai teroris, bahkan diancam pemblokiran di berbagai negara termasuk Indonesia. Benarlah di tahun 2017, Telegram sempat diblokir Kominfo dan Durov datang ke Indonesia untuk menjelaskan duduk permasalahan.

0 komentar: