Masa Keemasan Bayern Muenchen di Pertengahan 1970-an
Pertandingan final Piala Champions (format lama Liga Champions) musim 1973/74 yang berlangsung pada tanggal 15 Mei 1974 telah memasuki detik-detik terakhir babak kedua perpanjangan waktu. Papan skor menunjukkan keunggulan 1-0 Atletico Madrid atas Bayern Muenchen.
Seluruh ofisial serta fans Atletico Madrid telah bersiap menyambut pesta. Hans-Georg “Katsche” Schwarzenbek yang merupakan duet Franz Beckenbauer di jantung pertahanan Die Roten membawa bola sejenak, sejurus kemudian ia mengambil ancang-ancang untuk menendang. Akhirnya bola ditendang, meluncur rendah namun deras melewati gerombolan pemain yang berada di sekitar titik putih. Sang penjaga gawang berusaha menjangkau bola, namun gagal. Sejenak seluruh penonton yang berada di stadion Heysel, kota Brussels terhenyak. Kurang dari semenit kemudian sang pengadil meniup peluit panjang.
Format Piala Champions saat itu mengharuskan kedua tim menjalani laga replay. Dua hari setelah pertandingan tersebut, masih bertempat di stadion yang sama, Gerd Muller dan Uli Hoeness bergantian menjebol gawang Miguel Reina sebanyak 4 kali tanpa bisa dibalas satu pun gol oleh pasukan kota Madrid ini. Sebuah kesuksesan yang menjadi awal dari keberhasilan dalam menguasai ajang ini selama tiga musim berturut-turut, sekaligus menyamai rekor Ajax Amsterdam yang saat itu bercokol sendirian di puncak daftar juara Piala Champions terbanyak.
Kerangka utama tim
Tulang punggung tim saat itu adalah trio Sepp Maier, Franz Beckenbauer serta Gerd Muller. Pengaruh mereka sangat kuat di Bayern, bahkan peran vital mereka juga membantu timnas Jerman Barat dalam merengkuh titel juara dunia 1974. Maier adalah penjaga gawang legendaris yang hanya bermain untuk satu klub sepanjang karir sepak bolanya, yakni Bayern. Penjaga gawang yang dijuluki “Si Kucing dari Anzing” ini juga memegang rekor penjaga gawang yang paling sering membela timnas Jerman hingga saat ini.
Berposisi di depan Maier berdiri seorang jenderal yang siap menghalau segala serangan yang mendekati gawangnya, Beckenbauer. Sejatinya seorang bek tengah tugasnya adalah bertahan, namun posisi libero memberikan tugas tambahan kepada bek tersebut yakni menjadi orang pertama dalam memulai sebuah serangan. Beckenbauer adalah sosok yang sanggup menerjemahkan serta memerankan posisi libero dengan sangat brilian. Ban kapten klub dan timnas hampir selalu terlilit di lengan pemain dengan caps 103 untuk timnas Jerman ini. Der Kaizer, demikian julukannya, adalah sosok yang sanggup membendung keperkasaan total voetbal milik Belanda yang bertumpu pada si jenius Johan Cruyff saat keduanya bersua di final Piala Dunia 1974. Ia tercatat membela Bayern selama 13 musim dari 1964 hingga 1977 dan bermain di lebih dari 400 pertandingan serta mencetak 60 gol.
Sosok ketiga yang menjadi tulang punggung kesuksesan Bayern Muenchen di pertengahan 70-an adalah penyerang haus gol Gerd Muller. Penyerang bertubuh mungil ini hingga kini memegang rekor pencetak gol terbanyak di Bundesliga dengan 365 gol dari 427 laga. Pada Bundesliga musim 1971/72, striker yang dikenal sangat cepat dan gesit ini membobol gawang lawan sebanyak 40 kali, sebuah rekor yang tidak bisa disamai oleh pemain mana pun di Bundesliga hingga kini.
Pelatih
Keberhasilan Bayern menjadi sebuah tim yang disegani hingga ke level Eropa merupakan hasil kerja keras Udo Lattek. Pelatih berkebangsaan Jerman ini menangani Bayern sejak tahun 1970. Meskipun pada awalnya sempat menuai protes dari beberapa pihak karena dirinya memang belum pernah sekalipun menangani klub, namun Lattek mampu membuktikan anggapan tersebut salah dengan memenangi DFB Pokal (Piala Jerman) pada tahun pertamanya.
Kesuksesan Lattek dalam menjuarai Piala Champions dilanjutkan oleh suksesornya, Dettmar Cramer. Pelatih yang dikenal sebagai “Football Professor” karena kegemarannya akan hal-hal detil dalam permainan sepak bola ini hanya menangani Bayern selama 2,5 tahun sejak Januari 1975 hingga November 1977. Meski pada awalnya ia juga bernasib sama dengan Udo Lattek yakni diprotes oleh pihak pihak yang tidak menyukainya, namun pelatih yang bertubuh pendek ini tak butuh waktu lama untuk membuktikan kejeniusannya dengan membawa Bayern Muenchen juara Piala Champions 2 musim berurutan 1975 dan 1976.
Piala Champions 1975 dan 1976
Bayern kembali berhasil mencapai partai puncak turnamen antar klub paling bergengsi di Eropa Piala Champions pada musim 1974/75. Lolos otomatis karena berpredikat sebagai juara bertahan, pada undian pertandingan pertama fase knockout Bayern mendapatkan bye sehingga baru bermain di pertandingan kedua melawan Magdeburg, sesama klub Jerman tapi dari negara tetangga, Jerman Timur. Bayern menang dengan agregat 5-3 di mana Mueller mencetak 4 dari 5 gol Bayern.
Di perempat final Bayern melewati klub semenjana asal Armenia, Ararat Yerevan dengan agregat 2-1. Unggul 2-0 di pertemuan perdana, Bayern mesti takluk dari Ararat dengan skor 1-0. Di semi final Bayern juga sukses mengungguli wakil Prancis Saint Etienne dengan agregat 2-0.
Di partai final Bayern ditantang oleh wakil Inggris, Leeds United. Leeds sendiri adalah klub Inggris pertama yang sanggup mencapai laga puncak Piala Champions setelah Manchester United melakukannya pada tahun 1968.
Laga puncak antara juara bertahan melawan klub Inggris yang juga sedang mengalami masa keemasan di bawah manajer legendarisnya Don Revie berlangsung alot dan dibumbui kontroversi. Sebuahhandball serta pelanggaran yang dilakukan oleh Der Kaizer Beckenbauer tidak direspon oleh sang pengadil. Gol yang dicetak gelandang Leeds asal Skotlandia, Peter Lorimer, pun dianulir wasit setelah hakim garis menyatakan kapten Leeds Billy Bremner berada di posisi off side.
Bayern pun juga merasa dirugikan berkat dua buah pelanggaran yang mengakibatkan cederanya bek Bjorn Andersonn dan penyerang Uli Hoeness di babak pertama. Dua gol dari Franz Roth dan Mueller di babak kedua akhirnya mengantarkan Bayern menjadi juara Piala Champions kali kedua secara beruntun.
Pada musim berikutnya, Bayern Muenchen berhasil memperbaiki posisi mereka di klasemen Bundesliga dengan finish di posisi 3. Bayern kembali lolos ke Piala Champions berkat status juara bertahan. Bayern mengalahkan klub asal Luxemburg, Jeunesse Esch, dengan agregat 8-1 pada babak pertama Piala Champions musim 1975/76.
Klub Swedia Malmo FC menjadi klub kedua yang disingkirkan Bayern dari ajang ini setelah kalah dengan agregat skor 1-2 di babak 16 besar. Gerd Muller dan Rummenigge mencetak 3 dari 5 gol saat Bayern mengalahkan Benfica di perempat final dengan agregat 5-1. Di semi final giliran raksasa Spanyol Real Madrid yang harus pulang dari turnamen ini setelah tunduk dari Bayern dengan agregat skor 1-2.
Partai puncak yang berlangsung di Stadion Hampden Park, kota Glasgow menghadirkan wakil Prancis Saint Etienne sebagai lawan Bayern. Roth yang menerima assist dari Der Kaizer kembali menjadi pahlawan bagi Bayern setelah gol tunggalnya di laga ini menghasilkan trofi ketiga secara beruntun bagi Bayern. UEFA membuat kebijakan bahwa hanya klub yang pernah menjuarai Liga Champions 5 kali atau 3 kali secara beruntunlah yang berhak menyimpan trofi asli Liga Champions. Bayern adalah klub ketiga yang berhak mendapatkan kehormatan tersebut setelah Real Madrid menjuarai 6 kali pada tahun 1956-60 serta 1966, juga Ajax Amsterdam yang menjuarai turnamen ini secara berturut-turut pada tahun 1971-73.
0 komentar: