Perempat Final Piala Dunia 2002 Inggris vs Brasil


Saya mulai mengikuti perhelatan akbar Piala Dunia ketika Prancis menjadi tuan rumah tahun 1998. Empat tahun sebelumnya saya masih terlalu kecil untuk tahu bagaimana serunya Piala Dunia yang bisa menghipnotis para pria dewasa di lingkungan saya tumbuh besar rela mengesampingkan berbagai hal guna menyaksikan dan memperbincangkan Piala Dunia.
Sejak saya mulai mengikutinya, jika ditanya mengenai salah satu pertandingan yang paling saya ingat tentu dengan senang hati saya akan menjawab pertandingan perempat final antara Inggris melawan Brasil di Piala Dunia 2002. Bukan hanya lantaran saya merupakan penggemar Brasil, tetapi juga bagaimana adu kreativitas, gengsi, emosi, dan keberuntungan berbaur menjadi satu.
Seperti dalam berbagai edisi turnamen akbar sepak bola sekelas Piala Dunia maupun Piala Eropa, Inggris selalu datang dengan predikat sebagai tim calon juara. Setidaknya itulah yang disematkan oleh media dan publik Inggris. Begitu pula ketika The Three Lions berangkat ke Korea Selatan dan Jepang. Tim yang diarsiteki Sven Goran Eriksson ini dipercaya akan membawa Piala Dunia kembali ke Inggris setelah pertama dan terakhir kalinya mereka juara tahun 1966.
Saking percaya dirinya publik Inggris bahwa tim mereka akan menjadi juara, mereka sampai lupa bahwa untuk bisa lolos ke Piala Dunia, mereka membutuhkan goal that shook the world. Gol tendangan David Beckham ke gawang Yunani di Old Trafford pada menit 93 yang menyamakan kedudukan menjadi 2-2 sekaligus memastikan Inggris ke Piala Dunia. Sederhananya, saya ingin mengatakan bahwa tim Inggris edisi saat itu sebenarnya biasa saja, yang bikin mereka luar biasa adalah pemberitaan yang memang kerapkali dibesar-besarkan. Baik buruknya skuat Inggris pada masa kapanpun, anggaplah Inggris tetap merupakan tim besar dan perlu ditempatkan sebagai salah satu kandidat juara.
Sementara Brasil, negara dengan empat gelar juara Piala Dunia juga tidak terlalu mulus melaju ke putaran final. Mereka dianggap tidak punya performa yang bagus selama kualifikasi. Tangan dingin Luiz Felipe Scolari dianggap menodai sepak bola Brasil dengan menyulap tim ini dari yang dikenal sebagai tim paling menghibur menjadi tim yang hanya mengejar kemenangan dan menghalalkan segala cara agar menang, termasuk bermain keras. Brasil juga kehilangan kapten mereka, Emerson, yang mengalami cedera saat pemusatan latihan di Kuala Lumpur, Malaysia, yang bertujuan untuk aklimatisasi cuaca Asia. Tapi, seperti yang sudah-sudah, Brasil adalah tim turnamen seperti Jerman yang tetap perlu diwaspadai dan memang mereka bisa mengeluarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya ketika turnamen digelar.

Jalannya pertandingan
Pertandingan di hari Jumat yang terik, 21 Juni 2002 di Stadion Shizuoka, Jepang, Inggris mengenakan seragam utamanya, putih hitam. Sementara Brasil dengan jersey away nya kombinasi biru dengan putih.
Inggris bermain dengan pola 4-4-2. David Seamen dipercaya sebagai penjaga gawang dengan dilapis empat pemain bertahan, Sol Campbell, Rio Ferdinand, Ashley Cole, dan Danny Mills. Kapten David Beckham menempat pos nya di kanan dengan Trevor Sinclair di sisi kiri. Dua gelandang tengah dipercayakan pada Paul Scholes dan Nicky Butt. Michael Owen dan Emile Heskey menjadi andalan di lini depan.
Sementara Brasil bermain dengan pola 4-3-1-2. Marcos dipilih sebagai kiper utama. Lini belakang dihuni oleh Roque Junior, Lucio, Cafu, dan Roberto Carlos. Tiga gelandang dihuni oleh Gilberto Silva, Edmilson, dan Kleberson. Ronaldinho yang sedang bersinar di PSG dan siap untuk bermain bagi klub besar Eropa ketika itu diberi peran sebagai penyerang lubang dengan kebebasan berkreasi. Di depan, tidak ada yang lebih baik dibanding duet Ronaldo dengan Rivaldo.
Piala Dunia 2002 membuktikan bahwa Ronaldo dan Rivaldo bisa bekerjasama dengan baik serta meredam ego pribadinya masing-masing. Felipao, sapaan akrab Felipe Scolari, berhasil memberi peran yang berbeda untuk Ronaldo dan Rivaldo agar saling mendukung. Yang terpenting, dia mampu membuat Rivaldo bersedia menjadi “pelayan” bagi Ronaldo yang diserahi tanggung jawab sebagaitarget man.
Sejak menit awal Inggris lebih mendominasi penguasaan bola. Meski Brasil sesekali bisa melancarkan serangan. Di awal pertandingan, Inggris memang nampak solid. Hal itu membuat mereka berhasil unggul lebih dulu.
Menit 23, Inggris unggul lebih dahulu melalui Michael Owen. Mills memberi bola kepada Heskey yang mulai menusuk ke dalam dari sisi kanan. Penyerang keling ini kemudian memberi umpan kepada Owen. Bola menuju Owen berhasil dibaca oleh Lucio, sayang bek tengah ini gagal menyapu bola dengan baik dan berhasil direbut oleh Owen yang langsung berlari menuju kotak penalti. Dengan tendangan chip indahnya berhasil mengelabui Marcos dan membuat Inggris unggul 1-0 untuk sementara waktu.

Menjelang berakhirnya babak pertama Brasil mulai memperoleh kesempatan menguasai bola dan memberi ancaman. Ronaldo dan Rivaldo mulai lebih sering memperoleh ruang merangsek masuk ke kotak penalti.
Memasuki injury time, 45+2 Ronaldinho memperoleh bola di tengah lapangan. Dia mulai menari dengan irama rancak dan cepat membingungkan pemain Brasil. Dia lalu mengelabui Cole yang lantas diikuti dengan memberi umpan ciamik pada Rivaldo di sisi kiri kotak penalti Inggris. Dari sudut sempit, Rivaldo melesakkan bola dengan kaki kirinya, bola tendangannya yang mengarah ke sudut kanan gagal dijangkau oleh Seaman.

Memasuki babak kedua, tepatnya di menit 50 Scholes melakukan pelanggaran yang membuat Brasil memperoleh tendangan bebas dari jarak sekitar 35 yards di sisi kanan serangan Brasil. Ronaldinho bukannya memberi umpan untuk pemain Brasil justru mengeksekusinya langsung ke gawang. Bola lambung menghujam sisi kanan atas gawang Inggris. Seaman yang terlalu maju gagal mengamankan bola tersebut. Senyum di wajah Ronaldinho pun semakin mengembang sembari mempertontonkan gigi tonggosnya.
Sayangnya enam menit kemudian, The Man Show, julukan Ronaldinho, justru harus menerima ganjaran kartu merah dari wasit asal Meksiko, F. Ramos Rizo setelah menginjak kaki Danny Mills. Ronaldinho pun melangkah keluar lapangan dengan tetap tersenyum lebar.

Inggris yang unggul jumlah pemain gagal memanfaatkan keadaan. Mereka menguasai bola lebih banyak tetapi tidak kreatif untuk menciptakan peluang. Tak ada gol tambahan yang tercipta, Brasil pun melenggang ke semi final untuk jumpa Turki.
Sihir Ronaldinho
Ronaldo de Assis Moreira, nama lengkap Ronaldinho, jelas menjadi pemain paling penting dalam pertandingan ini. Dialah pahlawan kemenangan Brasil berkat assistnya kepada Rivaldo yang menyamakan kedudukan dan gol kemenangannya yang oleh banyak kalangan dianggap ajaib.
Perihal gol tersebut banyak yang bertanya apakah ketika mengambil tendangan bebas dia sengaja mengarahkan langsung ke gawang ataukah sebenarnya dia ingin memberi umpan kepada rekannya yang berjubel di kotak penalti Inggris?
Februari tahun lalu, saat Brasil akan melakoni pertandingan persahabatan melawan Inggris, Ronaldinho mengutarakan pikirannya tentang gol tersebut pada The Guardian. “Saya tahu David Seaman maju terlalu jauh dari garis gawangnya, dan saya tahu jika saya menempatkan bola yang sulit dijangkau saya bisa membuatnya dalam masalah. Jadi, saya memang bermaksud untuk melakukan tendangan bebas langsung. Itu bukan suatu keberuntungan,” tungkas Ronaldinho.
Sementara berdasarkan cerita dari Danny Mills berbicara lain. Menurutnya, seusai pertandingan Rio Ferdinand menjumpai Ronaldinho dan menanyakan perihal tendangan bebas tersebut. Ronaldinho hanya mengangkat bahu dan meringis seperti dia biasa tersenyum lebar. Perasaan malu tersebut membuat Mills dan Rio yakin kalau sebenarnya itu merupakan umpan lambung yang salah arah.
Apapun yang sebenarnya dipikirkan oleh Ronaldinho hanya dia dan Tuhan yang tahu. Yang kini publik dunia tahu, sihirnya berhasil membenamkan Inggris sekaligus mengantarkan Brasil meraih gelar Piala Dunia kelimanya.

Siapa yang layak disalahkan atas kekalahan Inggris?
Ketika Inggris kalah tentu cerita tidak akan berakhir di situ. Masih ada drama dan tentu perlu ada pihak yang layak dipersalahkan untuk kekalahan tersebut.

Ada dua pemain yang dianggap biang kekalahan Inggris. Pertama, David Beckham, lantaran tindakannya yang memilih untuk melompat untuk menghindari tekel yang membuat Brasil menguasai bola yang berujung pada gol penyama kedudukan. Yang kedua tentu David Seaman berkat “kecerobohan” mengantisipasi tendangan bebas Ronaldinho. Seaman benar-benar terpukul dengan gol tersebut dan dia menyalahkan diri atas kekalahan Inggris ketika itu. Semua pemain Inggris menghiburnya. Eriksson pun mencoba berbicara padanya bahwa dia sudah membantu Inggris lolos ke putaran final dan bermain sangat baik di turnamen. Kesalahan tersebut hanya satu diantara banyak penyelamatan yang pernah dia lakukan.
Sementara Eriksson lebih suka menuding kebijakan Liga Inggris yang meniadakan libur musim dingin. Menurutnya, dia memiliki skuat yang bagus tetapi dalam kondisi yang kelelahan. Dia menurunkan tiga pemain Manchester United di lini tengah, Beckham, Scholes, dan Butt. Ketiganya sudah lelah ketika berangkat ke Korea dan Jepang setelah menjalani musim yang panjang bersama United. Begitu pula yang terjadi pada pemain lain. Salah satu faktor inilah yang ditulis oleh Simon Kuper dalam buku Soccernomics. Bagaimanapun hingga kini FA belum mengubah regulasi untuk memberi jeda musim dingin Liga Inggris.
Tony Adams, legenda hidup Arsenal dan Inggris, lebih melihat bahwa Eriksson lah yang layak dipersalahkan. Kesalahan taktik Eriksson yang membiarkan Brasil mengambil kendali permainan ketika sudah unggul satu gol justru merugikan timnya sehingga mudah dieksplorasi oleh para pemain Brasil yang memang punya kreativitas. Hal senada juga diungkapkan oleh Scolari, yang mengatakan alur rotasi pemain dan bola Inggris tidak berjalan dengan baik sehingga itu menyulitkan diri mereka sendiri.
Bagaimanapun hingga kini, dua belas tahun setelah kegagalan di Piala Dunia 2002, Inggris tak pernah banyak berbenah. Gaya permainan mereka tak banyak berubah bahkan mereka sempat tak lolos ke Piala Eropa 2008. Tapi, sekali lagi kita semua harus ingat, Inggris tetaplah salah satu tim kuat yang layak berpredikat sebagai calon juara Piala Dunia 2014. Setidaknya itulah yang ada di benak orang Inggris dan para fan yang tersebar di seantero dunia.

0 komentar: