Belajar dari Rumah Bebas Kuota Pakai Radio Komunitas

Guru mengajar dengan siaranRadio Komunitas di Pekalongan

 

Belajar dari rumah pada masa pandemi Corona bukan artinya harus boros kuota. Kalau mau tanpa kuota bisa kok dengan teknologi radio komunitas.

Itulah yang dilakukan di SDN 01 Tegalontar, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Ada cara unik yang digunakan para guru dalam memberikan pelajaran tanpa harus tatap muka kepada murid-murid kelasnya.

Ya, sudah sejak 26 Juni 2020, SD setempat memanfaatkan keberadaan sebuah radio komunitas sebagai media untuk proses belajar para siswa di rumah.

Awalnya, sekolah setempat menggunakan model daring pada umumnya, yang membutuhkan sebuah android sebagai sarananya.

Namun, karena dinilai tingkat kehadiran siswa kurang dari lima puluh persen, para guru berpikir keras untuk menjangkau para siswanya tetap belajar tanpa harus menggunakan android.

"Ternyata dari evaluasi setelah sebelumnya kita lakukan daring, dari 289 siswa yang ada, hanya 244 atau 50 persen terlayani (pendidikan).

Sebagian tidak," kata Yoso Kepala Sekolah SDN 01 Tegalontar, saat ditemui detikcom di kantornya.

Menurut Yoso, sebagian besar muridnya yang berjumlah 245 siswa tidak terlayani pendidikan melalui daring. Salah satunya karena tidak memiliki HP android.

"Tidak memiliki android sebagian besarnya. Kalau punya pun, kuota yang tidak ada. Karena itulah kita berpikir bagaimana caranya agar layanan pendidikan ini bisa menyentuh semua murid," katanya.

Hingga akhirnya ditemukan cara murah meriah yakni dengan cara melalui radio komunitas. Dengan radio komunitas ini akan menjangkau semua siswanya untuk belajar dari rumah.

"Radio di tempat kami sangat familiar. Di HP android pun ada fasilitas radionya.

Ya kita akhirnya memanfaatkan radio komunitas yang ada untuk bisa menjangkau semua anak-anak," katanya.

Hanya saja di awal pelaksanaannya diakuinya para guru memang harus menyesuaikan belajar menjadi penyiar agar materi pembelajaran dapat diterima oleh para siswa walaupun tanpa harus bertatap muka.

"Kita belajar menjadi penyiar agar materi pelajaran kita bisa mudah dipahami siswa," kata Uci Kursih guru Kelas V SDN 01 Tegalontar, saat ditemui usai melakukan recording di Radio Komunitas Sragi.

Bagi Uci, dirinya harus bisa menyesuaikan dari yang biasanya mengajar bertatap muka kini hanya berhadapan dengan operator radio komunitas.

Setiap hari, radio komunitas ini akan menyiarkan mata pelajaran di sekolah pada pukul 09.00-12.00 WIB.

Dari jam-jam tersebut akan disiarkan berbagai tema pelajaran sesuai dengan kelasnya masing-masing. Siaran ini pun akan diulang kembali pada sore hari.

Rata-rata satu tema pelajaran akan menghabiskan waktu sekitar 30 menit dalam satu siaran.

 

Suasana belajar dari rumah dengan radio


Para siswa SDN 1 Tegalontar, 30 menit sebelumnya bersiap di depan radio dengan menggunakan seragam sekolah.

Biasanya para siswa akan membentuk satu kelompok berisi lima siswa untuk belajar bersama, tentunya dengan protokol kesehatan dan jaga jarak.

Kelompok kecil ini biasanya terdiri dari anak-anak yang jarak rumahnya berdekatan. Mereka akan selesai sekolah pada pukul 12.00 WIB.

saya mencoba melihat langsung suasana belajar di rumah salah satu orangtua siswa.

Benar adanya ada kerumunan kecil yang berseragam tengah memperhatikan siaran radio dari gurunya.

Satu kelompok kecil ini mendengarkan suara radio sembari membuka buku paket yang sebelumnya telah dibagi oleh pihak sekolah. Salah satu murid mengaku senang karena bisa belajar seperti layaknya di sekolah.

"Senang bisa belajar seperti ini di rumah pakai seragam. Kangen sekolah juga," kata Muhamad Nadief Azam (10) salah satu siswa kelas V SDN 01 Tegalontar.

Hari ini, memang rumahnya dijadikan belajar bersama empat temanya. "Biasanya gantian rumahnya, besok ke rumahnya Rio," tambahnya.

Sementara itu, orangtua Muhamad Nadief Azam yakni Ahmad Junaedi (44) mengaku merasa senang dengan sistem belajar melalui radio ini.

"Ya kita bisa ikut mendengarkan dan ikut belajar juga. Apalagi anak-anak ini datang ke rumah tetap menggunakan seragam. Itu tandanya mereka tetap semangat belajar walaupun di rumah," katanya.

Radionya sendiri juga tidak terlalu sulit. Setiap rumah ada radio dan orangtua bisa ikut memantau jalannya pembelajaran di rumah. Cara ini lebih murah daripada kuota internet.

"Dengan radio, jajan kuota pulsa juga berkurang. Kita sama sekali tidak membelinya. Cukup dengarkan radio. Kalau di desa sini setiap rumah ada radio.

Belum lagi android juga ada fasilitas radio tanpa harus mengeluarkan kuota juga," katanya.

Menurutnya dengan cara belajar seperti ini para siswa juga dilatih berdisiplin waktu karena setiap kelas dan tema pelajaran berbeda waktunya.

"Otomatis ya jadi ada disiplin waktu. Jadi mereka tidak seenaknya bermain kesana-kemari apalagi harus pegang HP. Takut juga anak pegang HP kalau digunakan ke tidak yang baik," katanya.

0 komentar: