Dari Iseng Malah Untung Rp 45 Juta per Hari

Bermula dari iseng, Oscar Darmawan dan kedua temannya William Sutanto dan Ricky Andrian membeli uang digital bernama Bitcoin di harga USD 8 pada Juli 2012. Keinginannya untuk membeli mata uang fenomenal ini hanya dikarenakan mengikuti tren digital saja.

Namun berselang beberapa bulan, fluktuasi harga mata uang Bitcoin ini mendatangkan rezeki nomplok sendiri kepada tiga orang tersebut. Mata uang ini melambung hingga mencapai USD 100 per 1 Bitcoin.

"Beberapa waktu lalu ada krisis di Siprus, hal ini membuat nilai tukar dolar dan euro pun jatuh. Ternyata banyak yang mengalihkannya ke Bitcoin karena memang harganya bagus di USD 8 sampai USD 9 per satu Bitcoin dan stabil," kata Oscar saat berbincang di kawasan Mampang.

Namun karena permintaan Bitcoin yang tinggi akhirnya 1 Bitcoin mencapai USD 100 sampai USD 200. "Atas dasar inilah kita mencari peluang untuk membuka bisnis perdagangan atau jual beli Bitcoin di Indonesia," kata Oscar yang menginisiasi pendirian Bitcoin Indonesia.

CEO dari PT Bumi Intermedia ini mengungkapkan, bisnis Bitcoin di Indonesia masih belum seramai di China maupun di Amerika sendiri. Namun seiring dengan fluktuasi Bitcoin yang cukup tinggi akhirnya banyak yang mulai berinvestasi di mata uang Bitcoin.

"Pekan lalu 1 Bitcoin itu mencapai USD 1.200 dan sekarang agak stabil di USD 900-an," kata dia.

Dengan jaringan yang luas dan keahlian di dunia marketing internet, Oscar mampu membeli Bitcoin dari beberapa pedagang di luar negeri untuk kemudian dijual kembali di Indonesia.

"Ya sekarang ini stok Bitcoin kita sudah mencapai 130 Bitcoin. Dan ini kita akan terus memburu Bitcoin untuk diperdagangkan," jelasnya.

Pemuda berumur 28 tahun yang juga co-founder dari Ads-Id.com ini pun mendulang hasil yang cukup tinggi. Transaksi Bitcoin Indonesia yang merupakan perusahaan patungannya dengan kedua temannya mampu mencapai Rp 45 juta per hari.

"Itu nilai transaksi per hari itu mencapai Rp 45 juta per hari. Sekitar 5 Bitcoin lah laku per hari, kalau dirupiahkan kan mencapai Rp 45 juta dengan kurs 1 Bitcoin sama dengan Rp 9 jutaan," paparnya.

"Ya kalau kita kan punya stok 130 Bitcoin ya kalau ditukarkan semua bisa Rp 1 miliar lebih. Tapi kan kita jual beli jadi buat modal lagi," ungkap Oscar.

Seperti pernah dibahas sebelumnya, fenomena Bitcoin ini memang menghebohkan otoritas moneter dan dunia maya. Mata uang ini digunakan untuk membeli berbagai macam jenis barang secara internasional dari ponsel sampai mobil.

Bitcoin merupakan mata uang digital yang diperkenalkan di dunia pertama kali pada 2009 oleh seorang tak dikenal yang menggunakan nama alias Satoshi Nakamoto

Dalam transaksi Bitcoin, tidak menggunakan perantara, atau tanpa bank. Selain itu, tidak ada komisi atau biaya administrasi untuk tiap transaksi. Setiap pembeli juga tidak perlu memberikan nama asli.

Saat ini, sudah banyak merchant yang menerima transaksi Bitcoin. Dengan mata uang digital ini, penggunanya dapat membeli pizza, biaya memasang website, hingga barang-barang lainnya.

Bitcoin juga dinilai sebagai transaksi yang sederhana dan murah, karena pembayaran tidak terikat pada negara tertentu dan tanpa regulasi. Pelaku usaha mikro sangat menyukai transaksi seperti ini karena tidak ada biaya kartu kredit. Sejumlah orang hanya membeli Bitcoin sebagai investasi, dan berharap nilainya bisa meningkat dalam waktu tertentu.

Sayangnya, mata uang virtual menciptakan daya tarik bagi para penjahat cyber, pelaku money laundering dan berbagai jenis kejahatan lainnya.

Maka dari itu beberapa negara, seperti Korea Selatan dan China, sudah melarang penggunaan Bitcoin dalam bertransaksi. Otoritas negara lain seperti Prancis dan Thailand pun sudah was-was mengenai peredaran mata uang baru yang dikenal 'sakti' ini.

Sampai saat ini Bank Indonesia (BI) masih mencari legalitas dari penggunaan Bitcoin. Di Indonesia pun memang sudah beredar dan banyak yang mulai bertransaksi menggunakan mata uang tersebut.

"Tetapi kita belum bisa mengeluarkan pernyataan lebih jauh. Kita masih dalam tahapan untuk mengkajinya. Bagaimana legalitas dan proses pengawasannya," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Johansyah.

Lebih jauh Difi mengatakan, masyarakat perlu berhati-hati dalam bertransaksi dengan Bitcoin. Karena, sambungnya tidak ada lembaga yang mengawasinya. "Jika suatu hal terjadi kepada nasabah, BI tidak bisa juga bertanggung jawab. Jadi saat ini imbauan saja agar berhati-hati," kata Difi.

0 komentar: