Kevin, Cah Yogya Pencipta Watermark KTP yang Sangat Berguna
Di usianya yang terbilang belia, 14 tahun, Sirilius Kevin mengikuti isu keamanan cyber. Banyaknya kasus penyalahgunaan identitas pribadi di internet membuatnya berpikir sebuah solusi yang sangat berguna. "Aku prihatin kepada korban yang dirugikan. Aku bertanya-tanya adakah sebuah solusi untuk mengatasi masalah ini. Kemudian, aku terpikir cara memberikan penanda pada scan KTP," kata Kevin, sapaan akrabnya, bercerita mengenai awal mula membuat aplikasi Watermark KTP. "Semisal nantinya scan KTP digunakan untuk sebuah kepentingan, scan KTP yang dikirimkan terdapat atribut yang bisa berguna saat terjadi kebocoran data, agar kita tahu pihak mana yang harus bertanggung jawab," urainya. Kevin pun mulai mewujudkan idenya tersebut. Siswa kelas 3 SMP asal Yogyakarta itu membuat Watermark KTP ketika sedang getol-getolnya belajar coding. Kakaknya, Frans Allen, menjadi orang pertama yang mendukung ide tersebut. Berprofesi sebagai developer software independen, Frans menjadi panutan Kevin di bidang programming. Frans juga yang membuat Kevin tergila-gila dengan coding. "Saat itu aku coba buat prototype sederhana menambahkan teks pada gambar. Kemudian aku mengunggah kode ke social media coding, GitHub. Dengan media sosial ini, kita bisa kolaborasi mengembangkan software," tutur Kevin. Ia selanjutnya menulis tweet di akun Twitter-nya @SiriliusKevin, menginformasikan bahwa dirinya baru saja membuat Watermark KTP. Tak disangka, banyak yang meresponsnya secara positif. Beberapa programmer dan pengamat keamanan cyber pun me-retweet cuitannya tersebut sehingga Watermark KTP menjadi viral. [Gambas:Twitter] "Yang pada awalnya hanya untuk jurnalku saja, malah mendapat respons baik dari teman-teman di Twitter. Dari situ mulai banyak orang membuka website Watermark KTP untuk memakai," ceritanya. Bungsu dari tiga bersaudara ini makin semangat mengembangkan Watermark KTP. Satu-satunya tantangan yang harus dia hadapi adalah berusaha sebaik mungkin membagi waktu dengan aktivitas sekolahnya. "(Tantangannya) kejar-kejaran sama waktu sekolah, kadang juga begadang untuk menambahkan fitur-fitur yang dapat membantu pengguna menggunakan alat ini semudah mungkin," sebutnya. Sejak pertama kali aplikasi ini dibuat, Kevin sudah menambahkan sejumlah fitur pada aplikasi tersebut, antara lain fitur untuk mengatur opacity dan memindahkan teks. Bersifat open source, Kevin sangat terbuka menerima feedback untuk aplikasinya tersebut. Bahkan beberapa programmer yang mendukung, tak sungkan berkontribusi membantu membenahi tampilan dan fiturnya. Ke depan, Kevin sudah punya banyak ide yang ingin dikerjakannya. Menjadikan Twitter-nya sebagai jurnal, Kevin bersemangat mengupdate setiap karya barunya di sana. "Aku ingin terus belajar programming dan coding. Ada beberapa ide yang terpikirkan dan aku sangat bersemangat untuk merealisasikannya di masa depan. Mungkin itu akan menjadi alat-alat yang menyediakan fitur untuk memudahkan kebutuhan masyarakat," tutupnya. Kalian yang tertarik dan membutuhkan aplikasi yang dibuat Kevin, bisa mengunjungi tautan https://watermarkktp.com/. |
0 komentar: