Pelatih Tenar Tanpa Bakat Sepakbola
Tidak sedikit atlet yang merumput namun tak memiliki bakat sepakbola. Sehingga mereka tak pernah mendapatkan trofi Ballon D’or, transfer termahal, atau menjadi idola fans. Namun ketika membanting setir menjadi pelatih, justru merekalah yang membuat para pesepakbola asuhan bersinar. Malah si anak didik mampu memboyong predikat yang tak pernah mereka peroleh.
Berdasarkan hasil penelusuran Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, setidaknya ada lima pelatih ternama, yang tak memiliki bakat sebagai atlet sepakbola:
1. Arsene Wenger
Arsene Wenger lahir pada 22 Oktober 1949, di Strasbourg, Prancis. Wenger mengenal dunia sepakbola sejak berusia 6 tahun, lewat ayahnya yang juga pelatih sepakbola. Sempat menjadi pemain amatir di beberapa klub Prancis, pada 1969-1981, karier Wenger tidaklah mulus.
Wenger kemudian mengambil pendidikan manajerial olahraga di Centre de ressources, d'expertise et de performance sportives (CREPS), Strasbourg, Prancis. Pada 1981, ia resmi bergelar diploma manajer. Wenger mulai mengasuh Arsenal pada 1996. Bersama The Gunner, ia berburu trofi, seperti gelar juara Liga Champions 2005/2006.
Berdasarkan hasil penelusuran Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, setidaknya ada lima pelatih ternama, yang tak memiliki bakat sebagai atlet sepakbola:
1. Arsene Wenger
Arsene Wenger lahir pada 22 Oktober 1949, di Strasbourg, Prancis. Wenger mengenal dunia sepakbola sejak berusia 6 tahun, lewat ayahnya yang juga pelatih sepakbola. Sempat menjadi pemain amatir di beberapa klub Prancis, pada 1969-1981, karier Wenger tidaklah mulus.
Wenger kemudian mengambil pendidikan manajerial olahraga di Centre de ressources, d'expertise et de performance sportives (CREPS), Strasbourg, Prancis. Pada 1981, ia resmi bergelar diploma manajer. Wenger mulai mengasuh Arsenal pada 1996. Bersama The Gunner, ia berburu trofi, seperti gelar juara Liga Champions 2005/2006.
2. Jose Mourinho
Memulai karier sepakbola kala 1980, Mou bermain untuk klub Rio Ave, Portugal. Mou menendang bola hingga 1987. Namun ia tak mampu bersaing dengan pemain lain karena dianggap tidak memiliki kecepatan dan kemampuan mengolah si kulit bundar.
Mou kemudan menjadi pelatih di Benefica. Namun namanya baru beken kala mengantarkan FC Porto menjadi juara Liga Champion 2003-04. Ia juga menempuh pendidikan Instituto Superior de Educação FISICA (ISEF) sambil mengajar pendidikan jasmani di berbagai sekolah. Mou juga menarik perhatian mantan manajer Skotlandia, Andy Roxburgh, karena meracik metode latihan. Yakni melatih pembinaan teori dengan teknik motivasi dan psikologis.
Memulai karier sepakbola kala 1980, Mou bermain untuk klub Rio Ave, Portugal. Mou menendang bola hingga 1987. Namun ia tak mampu bersaing dengan pemain lain karena dianggap tidak memiliki kecepatan dan kemampuan mengolah si kulit bundar.
Mou kemudan menjadi pelatih di Benefica. Namun namanya baru beken kala mengantarkan FC Porto menjadi juara Liga Champion 2003-04. Ia juga menempuh pendidikan Instituto Superior de Educação FISICA (ISEF) sambil mengajar pendidikan jasmani di berbagai sekolah. Mou juga menarik perhatian mantan manajer Skotlandia, Andy Roxburgh, karena meracik metode latihan. Yakni melatih pembinaan teori dengan teknik motivasi dan psikologis.
3. Arrigo Sacchi
Selama 1964 – 1979, Sacchi menjadi pemain di klub kasta kedua Fusignano FC dan Bellagria. Ia memperoleh julukan amatir karena performa yang biasa saja. Pada 1985, Sacchi beralih menjadi pelatih dengan mengasuh Parma, yang berlaga di Serie C. Di Coppa Italia, tim asuhan Sacchi berhasil mengalahkan AC Milan, 1-0 di babak grup. Dan kembali menekuk AC Milan 1-0 agregat di babak sistem gugur pertama.
Bekas sales sepatu ini langsung menarik perhatian pemilik AC Milan, Silvio Berlusconi. Berlusconi pun langsung menunjuk Sacchi sebagai manajer AC Milan pada 1987. Di Milan, Sacchi memberikan gelar juara Serie A tahun 1987-88; Supercoppa Italiana 1988; European Cup 1988–89 dan 1989–90; European Supercup 1989 serta 1990; Intercontinental Cup 1989 serta 1990; dan Runners up Coppa Italia pada 1989-90.
4. Gerrard Houllier
Houllier tenar kala membesut Liverpool selama 1998-2004. Bahkan di bawah asuhannya, Liverpool berhasil memboyong trofi FA Cup 2000–01; League Cup 2000–01 dan 2002–03; FA Community Shield 2001; UEFA Cup 2000–01; serta UEFA Super Cup 2001.
Awalnya, Houllier merupakan guru di sekolah Ecole Normale d’Arras, Prancis. Pada 1971, ia mencoba karier sebagai pemain sekaligus pelatih klub sepakbola amatir asal Prancis, Le Touquet.
Nyaman dengan lapangan hijau, Houllier melepas status sebagai guru kala 1973. Ia pun resmi memulai karier sebagai pelatih untuk Le Touquet. Setelah 12 tahun karier kepelatihan, Houllier memberikan jawara Liga Prancis kepada Paris Saint-Germain F.C. Tepat di musim pertama ia melatih tim asal Paris itu.
5. Carlos Alberto Pareira
Enam tim nasional pernah merasakan sentuhan tangan dingin Parriera, salah satunya Brasil. Setidaknya tiga gelar ia persembahkan untuk Tim Samba, yaitu Piala Dunia 1994, Copa Amerika 2004, dan Piala Konfederasi 2005.
Parreira dulunya tidak pernah tercatat menjadi pemain. Dia mengawali karier di sepakbola sebagai pelatih kebugaran tim Brazil bernama São Cristóvão pada 1967-1974. Kala 1977, ia menjadi asisten pelatih tim nasional.
Pareira memulai karier sebagai pelatih utama di Timnas Kuwait pada 1982. Dan kala 25 Juni 2010, ia mengumumkan pengunduran diri sebagai pelatih sepakbola.
0 komentar: