Dua perusahaan ride-hailing Asia Tenggara Grab dan Gojek disebut-sebut sedang dalam pembicaraan merger. Nah kabarnya lagi, ada campur tangan orang terkaya Jepang, di balik upaya tersebut. Sosok yang dimaksud adalah Masayoshi Son. Dia adalah pendiri sekaligus CEO Softbank. Perusahaannya tercatat sebagai pemegang saham di Grab dan Gojek.
Masayoshi yang langganan orang terkaya Jepang ini disebut yang menekan
agar merger itu dilakukan. Softbank tidak sendiri, ada sederet investor lain yang menanamkan
duitnya di kedua perusahaan penyedia ojek online itu, di antaranya
Alibaba, Tencent, Mitsubishi, PayPal, Google, Facebook dan Visa. Nah pembicaraan merger Grab dan Gojek konon sudah dilakukan sejak dua
tahun lalu, namun karena tidak ada urgensinya maka tidak lanjut, bahkan
kabarnya tak direstui Softbank lantaran Masayoshi percaya waktu itu
bisnis ride-hailing akan jadi industri monopoli di mana yang paling
banyak uang menguasai pasar. Namun kini pandangan tersebut berubah, ujar
orang yang dekat dengan miliuner Jepang tersebut. Maret lalu, Softbank dan Son dilaporkan mendorong agar Grab dan Gojek bersatu sebelum pasar berdampak serius oleh COVID-19. Mungkin ini sebagai ancang-ancang kaki perusahaan telekomunikasi asal Jepang agar tidak mencatat kerugian lagi. Seperti
diketahui Softbank bekerja keras untuk membersihkan neraca setelah
serangkaian kerugian besar usai investasinya di WeWork berakhir bencana. Tercatat nilai kerugiannya mencapai USD 8,9 miliar atau di kisaran Rp
124 triliun. Kerugian tersebut pertama kali terjadi dalam 14 tahun. Imbasnya
mereka menjual aset USD 41 miliar untuk membayar utang. Divestasi paling
menonjol pada 13 September dengan menjual ARM Holdings kepada Nvidia
senilai SUD 40 miliar. Hanya saja dorongan Son dan Softbank agar
Grab dan Gojek merger tentu tidak akan mudah. Pasalnya, menurut laporan
The Business Times, Alibaba sedang dalam pembicaraan untuk
menginvestasikan USD 3 miliar ke Grab. Hal itu dapat membuat potensi
merger menjadi rumit dalam hal pertimbangan antitrust. "Jika
merger Grab-Gojek tidak cukup sulit, masuknya Alibaba dan bisnis
terkaitnya akan meningkatkan pengawasan regulasi," Justin Tang, direktur
dan kepala penelitian Asia di grup penasihat United First Partners. Bloomberg
melaporkan bahwa investasi Alibaba dapat mengikat Grab dan Lazada
Group. Sebab perusahaan besutan Jack Ma itu akan menjadi pemegang saham
mayoritas. Hal itu menimbulkan lebih banyak masalah persaingan mengingat
Lazada adalah pemimpin di pasar e-commerce di sejumlah negara di Asia
Tenggara. Jika Alibaba menginvestasikan USD 3 miliar dalam Grab, itu akan
membuat valuasinya menjadi USD 13,1 miliar. Semua perusahaan dengan
modal ventura harus exit di beberapa titik, baik melalui penawaran umum
perdana atau penjualan pribadi. Di Grab ada batasannya.
Berdasarkan ketentuan kesepakatan Uber 2018, itu harus dilakukan pada
pertengahan 2023 atau membayar Uber USD 2 miliar. Mengingat waktu
semakin cepat untuk Grab, merger dengan Gojek menjelang IPO menjadi
lebih masuk akal. |
0 komentar: