Ketika meneliti Benua Sundaland di Indonesia, ilmuwan sering menemukan fosil di sungai dan gua. Kenapa bisa begitu?
"Sebenarnya
bukan cuma tepi sungai, tapi area yang secara geologis dulunya ada
air," kata pakar Paleontologi ITB Profesor Yahdi Zaim.
Tepi Sungai Bengawan Solo memang banyak ditemukan fosil. Sangiran bukan tepi sungai, tapi banyak fosil juga.
"Sangiran itu dulu danau. Kalau Majalengka dan Sumedang dulunya juga
danau, sekarang tinggal sungai. Kami pernah menemukan fosil gading
gajah," kata dia.
Sumber air pada Zaman Es di Benua Sundaland, Indonesia memegang peranan penting untuk kehidupan. Fauna besar di zaman purba harus hidup dekat air karena banyak makanan.
"Paling gampang ya dekat sungai," imbuhnya.
Sedangkan, gua menawarkan perlindungan untuk manusia purba dari
hujan, panas dan binatang buas.
Gua juga jadi sarang untuk burung dan
kelelawar selama ratusan ribu tahun dan menyediakan tinja yang menjadi
fosil dan penuh bukti organisme.
Itu sebabnya gua begitu ideal untuk
mencari bukti kehidupan Zaman Es di Sundaland.
Menurut
Yahdi, tim ilmuwan Indonesia dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
(Arkenas) bersama banyak tim lain, bekerja sama dengan peneliti
Australia saat ini juga masih aktif melakukan penggalian. Mereka ada di
Liang Bua dan Matamenge, Flores.
"Tim Sangiran juga masih meneliti. Ada di Bumiayu, ada juga di Punung, Pacitan. Semua jalan terus," pungkasnya. |
0 komentar: