Teknologi Deepfake Seru Sih, Tapi Bisa Jadi Ancaman Hoax

Belakangan ini ramai teknologi deepfake membuat sebuah foto seolah hidup kembali. Tapi, bila dijadikan sebuah video, teknologi bisa mengundang persoalan yang berujung hoax.

"Ancaman nyata dari dunia siber ke depan semakin beraneka ragam, misalnya yang sudah sering dibahas dan menjadi ancaman adalah hoax. 

Namun kini, ancaman hoax ditambah dengan model deepfake yang sungguh berbahaya," ujar pakar keamanan siber Pratama Persadha.

Ia mencontohkan, seperti aplikasi yang sedang viral, yaitu MyHeritage, yang kebanyakan digunakan oleh masyarakat untuk nostalgia dan hiburan semata.

"Yang menjadi pertanyaan ialah jika pemakaian aplikasi tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi, jelas masih aman. Namun kalau ada niatan untuk membuat hoax menggunakan deepfake, itu yang berbahaya," tuturnya.

Pratama yang juga Chairman lembaga riset keamanan siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) mengungkapkan, karena sampai sekarang belum ada teknologi yang bisa mendeteksi video yang dibuat oleh deepfake ini asli atau palsu.

"Deepfake merupakan salah satu hasil dari teknologi AI (Artificial Intelligence / Kecerdasan buatan-red). 

Dengan deep learning, AI mampu menghasilkan pembelajaran yang berujung pada produk video maupun suara palsu," jelasnya.

Pratama mengatakan, salah satu contoh yang paling sering dijadikan contoh adalah video palsu mantan Presiden AS Barack Obama. 

Tak sedikit pula aplikasi gratis untuk membuat video palsu di android, namun hasilnya tidak sehalus deepfake yang dibuat oleh para profesional dan para peretas.

CEO Tesla sekaligus SpaceX Elon Musk juga tak luput dari serangan hoax deepfake yang membuat saham perusahaannya rontok.

"Video serupa juga dapat dibuat berdasarkan tokoh lain yang tidak kita ketahui, yang dapat menyebabkannya masyarakat bertanya-tanya mengenai keasliannya," ucapnya.

"Ancaman deepfake terutama video palsu yang menambah bahaya hoax di tengah masyarakat, hal inilah yang memang harus diwaspadai sejak awal," kata Pratama menambahkan.

Ia mengimbau kepada para pejabat juga jangan memakai aplikasi deepfake seperti faceapp dan semacamnya. 

Karena nantinya data wajah bisa dipakai untuk membuat hoaks dan ini jelas berbahaya.

"Ke depan, dengan semakin tingginya ketergantungan kita pada dunia digital maka akan semakin sulit untuk melindungi privasi kita," pungkasnya.

0 komentar: