Ide Miliaran Dolar Kamera GoPro Lahir di Bali


http://images.detik.com/content/2014/08/15/398/adalam.jpgNick Woodman (gettyimages)
Kamera GoPro belakangan semakin menuai popularitas. Dirancang tahan banting dengan kualitas foto memadai, GoPro jadi incaran petualang ataupun turis untuk mengabadikan perjalanan. Lelaki bernama Nicholas Woodman adalah sosok di balik terciptanya GoPro.

Woodman lahir pada tahun 1975 sebagai anak termuda dari empat bersaudara. Ayahnya adalah pendiri bank investasi Robertson Stephens. Tapi orang tuanya bercerai dan tahun 1992, ibunya menikah lagi.

Hidup di keluarga kelas menengah atas, Woodman selalu berkecukupan sejak kecil. Keluarganya tinggal di perumahan daerah elit di Silicon Valley. Salah seorang gurunya mengenang bahwa Woodman adalah anak yang sangat percaya diri.

"Selalu ada senyum di wajahnya. Dia selalu mengatakan hidupnya bahagia dan ia sedang merencanakan sesuatu," kata Craig Schoof, guru sejarah Woodman.

Prestasi Woodman di sekolah biasa-biasa saja, ia lebih keranjingan pada kegiatan olahraga dan petualangan. Dia terobsesi berselancar di lautan dan akhirnya memilih kuliah di University of California jurusan seni visual. Bukan tanpa alasan, kampusnya terletak di San Diego yang melimpah sinar matahari dan dekat dengan laut untuk memuaskan hobi selancar Woodman.

"Aku ingat orang tuaku tidak begitu mendukung. Tapi jika aku tidak mengikuti passion surfing ini, aku tidak akan pernah punya konsep membuat kamera semacam GoPro," kata Woodman.

Lulus kuliah, pada awal tahun 2000 ia mendirikan perusahaan marketing bernama funBag. Awalnya perusahaan ini cukup sukses dan menarik investor, tapi kemudian bangkrut. Woodman tidak langsung putus asa, ia masih punya ambisi tinggi untuk menjadi pebisnis sukses.

Inspirasi dari Bali

Untuk menenangkan diri dan mencari inspirasi, Woodman memutuskan liburan ke Australia dan Bali selama lima bulan. Untuk mengabadikan diri saat berselancar, ia mengikatkan kamera Kodak di lengannya agar mudah dioperasikan.

Tapi kamera itu susah digunakan saat selancar, kadang malah lepas dan menghantam wajahnya. Dari sinilah terbersit ide brilian di kepala Woodman, bagaimana kalau dia membuat kamera tangguh yang mudah dipasang di bodi pengguna saat renang atau berselancar?

Ia pun kembali ke Amerika Serikat dengan optimisme tinggi idenya itu akan berhasil dan membuatnya sukses. Sebelum pulang, ia membeli 600 souvenir dari Bali yang harganya USD 1,9 per buah, yang ia jual kembali USD 60 di tanah kelahirannya. Uang hasil jualan ini jadi modal awalnya di samping pinjaman senilai USD 35 ribu dari ibunya.

Dengan modal itulah, Goodman mengembangkan ide kamera GoPro selama dua tahun lamanya. Ide lain bermunculan dan akhirnya, GoPro edisi pertama berhasil ia ciptakan. Ia bekerja begitu keras karena takut gagal.

"Aku sangat takut kalau aku akan gagal lagi sehingga aku sangat berkomitmen untuk sukses," kata dia dalam wawancara dengan majalah Forbes. Woodman memasarkan produk pertamanya di September 2004.

GoPro membukukan penjualan USD 350 ribu di tahun pertamanya. Woodman mempromosikannya ke mana-mana. Penjualan terus meningkat dan investasi akhirnya berdatangan. 

Pada tahun 2012, GoPro sukses menjual 2,3 juta kamera. Dan pada Desember 2012, Foxcon membeli 8,8% saham GoPro senilai USD 200 juta.

Pada Juni 2014, GoPro melantai di bursa saham di Amerika Serikat. Perusahan itu bernilai sekitar USD 2,95 miliar. Woodman yang kurang lebih memiliki 45% saham GoPro, memiliki kekayaan di kisaran USD 1,3 miliar.

Tentang rahasia suksesnya, Woodman menilai sangat penting bagi seseorang untuk mengikuti passion di dalam hidupnya. "Sesuatu akan terjadi saat Anda mengejar passion," ucapnya suatu ketika.

Passion saja tidak cukup, ambisi tinggi juga penting. "Saat sedang berpesta pun, dia akan mengatakan bahwa dia punya ide melakukan sesuatu untuk menjadi miliarder," tutur Neil Danam teman sekamar Woodman saat kuliah.

0 komentar: