Pendiri Jualo: Jualan Oke, Urus Anak Jalanan Jalan Terus


http://images.detik.com/content/2014/09/24/398/chaimdalam.jpgChaim Fetter (dok.pribadi)
Jualo dan Tokobagus (kini bernama OLX) sejatinya punya persamaan mendasar. Keduanya dibikin oleh orang Belanda. Namun Jualo ingin tampil beda ketimbang pendahulunya tersebut.

Chaim Fetter, pendiri Jualo.com mengungkapkan bahwa situs yang dibesutnya ini merupakan buah karyanya selepas sedikit meninggalkan aktivitas Yayasan Peduli Anak yang didirikannya. Ini merupakan LSM yang membantu anak-anak kurang beruntung dan keluarganya di Lombok.

Sebagai pendatang baru di bisnis e-commerce Indonesia, Jualo tentu harus punya sesuatu yang baru sehingga layak dilirik netter. Hal pertama yang dianggap jadi pembeda dengan situs tetangga, menurut Chaim, Jualo hadir dengan mengumpulkan segala keinginan pembeli, bukan penjual.

"Kalau kompetitor itu fokus semua ke penjual. Semua TV commercial, 'kalau ada barang yang tak terpakai jual saja...' dan lainnya," ujar Chaim.

Jualo juga memiliki fitur geo searcher di versi aplikasinya. Fitur ini berfungsi memudahkan pembeli untuk mencari penjual yang lokasinya berada di dekatnya.

Misalnya ada yang sedang mencari iPhone dan tempat tinggalnya di Setiabudi. Si pembeli lantas tinggal melihat daftar penjual iPhone di Jualo yang lokasinya dekat dengan Setiabudi. Dan voila... keduanya langsung ketemu untuk cek barang dan bertransaksi.

"Geo searcher di situs lain masih belum punya. Kita sudah punya aplikasi di Android yang bisa melihatcurrent position, jadi CoD (cash on delivery) bisa lebih dekat, di wilayah yang sama," imbuh Chaim yang fasih berbahasa Indonesia ini.

Kedua, Jualo memiliki tahapan verifikasi bagi penjual. Jika ingin mendapat verifikasi, penjual harus registrasi dengan melampirkan KTP dan NPWP. Hal ini untuk meminimalisir penipuan.

Mencari Investor & Tetap Beramal

Kini, Jualo masih diperkuat oleh lima orang. Ada rencana untuk menambah dua kali lipat, tetapi itu masih menunggu investor yang rela mengucurkan uangnya.

Chaim mengaku pada awalnya telah menyiapkan USD 150 ribu untuk modal awal Jualo. Dana itu sekarang masih tersisa setengah dan sanggup dipakai untuk operasional selama 6 bulan ke depan.

"Sekarang kita sedang berbicara dengan beberapa investor karena ke depannya kita butuh sekitar USD 1,5 juta atau sekitar Rp 15 miliar untuk operasional selama dua tahun, dan mau tambah lima orang karyawan lagi. Dana ini termasuk untuk urusan marketing," lanjutnya.

Chaim mengklaim, di hari pertama, Jualo sejatinya sudah bisa meraup pemasukan, yakni dari AdSense dan premium adds. Tak banyak memang, tapi cukup untuk menambal biaya operasional dan menyumbang 5% profit untuk Yayasan Peduli Anak yang digagasnya. 

Terkait donasi ini pula yang coba membedakan Jualo dengan situs lainnya. Meski bisnis tetap jadi prioritas, aktivitas beramal tak bisa disingkirkannya. Untuk itu, Chaim berkomitmen bakal menyumbangkan 5% profit Jualo untuk yayasan yang mengurus anak-anak terlantar di Lombok tersebut.

"Karena biaya operasional yayasan itu tinggi. Perlu makan tiga kali sehari, gaji karyawan, sekolah gratis, biaya per bulan sekitar Rp 100 juta untuk 400 anak dan 60 karyawan," ungkapnya.

Tak Takut Bangkrut

Meski masih jadi anak bawang di bisnis situs jual beli, Jualo tak ciut. Diklaim ada 2.000 user baru yang menjejali situs ini setiap harinya. Agustus kemarin bahkan ada 5.000 iklan yang terjual, dengan total value Rp 55 miliar.

Chaim pun pede jika situs besutannya bakal tetap eksis dan melesat lebih tinggi melewati para pesaingnya. 

"Sebagai perbandingan, di Belanda populasi penduduknya 16 juta jiwa. Di sana ada situs Markplus seperti tokobagus dan digunakan 70% oleh pengguna internet di sana," papar Chaim. 

"Kalau kompetitor website di Indonesia itu baru dipakai oleh 1%-2% dari pengguna internet keseluruhan. Jadi masih sangat besar yang belum terjamah, dan belum berani pakai sistem itu," umbarnya.

Distribusi, online payment system, serta faktor kepercayaan jadi beberapa tantangan yang kadang membuat netizen lokal enggan untuk bertransaksi online.

"Kita nggak takut bangkrut, karena kita yakin dan fokus untuk revenue. Kita memang tak punya funding besar, tapi sampai saat ini kita tetap survive. Tapi memang kalau mau melesat lebih cepat butuh investor juga. Sementara yang lain survive karena investor, investor, dan investor. Berbeda dengan kita".

Adapun sumber pemasukan Jualo saat ini berasal dari premium adds, addsense, iklan, komisi lewat kredit kerjasama dengan bank, serta komisi dari rekening bersama. 

"Kita harus pikirkan smartways of marketing. Jangan ikut-ikutan kompetitor karena kompetitor juga belum buat profit. Padahal kompetitor punya pengguna satu juta," tutup Chaim.

0 komentar: