Lahir dari keluarga sederhana dari desa di sebuah kota kecil, tidak
jadi penghalang bagi seseorang untuk dapat berkontribusi bagi negeri. Hal ini juga yang tampak dari kisah Halim Wijaya, pria kelahiran Kediri,
Jawa Timur yang kini tengah berjuang mengembangkan potensi Indonesia
Timur sebagai Director of East Indonesia, Grab Indonesia. Siapa
sangka Halim telah melewati proses perjalanan hidup yang bisa dibilang
berat, dimulai dari kepindahan keluarganya ke ibu kota di usianya yang
ke-7 karena alasan ekonomi dan harus bertahan hidup di tengah repelita
masa orde baru. Berbagai tantangan harus ia hadapi sejak kecil, mulai
dari mencari uang tambahan saat sekolah hingga terancam harus menunda
kuliah karena keterbatasan finansial. Mengatasi kondisi
tersebut, katanya, ia pun memutar otak untuk mencari beasiswa perguruan
tinggi sembari memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk membantu
perekonomian keluarga serta menambah biaya sekolah adiknya. Berbagai
pekerjaan juga telah ia lakukan, mulai dari penjaga warnet, penjual
buku, hingga menjadi agen retailer laboratorium. Berkat kegigihannya,
Halim berhasil menyelesaikan pendidikan di bidang Teknik Industri dari
Universitas Bina Nusantara bahkan mendapat predikat Lulusan Terbaik saat
wisuda kelulusan. "Tidak semudah kelihatannya, tapi saya sungguh
bangga dan bersyukur pada orang tua saya, di tengah segala macam
keterbatasan yang mereka hadapi, mereka punya nilai dan ajaran yang
diturunkan pada saya bahwa hidup ini memang berjuang, gigih, dan sabar,"
ungkap Halim beberapa waktu lalu. Selepas menyelesaikan pendidikan, kata Halim, ia mulai meniti karier
di beberapa perusahaan multinasional. Ia mengatakan perjalanan karier
tersebut membuatnya memiliki 13 tahun pengalaman di perusahaan layanan
finansial dengan berbagai pengalaman memimpin tim di berbagai kota di
Indonesia, sebelum akhirnya bergabung dengan Grab Indonesia. "Entah
bagaimana ceritanya, saya dapat banyak kesempatan untuk menekuni area
Indonesia Timur. Kebetulan saya sendiri lahir di Jawa Timur, dan karena
pekerjaan saya juga sempat berkeliling di pertambangan batu bara di
Kalimantan, nikel di Sulawesi, sampai ke Jayapura dan sempat dipercaya 3
tahun memimpin di Makassar. Perjalanan karier inilah yang membuat saya
semakin mencintai dan ingin berkontribusi di Indonesia Timur,"
ungkapnya. Halim menyampaikan perjalanannya di Grab berawal di
tahun 2016, dengan memulai karier sebagai Head of Strategic Supply. Tak
berhenti di situ, ia pun dipercaya untuk mengepalai operasional bisnis
di Bali. Pada Juli 2020, Halim resmi dipercaya memimpin operasional
bisnis di wilayah Indonesia Timur sebagai Director of East Indonesia
berbekal pengalaman dan wawasan mengenai Indonesia Timur yang telah ia
dapatkan bertahun-tahun sebelumnya. Membangun Indonesia Timur dengan Teknologi Adapun
cakupan wilayah yang kini dipimpinnya meliputi wilayah Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, hingga ke ujung Papua. Halim
mengakui terdapat berbagai tantangan dan kendala dalam memimpin wilayah
Indonesia Timur. Ia mengatakan kerap menghadapi kendala seperti
kurangnya infrastruktur jaringan internet, infrastruktur transportasi,
hingga masalah edukasi pada masyarakat. "Tapi justru ini yang buat
saya melihat bahwa Indonesia Timur punya potensi yang luar biasa besar. Jadi makin cinta dan berhutang saya rasanya, dalam arti saya lahir di
Indonesia Timur saya juga banyak berkarier dan banyak mengambil
pengalaman di Kepulauan Indonesia Timur," pungkasnya. Halim
mengatakan dengan posisinya di Grab saat ini, ia ingin menerapkan misi
Grab yang sejalan dengan value hidupnya. Adapun misi tersebut adalah
GrabForGood, yang bertujuan untuk membawa dampak positif dari teknologi. "GrabForGood
ini juga menjadi value saya, dimanapun saya berada dengan karier saya
yang lebih baik, saya punya power yang lebih besar untuk mengubah
Indonesia dan memberikan dampak positif untuk Indonesia khususnya
melalui teknologi inklusif," ujarnya. Halim mengatakan ia berupaya
untuk membuat teknologi menjadi hal inklusif untuk masyarakat di
Indonesia Timur demi meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Ia pun
menceritakan Mbah Sugiyati, seorang lansia pemilik kios di Jayapura yang
telah bertransformasi digital melalui layanan GrabKios sejak hadir di
wilayahnya. Menurut Halim, dengan masuknya teknologi digital di
masyarakat dan inovasi layanan GrabKios, kini pemilik kios biasa tak
hanya berjualan fisik tapi juga bisa berjualan produk digital dan
keuangan. "Saya sangat terharu ketika melihat Mbah Sugiyati ini
mau belajar dengan keterbatasan yang dia miliki. Teknologi yang
dihadirkan mampu mengubah orang untuk lebih paham mengelola bisnis. Pertama, omzet pasti naik, kedua mereka dapat mengelola keuangan secara
digital, transaksinya jadi tercatat dan termonitor secara digital,"
tutur Halim. Ia menilai ketertinggalan yang umum ditemui di wilayah Indonesia,
khususnya di kota-kota 3T, ini justru menjadi kesempatan untuk membangun
Indonesia lebih baik lagi. Halim pun mengaku menggunakan
pendekatan hyperlocal untuk mengembangkan wilayah Indonesia Timur. Melalui pendekatan ini, ia meyakini bahwa setiap daerah memiliki
perbedaan dan kekuatan tersembunyi masing-masing yang menjadi kunci
untuk mendigitalkan area tersebut. Di Jayapura, misalnya, ia
mengatakan pendekatan hyperlocal yang ia lakukan adalah mengenalkan
teknologi lewat penetrasi GrabKios untuk memperluas akses finansial. Halim melihat, sebagai wilayah yang jauh dari pusat pemerintah dan pusat
perekonomian di Ibu Kota, Jayapura memiliki banyak kios-kios lokal yang
sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menawarkan layanan finansial bagi
jutaan masyarakat yang belum memiliki akses perbankan. "Kita
saat itu, mempromosikan GrabKios dengan cukup kencang. Apalagi dengan
adanya pandemi COVID-19 banyak teman-teman juga yang kena PHK dan harus
berusaha di tengah pandemi, jadi selain membantu memberikan layanan,
juga pendapatan tambahan. Pendekatan hyperlocal itu penting supaya
solusi yang kita berikan juga relevan," ucapnya. Kesehatan Jadi Fokus untuk Percepat Pemulihan Ekonomi di Timur Indonesia "Kita
lihat pentingnya hal ini dan ingin membantu teman-teman mitra pengemudi
yang ada di sana. Kita luncurkan GrabProtect dengan memberikan sekat
pelindung di kendaraan empat roda maupun dua roda untuk mengurangi laju
penyebaran COVID-19. Dengan layanan ini, penumpang juga bisa lebih
tenang beraktivitas dengan Grab," jelas Halim. Tak hanya itu, lanjutnya, pihaknya juga turut ikut serta menjadi
mitra strategis pemerintah pertama di Indonesia dengan mendirikan Grab
Vaccine Center di Bali beberapa waktu lalu. Adapun vaksinasi di
pusat vaksin Grab ini disebutnya tak hanya ditujukan pada mitra
pengemudi saja. Halim menyebutkan vaksinasi ini berlaku inklusif dengan
menyasar para pelaku industri pariwisata di Bali. Ia berharap langkah
yang dilakukan pihaknya bisa turut membantu mengembangkan wilayah
Indonesia Timur, khususnya di masa pandemi COVID-19 ini. "Sekarang
saya ada di Grab, mau menerapkan misinya Grab. Yang membuat saya
nyaman, Grab punya satu misi yang menurut saya sama dengan saya. Di mana
Grab berada, misinya Grab adalah membawa teknologi untuk kebaikan dan
menciptakan inklusi digital untuk semua," katanya. |
0 komentar: