Brasil 3-2 Belanda Piala Dunia 1994


Salah satu pertandingan klasik Piala Dunia yang diingat oleh publik sepak bola merupakan duel antara tim Samba Brasil dengan Belanda ketika Amerika Serikat menjadi tuan rumah. Adu strategi antara Brasil yang dikenal memiliki permainan sepak bola rancak dengan sentuhan bola yang ajaib nan menghibur melawan Belanda yang memainkan gaya total football jelas menjanjikan pertandingan menarik dan memanjakan penikmat sepak bola.
Pertandingan perempat final digelar tanggal 9 Juli 1994 di Stadion Cotton Bowl, Dallas. Kedua tim sama-sama difavoritkan menjadi juara di event empat tahunan ini. Carlos Dunga memimpin pasukan Brasil memasuki lapangan dengan kostum biru putih. Sementara skuat Belanda dikapteni oleh Ronald Koeman mengenakan perpaduan baju putih dengan celana oranye.
Carlos Alberto Parreira, pelatih Brasil, menurunkan skema 5-3-2 dengan dua bek sayap yang agresif sehingga bisa berotasi menjadi 3-5-2 saat menyerang. Claudio Taffarel mengisi pos penjaga gawang. Lima pemain belakang adalah Jorginho, Branco, Aldair, Marcio, dan Mazinho. Tiga posisi gelandang tengah diisi oleh Mauro Silva, Dunga, dan Zinho. Duet penyerang dihuni dua striker yang sedang berjaya di Liga Spanyol pada masa itu, Bebeto dan Romario.
Sementara Belanda yang diarsiteki oleh Dick Advocaat meladeni permainan Brasil dengan pola menyerang 2-5-3. Pola ini bisa menyerupai 4-3-3 pula seperti yang umumnya digunakan oleh Belanda selama ini. Ed de Goey dipercaya sebagai kiper yang dilapis dua bek tengah Stan Valckx dan pemain kawakan, Ronald Koeman. Lima gelandang diserahkan pada Rob Witchge, Jan Wouters, Wim Jong, Aron Winter, dan dikomandoi oleh gelandang flamboyan Frank Rijkaard. Marc Overmas, Dennis Bergkamp, dan Peter van Vossen diserahi tugas untuk mendobrak pertahanan Brasil.
Jalannya pertandingan
Pertandingan berlangsung sejak menit pertama dengan kedua tim saling jual beli serangan. Meskipun kedua tim mencoba menciptakan banyak peluang, namun tak ada satupun gol yang tercipta di babak pertama.
Baru ketika pertandingan memasuki menit 52 Brasil memecahkan kebuntuan terlebih dahulu melalui gol yang dicetak oleh Romario setelah menerima umpan menyilang di dalam kotak penalti dari Bebeto. Penyerang Deportivo La Coruna tersebut menerima umpan lambung dari belakang di sisi kanan pertahanan lawan. Setelah berhasil menusuk ke dalam kotak penalti, Bebeto memberi umpan setengah badan yang langsung disambar oleh Romario dengan kaki kanannya. Bola deras masuk ke gawang tanpa bisa dijangkau oleh Ed de Goey.

Sepuluh menit kemudian giliran Bebeto yang mencetak gol. Branco memberi umpan lambung langsung ke jantung pertahanan Belanda menuju Romario. Sayang Romario gagal mengontrol bola yang memantul tersebut. bola liar justru jatuh ke kaki Bebeto yang langsung berlari ke arah gawang. Setelah berhasil menghindari tekel dari Jan Wouters, Bebeto melewati De Goey dengan liukan yang indah. Bola pun diceploskan ke gawang yang sudah kosong.
Berselang dua menit, Dennis Bergkamp memperkecil kedudukan menjadi 1-2 setelah mencetak gol indah melalui sudut sempit. Bermula dari lemparan ke dalam yang dilakukan oleh Rob Witschge, bola dilambungkan ke arah kotak penalti. Bergkamp yang sudah menanti langsung berlari kencang dikawal oleh tiga bek Brasil. Tak menyia-nyiakan kesempatan, penyerang yang bersinar bersama Arsenal tersebut langsung melepaskan sontekan ke arah tiang jauh yang gagal dijangkau Taffarel.
Semangat juang Belanda tak hanya sampai disitu. Di menit 76, Aron Winter menyamakan kedudukan. Dalam situasi sepak pojok, Overmars yang mengeksekusi dari sisi kanan pertahanan Brasil melepaskan bola melambung ke dalam kotak penalti. Sembari melompat Aron Winter menyundul bola mendahului Taffarel yang maju hendak memotong bola.
Gol penyama kedudukan tersebut jelas menyentak Brasil sekaligus menaikkan tensi pertandingan. Laga pun berlangsung semakin seru di empat belas menit yang tersisa.
Brasil akhirnya berhasil memastikan kemenangan setelah gol tendangan bebas cantik dari Claudio Leal Branco. Pemain asal Fluminense tersebut berhasil mengeksekusi tendangan bebas dari jarak sekitar 25 yards setelah sebelumnya dirinya dilanggar oleh pemain Belanda. Bola kencang yang dilepaskannya melesak masuk ke pojok kiri gawang De Goey.
Belanda gagal menyamakan kedudukan hingga wasit Rodrigo Badilla Sequiera asal Kosta Rika meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir. Pertandingan yang memuaskan 63.500 penonton yang hadir di stadion dan jutaan lainnya yang menyaksikan langsung dari layar televisi.
Selebrasi menimang bayi Bebeto
Di luar adu strategi yang ciamik antara kedua tim, laga ini mencatat setidaknya dua hal penting yang diingat hingga sekarang. Yang pertama jelas ketika Bebeto merayakan gol yang dicetaknya di menit 62. Bukan proses gol yang kerap dibicarakan hingga sekarang, melainkan gaya selebrasi yang dilakukan oleh Bebeto.
Sesaat setelah melesakkan bola yang membawa Brasil unggul 2-0, Bebeto langsung berlari ke sisi lapangan sembari menggoyangkan tangannya seperti gaya orang sedang menimang bayi. Selebrasi “rock the cradle” tersebut kemudian diikuti oleh Romario dan Mazinho yang berlari mengejar Bebeto untuk ikut merayakan gol tersebut.

Gol dan Selebrasi Bebeto

Inilah gol Bebeto yang membawa Brasil memimpin 2-0 atas Belanda di Piala Dunia 1994. Lihatlah selebrasi Bebeto yang memeragakan adegan menimang bayi untuk menunjukkan cintanya kepada sang anak, Mattheus, yang baru lahir beberapa hari sebelumnya.
Selebrasi tersebut dimaksudkan tidak hanya untuk merayakan gol melainkan juga merayakan kelahiran putra Bebeto yang bernama Mattheus yang lahir beberapa waktu sebelum laga akbar tersebut berlangung. Hampir dua puluh tahun setelah Bebeto “menimang bayi” di tengah teriknya cuaca di Amerika Serikat ketika itu, Mattheus sudah menjelma menjadi calon bintang sepak bola Brasil.
Matthaeus yang merupakan bagian dari timnas U-20 Brasil dan klub Fluminiense akan bergabung dengan Juventus musim panas 2014 setelah disepakati transfer senilai 2 juta euro.
Tendangan bebas khas Amerika Latin
Momen kedua yang juga bisa disebut salah satu momen tak terlupakan adalah tendangan bebas Branco yang memastikan kemenangan Brasil atas Belanda. Gaya mengambil tendangan bebas Branco tersebut sangat khas Amerika Latin.
Bersiap menendang dengan kaki kiri, Branco mengambil ancang-ancang yang cukup jauh. Setelah berlari kecil, Branco lalu melebarkan langkah larinya hingga menendang bola dalam kecepatan tinggi menggunakan bagian luar kaki kirinya. Caranya berlari sebelum menendang bola memberi tekanan kuat pada bola yang ditendangnya sehingga hasil tendangannya pun bergulir deras sehingga sulit dijangkau oleh Ed de Goey.
Sebelum gol terjadi, Branco juga melakukan tendangan bebas dengan gaya serupa. Tetapi, bola hasil tendangannya masih mampu dijangkau oleh Ed de Goey. Pada percobaan pertama, bola mengarah ke pojok kanan atas gawang. Ed de Goey yang tinggi tidak terlalu kesulitan menepisnya. Sementara dalam percobaan kedua bola yang sedikit melambung menukik ke bawah sehingga sulit dijangkau oleh Ed de Goey.
Tendangan bebas gaya ini kemudian semakin populer setelah Roberto Carlos kerap melakukannya semasa bermain bagi Real Madrid juga Brasil seperti yang dilakukannya di Piala Dunia 1998 di Prancis. Menariknya Branco sebenarnya bukan pemain inti. Dia bermain untuk menggantikan Leonardo yang absen setelah menerima kartu merah saat pertandingan melawan Amerika Serikat.
Setelah kemenangan ini Brasil yang melaju ke semi final berhasil mengkandaskan Swedia dengan skor tipis 1-0. Di final Brasil menyudahi perlawanan Italia melalui drama adu penalti, unggul tipis 3-2 setelah bermain imbang 0-0 sepanjang 120 menit pertandingan. Brasil pun menjadi juara dan menjadi negara pertama yang menjuarai Piala Dunia sebanyak empat kali. Brasil hingga kini memegang rekor sebagai negara paling banyak menjuarai Piala Dunia dengan torehan lima gelar.



0 komentar: