Kisah Suhaesti Sutrisno (41), perempuan bercadar yang memelihara puluhan ekor anjing
di Bogor, Jawa Barat, viral di media sosial. Hesti disorot setelah
ormas setempat protes dan hendak mengusir anjing-anjing peliharaannya. Perempuan
yang akrab disapa Hesti itu memang mendedikasikan hidupnya untuk
mengurus dan menjaga hewan liar tak terurus di jalanan, seperti kucing
dan anjing. Ia menampung anjing dan kucing liar itu di rumah penampungan
sementara atau green house di kawasan Tenjolaya, Bogor, Jawa Barat Sejauh
ini, Hesti menampung sebanyak 70-an ekor anjing liar yang telantar
untuk dirawat di shelter anjing green house. Hesti mengaku anjing-anjing
liar itu dirawat dengan baik, diberi makan dan divaksin rabies agar
terhindar dari virus berbahaya. Di dalam green house itu juga dilengkapi kadang-kandang dan septic tank khusus untuk membuang kotoran hewan. Sehingga tidak mencemarkan lingkungan. Hesti
memang tidak setiap harinya tinggal di Kampung Gunung Mulya, Tenjolaya. Walaupun Ia asli Kampung Gunung Mulya, tapi sehari-hari tinggal di
Pamulang, Tangerang Selatan. Green house tempat menampung anjing ini pun dia bangun di lahan miliknya sendiri. "Di
Pamulang masih ada alhamdulillah, ada 39 (anjing), kalau disini (Green
House Tenjolaya) ada 70," kata Hesti saat dikonfirmasi, Senin, 15 Maret
2021. Keberadaan green house yang menampung puluhan
anjing liar ini belakangan disorot warga setempat. Warga yang terganggu
meminta pendampingan LSM setempat untuk memprotes keberadaan
anjing-anjing yang ditampung Hesti di green house. Warga menuntut agar Hesti secepatnya mengosongkan green house dari anjing-anjing liar tersebut. "Mereka (yang memprotes) sebenarnya pendatang, bukan orang sini, semua warga (asli) justru kaget saya diginiin," ujar Hesti. Hesti
mengakui merawat puluhan anjing liar di sebuah lahan yang tak jauh dari
pemukiman warga sejak Agustus tahun lalu. Saat itu anjing yang dia
tampung belum sebanyak seperti sekarang. Warga sekitar pun sebenarnya
mafhum dengan keberadaan green house, sebab di kampung tersebut juga banyak anjing liar. "Saya
kebanyakan dari sini, disini kan banyak anjing liar kan, itu 47 ekor
itu dari kampung sini. Belum lama juga ditawari 5 puppy (anak anjing),
itu anak kecil yang jual ditawarin ke kita," ujarnya. Ia mengelola sendiri green house
dibantu enam warga sekitar untuk mengurusi anjing-anjing tersebut. Sembari mengurus anjing-anjing liar tersebut, Hesti berjualan kripik
singkong. Hasil keuntungannya digunakan untuk mengurus anjing dan
memberdayakan masyarakat sekitar. "Saya cuma pedagang rumahan,
semua hasil penjualan itu untuk melakukan kebaikan di kampung ibu saya
ini. Baik itu untuk hewan, betulin jalanan, apapun itu semua warga
kebagian dari hasil jualan itu," ungkapnya. Sementara itu, Camat Tenjolaya, Farid Maruf membenarkan ada forum diskusi bersama pemilik green house, Hesti Sutrisno pada Kamis 11 Maret lalu, yang dihadiri jajaran Muspika Tenjolaya. Dari pertemuan itu, disampaikan bahwa warga menolak akan aktivitas shelter anjing. Kemudian, warga dan masyarakat setempat menyebut ada fatwa MUI yang
melarang kegiatan tersebut dan mendorong agar ditangani oleh Dinas
Peternakan. Hesti mengaku tak masalah dengan keberatan beberapa warga soal keberadaan green house
yang berisi anjing liar yang dia pelihara. Bahkan, Ia tak gentar jika
nantinya ada pihak yang akan memperkarakan ke meja hijau karena dianggap
mengganggu ketentraman. "Ya saya sih siap, kan dicek dulu sebelum
diadili di pengadilan, bener enggak mengganggu atau gimananya. Saat ini
pilih mengalah tapi bukan berarti kalah. Keburukan mereka bukan berarti
saya balas dengan keburukan, harus saya balas dengan kebaikan, justru
saya akan datang dengan kebaikan. Pada hakikatnya saya minta pengamanan
green house saya enggak akan pergi dari tanah saya, dari kampung saya
sendiri," tegasnya. |
kisah yang menarik juga
BalasHapus