Ini Dia 'Steve Jobs Made in China'

Nama Xiaomi mendadak mencuri perhatian pemerhati gadget dunia. Tak cuma soal produk yang diluncurkannya, namun juga CEO mereka yang bernama Lei Jun.

Di tangan dingin Lei Jun, perusahaan yang masih seumur jagung itu sukses menjual lebih banyak smartphone di negaranya sendiri ketimbang iPhone. Malah nilai perusahaan itu kini bernilai USD 10 miliar atau setara Rp 110 triliun.

China memang dikenal sebagai negara yang gemar membuat produk tiruan, termasuk ketika Lei Jun mengadopsi gaya Steve Jobs saat menjabat sebagai CEO Apple.

Maka media-media lokal pun mulai membandingkan dan menyebut Lei Jun sebagai Steve Jobs dari China, sedangkan Xiaomi ya tentu saja Applenya.

Seperti apakah sepak terjang dan latar belakangnya sehingga bisa dikenal sebagai Steve Jobs dari China. Simak rangkumannya berikut yang dikutip dari berbagai sumber.

Lahir dari Wilayah Pesenam

Lei Jun yang kini berusia 42 tahun lahir di Xiantao, sebuah kota kecil di provinis Hubei, daerah China bagian tengah.

Di kawasan itu lebih dikenal sebagai pembibitan pesenam Olimpiade ketimbang teknokrat. Namun, Lei Jun tak tertarik untuk mengikuti jejak kebanyakan pemuda di lingkungan tempat tinggalnya.
Sedari kecil memang Lei Jun lebih tertarik terhadap produk teknologi dan seperti halnya warga China lainnya, dia juga gemar berdagang. 

Sebelum di Xiaomi

Sebelum membesarkan Xiaomi, Lei Jun memang sudah aral melintang dalam jagat teknologi. Beberapa kali dia membangun start-up yang ada di China.
Salah satu start-up yang sukses dibangun oleh Lei Jun adalah membangun Joyo.cn di awal-awal booming internet di negeri Tirai Bambu.
Kesuksesan Joyo.cn akhirnya memicu situs Amazon.com membelinya dalam rangka melebarkan ekspansi di negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu. 

Terinspirasi Steve Jobs

"Media menyebut saya sebagai Steve Jobs dari China," kata Lei dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Tak salah memang, lihat saja gaya Lei Jun di atas panggung saat memperkenalkan produk terbarunya. Mulai dari gaya berpakaian kaos hitam dan sepatu kets, serta cara dia mempresentasikan produknya.
Lei Jun memang mengakui bahwa dirinya terinspirasi dengan visi dan misi sang legenda Apple.
"Saya menganggap ini sebagai pujian dan juga perbandingan. Tentu saja bagi saya ini adalah tantangan berat dan besar," katanya lagi.

Xiaomi dan Apple, Serupa tapi Tak Sama

Lei Jun sukses menciptakan basis penggemar yang kuat untuk produk ponsel cerdasnya dengan meniru taktik Apple, yakni membalut aura eksklusivitas di setiap ponselnya.

Ini memang diakui olehnya, walaupun belakangan dia mengatakan bahwa antara Xiaomi dan Apple sejatinya serupa tapi tak sama.

"Xiaomi dan Apple adalah dua perusahaan yang sama sekali berbeda. Xiaomi didasarkan pada internet. Kita tidak melakukan hal yang sama dengan Apple," kilahnya. 

Strategi Beda

Berbeda dengan pemain smartphone besar dalam negeri, seperti Lenovo Group, ZTE Corp dan Huawei Technologies, yang bekerja dengan operator telekomunikasi untuk menjual sejumlah besar smartphone. Xiaomi menjual sebagian besar ponselnya melalui online dan dalam jumlah terbatas.
Membatasi produk ternyata merupakan strategi marketing yang sukses. Lihat saat Xiaomi meluncurkan ponsel perdana, mereka hanya menyediakan 30 ribu unit saja dan habis dalam dua menit.
Setelah gelombang kedua penjualan menyediakan lebih besar, ponsel baru itu terjual hanya dalam hitungan menit saja.
"Kami bukan perusahaan yang mengejar volume penjualan. Kami mengejar kepuasan pelanggan. Kami mencari cara untuk memberikan pelanggan kejutan besar," kata Lei.
Visinya adalah menyediakan ponsel eksklusif untuk segmen menengah. Sehingga daripada membanjiri pasar, lebih baik membangunnya secara bertahap. 

Cara Bertahan

Dengan gaya marketing seperti itu tentu saja Lei Jun punya cara lain agar perputaran uang di perusahaanya tak tersendat. Caranya? Dengan menarik investor.

Xiaomi pun mendapatkan kucuran dana dari berbagai perusahaan, seperti yang dilaporkan media setempat seperti dari Singapura, relasi Lei Jun dan banyak lagi.

Xiaomi, yang didirikan pada bulan April 2010 dan hanya mulai menjual smartphone pada bulan Oktober 2011. Saat ini berada di trek untuk menjual 7 juta unit tahun.

"Produk kami yang hanya dijual selama setahun dan berhasil meraup dari penjualan penjualan sebesar USD 2 miliar. Itu cukup mengesankan," kata Lei.

Fans Gila Xiaomi

Lei memiliki hampir 4 juta pengikut pada platform microblogging populer China, Weibo. Dia bahkan suka menuliskan sesuatu yang misteri untuk menggoda penggemarnya.
Penggemarnya bukan sembarangan fans. Mereka rela datang ke acara tempat peluncuran produk Xiaomi terbaru, seperti layaknya sedang menonton pertunjukan musik.
Lihat saja peristiwa yang baru terjadi, saat Hugo Barbara, pentolan Android yang berlabuh di Xiaomi disambut bak superstar, termasuk aksesoris stick warna-warni.
Mo Xiaohua, seorang akuntan 24 tahun, adalah salah seorang penggemar Xiaomi yang bangga karena baru saja membeli ponsel pertama Xiaomi .

"Saya suka Xiaomi karena dibandingkan smartphone merek China lainnya, harga adalah yang terbaik," kata Mo .

"Sekarang kita memiliki ponsel bermerek dari China, kita perlu mendukungnya," tandasnya.

0 komentar: